Share

4. Dihantui Masalalu

Author: Lapini
last update Last Updated: 2024-10-18 10:07:04

Azizah kembali pulang ke rumah bersama Arlin setelah beberapa hari berlalu. Arlin sangat bahagia bisa bertemu lagi dengan Darino, wajahnya memancarkan keceriaan yang sudah lama hilang. 

"Papa!" seru Arlin sambil berlari ke pelukan Darino yang sudah menunggu di ruang tamu dengan wajah penuh harap.

Darino merangkul putrinya erat-erat, merasakan kehangatan keluarga yang hampir hilang. "Arlin, Papa rindu sekali padamu," katanya dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca melihat kebahagiaan putrinya. Dia mengecup kedua pipi putrinya dan tersenyum terharu.

Azizah berdiri di belakang, menatap momen tersebut dengan hati yang campur aduk. Meski ia masih menyimpan kekecewaan dan kemarahan, ia tahu bahwa pertemuan ini penting bagi Arlin. 

Setelah beberapa saat, ia mengambil napas dalam-dalam dan melangkah maju. "Darino, kita perlu bicara," katanya dengan nada tegas tapi tenang.

Darino menatap Azizah dengan tatapan penuh harap. "Tentu, Azizah. Aku siap menjelaskan semuanya." 

Mereka berdua duduk di sofa, Arlin bermain dengan mainannya di sudut ruangan, bahagia dalam ketidaktahuan. Azizah menipiskan bibirnya, menatap Darino yang terdiam disisi kanannya.

“Pulpen itu milik mahasiswiku yang aku pinjam karena aku lupa untuk membawa pulpenku yang tertinggal dan saat itu aku harus mengkoreksi tugas mereka,” jelas Darino setelah mengumpulkan keberanian. 

“Dua hari setelahnya, pas aku selesai kelas sore, salah satu mahasiswiku itu datang ke ruangan untuk meminta kembali pulpen yang sempat aku umumkan di sosial media yang aku punya,” tambahnya dengan tutur katanya yang lembut.

Azizah mengerjapkan kedua matanya, mendengarkan suaminya yang sedang berbicara, dan memperhatikan kedua mata pria yang sudah bersamanya hampir tujuh tahun ini. Azizah tahu bagaimana Darino berbohong, dan saat ini pria itu tidak berbohong.

Ya, Darino mengatakan yang sejujurnya.

“Bagaimana caranya kamu kefikiran untuk mengumumkan di sosial media? Itu aneh menurutku karena hanya sebuah pulpen.”

Darino menghela nafas beratnya, meraih dan menggenggam tangan sang istri cukup erat. Bayangan tentang dirinya di kurung di sebuah gudang, Azizah yang mengatakan ingin cerai dan Azizah pergi bersama pria lain, sudah menghantui fikirannya selama dua hari.

“Kamu meminta cerai dan kamu memilih pria lain,” ucap Darino, menatap Azizah yang terdiam sejenak. Cukup lama, sekitar sepuluh detik lalu terdengar suara tertawa milik Azizah yang berhasil membuat Darino mendelik.

“Kamu mimpi?” tanya Azizah setelah tawanya bisa dikendalikan. Darino hanya menjawabnya dengan bergumam pelan. “Aku sedang hamil. Bagaimana bisa aku mengajukan cerai? Sudah pasti ditolak,” imbuhnya.

Darino terdiam sejenak. Apa yang dikatakan Azizah memang benar. Jika istri sedang hamil, tidak boleh mengajukan gugatann cerai ke pengadilan, setelah bayi lahir boleh kembali mengajukan gugatan jika memang sudah tidak bisa dipertahankan.

Azizah menaruh tangan kirinya diatas tangan Darino, seperti bertumpuk. Ia tersenyum kepada sang suami yang sedang menatapnya. Saat dirinya ingin bersuara, ponsel milik Darino membuatnya dan sang empu menoleh.

PRANG!

Dengan gerakan cepat, Azizah meraih ponsel tersebut dan melemparkannya ke lantai, menghancurkan layar ponsel itu menjadi serpihan.

"AZIZAH … Kenapa kamu lakukan itu?" teriak Darin, suaranya penuh dengan kemarahan dan frustasi. "Itu hapeku! Kamu tidak bisa sembarangan merusaknya!" tambahnya dengan emosi yang sudah tidak bisa ditahan.

Azizah menatap Darino dengan mata berkilat marah. "Ini semua karena dia, Darino! Setiap kali kita mencoba berbicara, selalu ada Carisa yang mengganggu!" Suaranya menggema di ruangan, membuat Arlin yang sedang bermain berhenti sejenak dan menatap bingung ke arah orang tuanya.

Darino berdiri, menahan diri untuk tidak membalas kemarahan Azizah dengan lebih banyak kemarahan. "Azizah, kamu harus tenang. Aku tahu ini sulit, tapi merusak ponsel tidak akan menyelesaikan apa-apa. Kita harus bicara dengan kepala dingin."

Azizah menghela napas berat, air mata mulai menggenang di matanya. "Aku ingn memperbaiki hubungan kita yang sempat renggang, dan dirusak sama Carisa. Kamu tahu? Aku datang dengan nekat disaat Mommy dan Daddy melarangku untuk kembali ke rumah ini!."

Darino mendekat, berusaha meraih tangan Azizah, namun Azizah menepisnya. “Azizah ….” Suaranya selembut sutra, tidak ada lagi nada tinggi seperti sebelumnya, ia sedang menahan diri untuk tidak menyakiti Azizah.

Di tengah ketegangan itu, Arlin datang mendekat, menarik-narik baju mamanya. "Mama, Papa, kenapa kalian bertengkar?" tanyanya dengan wajah polos, membuat suasana menjadi lebih berat.

Azizah mengusap kepala Arlin, berusaha tersenyum meski hatinya terasa hancur. "Tidak apa-apa, Sayang. Mama dan Papa hanya sedang berbicara." 

Melihat putrinya, Azizah menyadari bahwa apapun yang terjadi, keluarga mereka harus tetap utuh. Ia menempatkan kedua tangannya di kedua bahu Arlin, lalu berkata, “Kamu masuk kamar yaa. Cuci muka, sikat gigi, nanti Mama bawakan susu hangat untukmu.”

Arlin tersenyum lebar, kepalanya mengangguk-angguk dan mendekati sudut ruangan untuk dibereskan sebelum akhirnya menaiki anak tangga untuk tiba di kamar miliknya.

“Azizah … maafkan aku kar–”

Azizah mengangkat tangannya ke udara, menghela nafas panjangnya. Ia menoleh untuk bisa bertatapan dengan Darino yang menghentikan ucapan dan menatapnya dengan tatapan bersalah.

“Kita bicara lagi besok. Malam ini aku tidur bersama Arlin. Selamat malam.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Azizah berdiri dan melenggang pergi dengan membawa koper miliknya. Menghindar dan menenangkan fikiran pada malam ini merupakan pilihan yang terbaik untuk mereka.

Azizah berhenti sejenak untuk menengadahkan wajahnya supaya tidak ada airmata yang mengalir, dia tidak ingin Arlin ikut bersedih jika melihat dirinya menangis. Sedangkan Darino berdiri kaku di ruang tamu, tanpa disadari kedua matanya berkaca-kaca.

“Maaf aku sudah membentakmu ….” lirih pria itu setelah Azizah menaiki anak tanga satu persatu hingga masuk ke salah kamar yang ada di lantai dua.

*

Azizah duduk sendirian di sudut kamar, cahaya redup dari lampu malam menerangi wajahnya yang termenung. Ia memegang ponsel dengan jemari yang gemetar, mengingat momen-momen ketegangan dengan Darino. 

Dalam keheningan malam, Azizah merasa berat karena telah berburuk sangka terhadap suaminya sendiri. Nafasnya terhela dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Malam ini, Azizah bertekad untuk memperbaiki hubungan mereka, apapun yang terjadi.

Esoknya, saat matahari mulai menyinari rumah mereka dengan lembut, Azizah dan Darino duduk di ruang tamu. Dengan hati-hati, mereka mulai berbicara. "Darino, aku minta maaf," suara Azizah lembut namun penuh dengan ketulusan. "Aku merasa bersalah karena telah berburuk sangka padamu."

Darino menatap Azizah dengan mata yang lembut, kemudian mengangguk pelan. "Aku juga minta maaf, Azizah. Seharusnya aku lebih bisa menahan emosiku."

Suara Darino terdengar penuh penyesalan, namun ada harapan di dalamnya. Mereka berbicara panjang lebar, menyuarakan semua kekhawatiran dan perasaan yang telah lama terpendam.

"Aku ingin hubungan kita kembali seperti dulu," kata Azizah pelan, menatap mata Darino dengan penuh harap.

"Aku juga, Azizah. Aku ingin kita lebih kuat dari sebelumnya," jawab Darino. Ia memberikan ponselnya kepada sang istri, “Aku membeli baru dan nomor baru. Hanya ada nomor kamu dan rekan sesama dosen.”

Azizah tertegun sejenak, namun kemudian senyum lega muncul di wajahnya. "Lalu bagaimana dengan data-data kamu? Pastinya penting, kan?” tanyanya setelah membuka ponsel milik suaminya.

“Aku menyimpannya di email, jadi bisa aku pulihkan setelah masuk menggunakan email. Tidak apa-apa, bukan suatu masalah yang besar,” tutur Darino dengan suara lembut, membelai surai panjang wanitanya.

Azizah terdiam sejenak, tatapannya menajam membaca pesan masuk dari nomor baru.

“Mas ….”

“Ya, Sayang?”

“Carisa punya nomor baru kamu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   5. Siapa itu CH?

    Pada malam ini, Carisa mengenakan pakaian super ketat dan seksi, sementara Darino mengenakan kemeja hitam yang kontras dengan suasana hatinya yang gelap. Mereka berada di sebuah restoran, di dalam ruangan VIP yang dipesan oleh Carisa. Darino merasa dijebak, suasana ruangan yang seharusnya mewah terasa menyesakkan.Carisa menghela napas panjang, matanya menatap Darino dengan tatapan yang sulit diartikan. "Silakan duduk, Darino," katanya dengan nada suara yang berusaha terdengar santai, namun ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan.Darino tetap berdiri sejenak, menimbang-nimbang situasi sebelum akhirnya duduk dengan enggan. Ia merasakan dinginnya kursi di bawahnya, seolah mencerminkan suasana hatinya yang penuh kecurigaan. Carisa duduk di seberangnya, senyum tipis menghiasi wajahnya yang penuh riasan."Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Darino, suaranya datar namun tegas, mencoba mengendalikan situasi.Carisa mengangkat bahu, memainkan rambutnya dengan jari-jari yang lentik

    Last Updated : 2024-10-18
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   6. Kepercayaan Azizah Memudar?

    “Mas ….”Azizah menatap suaminya yang memakai jam tangan dihadapannya saat ini, perasaannya bimbang, antara ingin bertanya dan melupakan. Bukan hal mudah untuknya membahas kontak nama CH yang ada di ponsel sang suami.Darino yang sudah selesai memakai jam tangannya pun menatap Azizah yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh arti, sehingga membuatnya sulit untuk memahaminya.“Kenapa, Sayang?” tanya Darino dengan suara yang lembut, ia mengusap puncak kepala sang istri. Salah satu cara untuk menenangkan Azizah yang mungkin sedang banyak fikiran, sementara itu Azizah hanya bergeming memperhatikan Darino.Azizah menggelengkan kepala dengan senyum manisnya, “Tidak jadi, Mas,” tuturnya dengan suara yang lembut. Ia merapihkan rambut sang suami yang sedikit berantakan dengan jari lentiknya.“Hari ini cuma satu kelas?” tanya wanita itu, dijawab dengan anggukkan kepala.“Tapi aku pulangnya telat. Selesai kelas jam dua belas, lanjut acara makan-makan sama dosen lainnya. Ada yang nikah, terus n

    Last Updated : 2024-11-13
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   7. Carisa Berulah

    Azizah mengetukkan jemari telunjuknya di meja kaca, tatapannya lurus menatap Carlinta yang sedang menatapnya. Sahabatnya itu memperlihatkan sebuah foto kepadanya, di dalam foto tersebut terlihat Darino sedang merangkul Carisa.“Kamu tidak berani menghubungi suamimu sendiri, hm?” tanya Carlinta, melirik ponsel yang ada dihadapan Azizah. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, “Kamu takut kalau Darino akan memarahimu karena sedang mengajar?”Azizah bergeming. Sudah lebih dari sepuluh menit dirinya terdiam, sehingga membuat Carlinta gemas sendiri melihatnya. Bagaimana tidak? Azizah seolah tidak percaya dengan foto yang dikirim oleh suami Carlinta.Azizah memikirkan banyak aspek, salah satunya jika dirinya bertanya kepada Darino yang saat ini sedang ada jadwal mengajar, akan membuat suaminya itu hilang fokus dan berakibat menyampaikan materinya berantakan.Jujur saja, Azizah sangat ingin bertanya kepada suaminya mengenai foto yang diperlihatkan oleh Gibran -Suami Carlinta, sekalig

    Last Updated : 2024-11-14
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   8. Mantan Kekasih dan Istri

    Azizah melangkahkan kaki jenjangnya mendekati gadis kecil yang duduk di ayunan bersama dengan seorang bocah laki-laki yang duduk disebelah gadis kecil itu. Dirinya datang bersama dengan Carlinta-Mama dari bocah laki-laki yang sedang bersama putrinya.“MAMA ….”Azizah tersenyum manis kepada putrinya yang turun dari ayunan dan berlari kecil mendekatinya. “Hei … sudah lama menunggu? Maaf ya Mama telat jemput kamu,” tuturnya dengan suara lembut, mengecup kedua pipi Arlin.Carlinta merangkul putranya yang berdiri disisi kanannya saat ini. “Ms. Carisa tidak datang hari ini?” tanyanya, menatap putranya yang mendongak supaya bisa bertatapan dengannya.Azizah berdiri dengan menggenggam tangan Arlin, menatap Carlinta yang langsung to the point. Ia menyenggol lengan Carlinta saat sudut matanya menangkap pergerakan seorang perempuang yang keluar dari salah satu ruangan, dan melangkah mendekat.“Datang kok. Tadi Ms. Carisa juga kasih tugas ke kami,” jawab Nadi, kedua matanya memperhatikan mamanya

    Last Updated : 2024-11-15
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   9. Carisa Berulah, Lagi

    Azizah memperhatikan suaminya, Darino, yang sedang mencuci tangan di wastafel. Tatapannya berpindah ke putri kecil mereka yang sedang menghabiskan sepiring pudding dengan vla rasa vanilla. Senyumnya sedikit merekah melihat kebahagiaan sederhana putrinya.TING!Tiba-tiba suara dentingan ponsel Darino menarik perhatian Azizah. Ponsel itu tergeletak di meja sebelahnya. Azizah menaikkan sebelah alisnya, tanda keheranan. "Mas, ada pesan masuk," katanya, suaranya terdengar lembut namun penuh tanda tanya.Darino mematikan keran air, menepuk-nepuk tangannya dengan handuk sebelum melangkah mendekati Azizah yang duduk di kursi satu set dengan meja makan. Ada sedikit kerutan di dahinya saat ia meraih ponselnya. Azizah memperhatikan gerak-geriknya, mencoba menangkap ekspresi apa pun yang mungkin menunjukkan siapa pengirim pesan tersebut."Siapa yang mengirim pesan, Mas?" tanya Azizah dengan nada sehalus mungkin, meski hatinya berdebar kencang.Darino membuka ponselnya dan membaca pesan tersebut.

    Last Updated : 2024-11-17
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   10. Azizah Tidak Tinggal Diam

    Azizah menghela nafasnya secara perlahan, ingatannya kembali pada pesan yang diterima oleh Darino dari nomor yang tidak disimpan oleh Darino, tetapi pengirim pesan menyebutkan nama.Carisa, perempuan itu yang mengirim pesan kepada Darino. Isi pesan yang dikirim oleh Carisa; Mas, nomor 204 hotel Hardenz. Selang beberapa detik diunsend, dan kembali mengirim pesan yang berisi ‘Sorry salah kirim’.Azizah memperhatikan suaminya yang tidur di sofa yang ada di sudut kamar. “Aku tahu itu bukan salah kamu, tapi aku cape, jadi pelampiasannya ke kamu,” ucapnya, mengusap wajahnya gusar.Azizah menyikap selimutnya, lalu melangkahkan kaki mendekati Darino. Bagaimanapun juga pria itu masih menjadi suaminya, dan Darino sudah mengambil keputusan tadi malam.‘Apa?’ tanya Azizah, menatap Darino yang berdiri dihadapannya saat ini. ‘Kalau kamu yang bertindak, besok aku akan ke rumah Bunda sama Ayah. Aku kembali ketika kamu sudah mengurus dan membuat Carisa berhenti mengganggu keluarga kita,’ imbuhnya.‘Bi

    Last Updated : 2024-11-18
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   11. Azizah Tersenyum Lebar

    Darino dan Carisa bertemu di sebuah kafe yang tenang. Carisa tampak senang saat mengetahui Darino mengajaknya berbicara berdua, senyum manis menghiasi wajahnya. Di sisi lain, Darino merasa berat hati untuk bertemu dengan Carisa, namun ia tahu ini adalah sesuatu yang harus ia lakukan."Carisa, aku minta tolong, mulai sekarang jangan lagi menghubungi aku," katanya dengan nada tegas. Carisa terkejut, namun dengan cepat menyembunyikan keterkejutannya. "Oke," jawabnya singkat, senyum di wajahnya tetap terjaga.Darino merasa sedikit lega walaupun dirinya seperti tidak yakin dengan apa yang dikatakan oleh Carisa.“Aku serius. Jangan pernah lagi menghubungiku,” tekannya sekali lagi, kali ini lebih tegas supaya ucapannya tidak dianggap main-main oleh Carisa yang bergumam pelan dan kepala yang mengangguk-angguk. “Aku juga tidak akan menghubungimu lagi. Kamu tenang saja, Darino. Lagipula, tanpa aku menghubungimu, kamu yang mendekat dan mengajaknya untuk bertemu seperti ini, kan?” oceh Carisa d

    Last Updated : 2024-11-19
  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   12. Hubungan Rahasia Darino & Carisa?

    Beberapa jam yang lalu ….Azizah menatap kedua mata suaminya yang penuh perhatian. "Mas, aku punya ide supaya Carisa tidak lagi mengganggu kita," katanya dengan nada tegas namun penuh harap.Darino mengerutkan dahinya, penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Azizah. "Apa idemu, Sayang?" tanyanya, benar-benar ingin tahu.Azizah menghela napas sejenak, memastikan bahwa suaminya siap mendengarkan dengan serius. "Aku akan menyewa laki-laki untuk membuat Carisa malu di khalayak umum. Aku punya uang untuk menyewa, jadi kamu tidak perlu memikirkan biayanya," jelasnya, menaik-turunkan kedua alisnya.“Apa kamu yakin akan berhasil?”Azizah bergumam pelan, mengendikkan kedua bahunya, “Tidak tahu, tapi aku yakin sih bakalan berhasil. Aku ngehubungin orangnya kalau kamu setuju.” Kedua matanya menatap Darino dengan tatapan penuh harap.Darino mendengarkan dengan seksama, mencoba membayangkan bagaimana rencana itu bisa dijalankan. Setelah beberapa detik merenung, ia menyunggingkan senyum, me

    Last Updated : 2024-11-20

Latest chapter

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   86. Perubahan Sikap Darino

    Azizah menaikkan sebelah alisnya saat tubuhnya ditarik paksa supaya mendekat ke arah suaminya yang memejamkan kedua mata. Ia mengulurkan tangannya, meraih ponsel yang ada di meja nakas. Kedua matanya menyipit saat cahaya layar ponselnya menyala, menyilaukan penglihatannya ditengah kegelapan.Pukul 05:00, memang sudah pagi, sudah waktunya untuk wanita itu bangun, beranjak, menyiapkan sarapan, mengurus putrinya dan suaminya.Azizah menyimpan kembali ponselnya di meja nakas, lalu memeluk sang suami dan menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Darino yang semakin mendorong punggungnya, sehingga tidak ada jarak diantara mereka.“Mas … aku mau bikin sarapan. Kamu mau sarapan apa?” ujar Azizah dengan suara pelan, nada bicaranya yang lembut, sangat sopan untuk diterima oleh indra pendengaran siapapun.Darino menanggapinya dengan bergumam tanpa membuka kedua matanya. Respon yang ia berikan membuat Azizah mengulas senyum tipis, tangan wanita itu terangkat menyusuri wajah suaminya.“Mas ….”“Pes

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   85. Fernandra itu Baik atau Jahat?

    Fernandra menatap sosok pria yang duduk bersebrangan dengannya saat ini. Sesuai dengan pembicaraannya dengan pria itu, ia datang ke lokasi yang dibagikan oleh pria itu, Darino. Dan disinilah mereka berdua, di sebuah ruangan yang lebih private di salah satu restaurant ternama yang letaknya tidak jauh dari rumah Darino.“Kamu yang menyarankan itu ke Azizah?” tanya Darino, setelah pelayan yang mengantar makanan untuknya dan Fernandra pergi dari ruangan ini, dan memastikan tidak ada orang lain di ruangan ini.Fernandra menaikkan sebelah alis, “Memangnya aku menyarankan apa?” tanyanya seolah tidak mengerti arah pembicaraan Darino. “Aku hanya meminta bantuan Azizah untuk masuk ke rumah Darnius,” lanjutnya, lalu menggelengkan kepala. “Lebih tepatnya kamar Darnius, supaya aku bisa memantau aktifitas Darnius di kamarnya,” tambahnya lengkap dengan maksud dan tujuannya dari apa yang direncanakan olehnya.Darino mendengarkannya dengan seksama, ekspresi wajahnya sangat serius, bahkan fokusnya hany

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   84. Got It!

    “Kamu yakin mau masuk ke sana? Kamu tahu kan dia itu ada perasaan sama kamu,” ucap Darino, terselip nada khawatir dan tidak setuju dengan apa yang baru saja dikatakan oleh istrinya.Malam ini, Azizah mengatakan niatnya yang ingin membantu Fernandra setelah mengetahui apa yang dilakukan oleh tetangga depan rumah kedua orangtua itu. Semula, Azizah tidak setuju karena suaminya pasti tidak setuju. Benar saja, sesuai tebakan wanita itu, Darino tidak percaya rencana itu akan berhasil dengan situasi yang baik.Azizah menghela nafasnya perlahan, menggenggam tangan sang suami, lalu mengusap punggung tangan pria yang sedang menatapnya dengan tatapan teduh. “Aku pastiin, semua akan baik-baik saja, Mas. Arlin aman di rumah Mommy dan Daddy,” tuturnya.“Karena itu yang aku takutin. Rumah Mommy dan Daddy berhadapan sama rumahnya Darnius,” balas Darino dengan cepat. Ia menumpuk tangan kanannya diatas tangan Azizah, kedua matanya menatap dalam kedua mata wanita dihadapannya saat ini.]Hening, tidak ad

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   83. Darnius Berulah?

    Azizah mengedarkan atensinya, menatap sekeliling caffe yang cukup ramai. Ia sedang menunggu kedatangan seseorang setelah tadi malam membuat janji dengan orang itu, dan disinilah tempat mereka janjian.Selang beberapa menit wanita itu menunggu, sosok pria tinggi, putih, bermata sipit, lengkap dengan kacamata yang bertengger di hidung itu tersenyum kepada wanita yang tengah menatapnya dengan senyuman tipis.“Sudah lama menunggu?” tanya pria itu setelah menempati kursi kosong dihadapan Azizah, ia melepaskan jas hitam dan menyisakan kemeja putih lengan pendek dengan aksesoris dasi berwarna hitam.Azizah menggelengkan kepala, “Lumayan … sepuluh menit,” jawabnya diakhiri dengan terkekeh pelan. “Kamu dari kantor langsung ke sini?” tanyanya setelah memperhatikan penampilan pria dihadapannya saat ini.Pria dengan gaya rambut undercut itu menggelengkan kepala. “Aku habis ada pertemuan juga dengan klien di resto sebelah. Karena itu juga aku memilih tempat ini,” ucapnya dengan tenang, tersenyum k

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   82. Apa yang sedang direncanakan Fernandra?

    “Jelasin ke aku sekarang kalau memang aku ini penting buat Mama,” tukas Arlin, kilatan matanya berbeda dari biasanya. Hal itu membuat Azizah memejamkan kedua matanya sejenak untuk mengontrol emosinya yang campur aduk.Belum reda rasa terkejut Azizah, wanita itu harus menghadapi Arlin yang memojokkannya untuk mengatakan sesuatu yang terjadi. Bukan tidak ingin terbuka, tetapi hanya saja belum waktunya Arlin mengetahui yang sebenarnya terjadi.“Ada hubungannya sama Nadiw, kan?”Bayangkan, bocah lima tahun itu terus mencecar Azizah untuk berbicara. Azizah menghela nafasnya perlahan, bersimpuh dihadapan putrinya dengan menyentuh lengan gadis kecil dihadapannya saat ini.“Apa saja yang kamu dengar?” tanya Azizah dengan suaranya yang lembut, tersenyum menatap kedua mata Arlin yang sedang menatapnya. “Sejauh apa yang kamu dengar?” tanyanya, lagi.“Semua,” jawab Arlin dengan lantang, lalu ia kembali berbicara, “Tentang Mama yang bertanya rencana mereka … Tante Carisa dan Om Darnius … Aku kenal

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   81. Azizah Pusing Tujuh Keliling

    Sudah satu minggu berlalu, sudah satu minggu Darino dan Azizah tidak bertemu secara langsung dengan Gabriel dan Nadi, tentu saja membuat Arlin sering murung dan kesal kepada mereka karena menurut Arlin, orangtuanya sedang mencoba untuk memisahkannya dengan Nadi.Azizah menghela nafas, saat ini putri kecilnya itu mogok untuk makan karena permintaan gadis kecil dihadapannya tidak dituruti. Bukan tidak ingin mempertemukan Arlin dengan Nadi, tetapi situasinya belum memungkinkan untuk Nadi dan Gabriel kembali ke Tanah Air Tercinta.“Om Gabriel sedang ada pekerjaan di sana, tentu saja Nadiw harus ikut Om Gab, kan? Dia tidak mungkin tinggal di sini sendirian.” Salah satu penjelasan lembut dari Azizah terhadap putrinya yang menggeleng-gelengkan kepala.“Kan ada Tante Linta.”Azizah menipiskan bibirnya, bohong jika sampai hari ini dirinya tidak memikirkan Carlinta yang pergi begitu saja tanpa berpamitan dengannya. Perasaannya masih tidak terima dengan apa yang terjadi, tetapi disisi lain ada

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   80. Carisa & Darnius Meresahkan

    “Bukankah aku sudah pernah bilang? Jangan percaya apapun itu sebelum aku memberi informasi ke kalian.”Itu suara Fernandra yang berasal dari speaker ponsel milik Darino yang sedang melakukan panggilan suara. Tentu saja Azizah yang menghubungi Fernandra melalui nomor milik Darino, dan wanita itu juga yang menjelaskan kepada Fernandra yang sekarang sedang menyetir.Azizah yang mendengar ucapan Fernandra, menatap suaminya yang sedang menatapnya. “Aku juga sudah bilang ke Mas Darino, tapi dianya batu. Sifat tidak enakan dia muncul lagi setelah baca pesan dari Carisa,” ocehnya, menaikkan dagunya tidak takut terhadap sang suami.“Jangan pergi menemui Carisa seorang diri, itu sangat berbahaya. Ditambah ambisi dia buat ngerebut Darino itu besar, karena tidak ada Carlinta yang menjadi saingannya,” balas Fernandra dari jarak jauh.“Dia kirim pesan seperti itu karena dia tahu kelemahan dari seorang Darino,” tambahnya.Azizah tertawa pelan, menyunggingkan senyum tipis dan hanya dua detik, tetapi

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   79. Tipu Daya Carisa?

    Fernandra menegakkan tubuhnya, sedikit membungkuk dengan kesepuluh jarinya menyatu. “Dan sepertinya, kamu harus membongkar identitas kamu,” ucapnya memecahkan keheningan dan berhasil membuat Azizah memicingkan mata.“Carissa akan berhenti, dengan begitu Darnius akan kalah karena dia cuma sendirian. Selain itu, aku bisa mengarahkan pengawalan ketat supaya dia tidak bisa berbuat nekat,” tambahnya.Azizah melirik ke sebelahnya, melihat suaminya yang hanya terdiam. Ia tahu penuturan yang baru saja diucapkan oleh Fernandra, sedikit menyinggung suaminya yang tidak memiliki uang banyak dan tidak bisa bertindak jauh seperti yang dilakukan oleh Fernandra kepadanya.Azizah menggenggam tangan sang suami, tersenyum kepada suaminya yang menoleh kepadanya. Dirinya sangat menghargai keberadaan Darino sebagai suami, dan kepala rumah tangganya.Perempuan itu menoleh, menatap Fernandra yang tengah memperhatikannya. Ia berusaha untuk tetap sopan dengan tersenyum ramah, “Terimakasih atas tawarannya, teta

  • Kebangkitan Istri Yang Lemah   78. Tuduhan Darino Terhadap Fernandra

    Fernandra menyeruput secangkir kopi yang disuguhi oleh Azizah, ia menatap sepasang suami-istri dihadapannya saat ini. “Sepertinya ada yang ingin kalian bicarakan, sampai mengundang aku secara khusus ke sini,” ucapnya setelah menyimpan kembali cangkir di atas meja.“To the point,” ucap Darino dengan nada bicaranya yang serius, menegakkan tubuhnya dan memfokuskan atensinya hanya kepada Fernandra yang tengah menatapnya. “Kamu tidak punya maksud lain, kan?” tambahnya.Azizah melebarkan kedua matanya, menepuk lengan suaminya dan memberikan tatapan seolah mengatakan ‘jangan bahas itu’, tetapi diabaikan oleh sang suami yang menatap Fernandra. Dirinya menghela nafas perlahan.Fernandra hanya memperlihatkan gestur yang tenang, dan santai. Kedua matanya menatap Darino yang tidak mengalihkan atensi sedikitpun darinya. “Maksudmu, aku sengaja berbuat seperti itu supaya Gabriel ada dipihak aku? Dan dia yang akan membantuku untuk merebut Azizah dari kamu?” Diakhiri dengan tertawa renyah.Pria itu me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status