Share

Kawin Kontrak Dengan CEO Dingin
Kawin Kontrak Dengan CEO Dingin
Author: Erna Azura

Kabur

“Baju lo kurang seksi, lo tuh gimana sih … udah lama kerja di nightclub tapi belum ngerti cara berpakaian ala Ani-Ani.” Madame Rossy berujar ketus.

Dia adalah mucikari terkenal yang biasa memasok para wanita untuk kaum jetset dan pejabat.

“Kan memang Anya masih baru dalam dunia perAni-Anian ini.” Zevanya mendengkus di dalam hati.

“Baju seksi Anya tuh cuma seragam kerja di night club … ya kali ayah Anya pemuka Agama terus Anya pakai baju-baju seksi, gitu?” Zevanya Camila berujar tidak jelas seperti kumur-kumur, dia takut juga membantah Madame Rossy.

Wanita bertubuh gempal itu sudah dikenal Zevanya semenjak bekerja di nightclub tapi baru kali ini Zevanya bekerja untuk beliau, itu pun terpaksa karena Zevanya harus mendapat uang untuk membayar hutang ke tetangga dan rumah sakit agar bisa membawa pulang ibunya yang sempat dioperasi.

“Halaaah, lo tuh ngebantah aja terus … ini, ganti baju lo!”

Madame Rossy melempar mini dress kurang bahan ke wajah Zevanya.

Kedua bodyguard Madame Rossy sampai terkekeh melihatnya.

Zevanya mengembuskan napas, menyeret kakinya malas keluar dari ruangan khusus Madame Rossy di dalam nightclub tempat dia bekerja untuk kemudian menuju toilet dan mengganti pakaian dengan yang diberikan Madame Rossy tadi.

Di dalam toilet, Zevanya menatap nanar pada cermin yang memperlihatkan tubuhnya yang telah dibalut baju seksi itu.

“Ayaaaah, kenapa harus meninggoy cepet-cepet sih … ini Anya sampai harus jual keperawanan Anya buat nebus ibu dari rumah sakit … hiks … hiks ….” Zevanya terisak.

Seorang wanita di sebelahnya yang menatap cermin yang sama dengan Zevanya seketika menoleh.

Zevanya menyadari itu lalu menghapus sudut mata yang terdapat jejak buliran kristal kemudian merapihkan mini dress laknat itu..

Gadis yang memiliki senyum menawan itu tidak pernah mau larut dalam kesedihan, dia tidak boleh lemah karena hanya dia yang ibu miliki di dunia ini.

“Wah … body Anya keren juga ya, sayang banget kalau jadi Ani-Ani … padahal body kaya gini, bisa jadi istrinya eksekutif muda gitu kaya koko Harvey-suaminya Sandra Dewi … atulah, takdir Anya masa mengenaskan gini.”

Zevanya bicara sendiri sambil mengagumi tubuhnya, dia sedang mencoba menenangkan diri karena gugup melanda begitu hebat.

Bagaimana Zevanya tidak gugup, dia harus menjual keperawanannya—sesuatu yang mati-matian dia jaga—demi membawa pulang ibu dari rumah sakit.

Wanita tadi kembali menoleh kepada Zevanya dengan tatapan aneh.

Mungkin disangkanya Zevanya pasien rawat jalan sebuah RSJ.

Tanpa mau berlama-lama satu ruangan dengan gadis yang dianggap stress, wanita itu pun pergi sedangkan Zevanya masih mematuti cermin, terpukau dengan tubuhnya sendiri.

Tok …

Tok …

Terdengar suara pintu toilet yang digedor dari luar, Zevanya tahu salah satu bodyguard Madame Rossy pelakunya.

“Anya! Keluar lo!”

“Iyaaa … sabar napa? Anya ‘kan harus siap-siap dulu.” Zevanya berujar ketus saat keluar dari toilet.

“Lama banget, klien lo udah nunggu di hotel.” Pria bodyguard bernama Feri tidak kalah ketus.

“Iyaaa, elaaah … suruh tunggu, jangan mulai dulu sebelum Anya datang.”

Zevanya misuh-misuh sambil berjalan menuju ruangan Madame Rossy lagi.

“Nah … gini donk, ini baru keren! Sana pergi, Pak Broto udah nunggu lo di hotel.” Madame Rossy mengendikan dagu.

“Hotel mana, Madame?” Zevanya bertanya, dia pikir akan melakukannya di salah satu ruangan di nightclub ini.

“Hotel samping nightclub, dan lo harus melakukan yang terbaik biar dapet tip ….” Madame Rossy berpesan.

“Ini ‘kan perdana Anya jual diri ya Madam, ada tips dan trik enggak gimana caranya membuat klien puas.”

Pertanyaan Zevanya itu sebetulnya sarkasme tapi tidak begitu diartikan oleh Madam Rossy.

Madame Rossy mengotak-ngatik ponselnya. “Madam udah kirim video bokep tutorial memuaskan klien, lo tonton dulu bentar … terus learning by doing aja nanti.”

Ponsel yang dipegang Zevanya berbunyi, dia membuka notif pesan yang baru saja muncul.

Tiga buah video menjijikan masuk ke dalam ponselnya.

Demi Tuhan, Zevanya ingin muntah melihatnya.

Dia mematikan layar ponsel, mendekati Madam Rossy lalu meraih tangan beliau untuk sungkem, mengecup bagian punggung tangan beliau.

“Doain Anya ya Madam …,” kata Anya lantas pergi diikuti dua bodyguard Madame Rossy.

Madam Rossy mendengkus geli. “Dasar pemula.” Wanita itu bergumam.

Hati Zevanya mencelos seiring langkahnya menyusuri lorong untuk keluar nightclub dari pintu belakang.

Hari ini dia mengambil cuti, semua teman-temannya tahu dan menyayangkan keputusan Zevanya karena dari banyaknya pelayan di nightclub hanya Zevanya yang masih perawan.

Tapi mereka juga tidak bisa membantu Zevanya mengingat alasan bekerja di nightclub adalah karena himpitan ekonomi.

Zevanya tidak pernah mengira hidupnya harus melewati momen ini.

Padahal dulu mendiang ayahnya yang seorang pemuka Agama selalu mewanti-wanti untuk menjauhkan diri dari zinah.

Tapi sekarang harus Zevanya lakukan demi ibu.

“Gugup lo?” celetuk salah satu bodyguard Madame Rossy menebak.

Pria bernama Agung itu lantas menyeringai.

“Enggak juga,” jawab Zevanya sok kuat, dia memang tidak pernah mau memperlihatkan kelemahannya.

“Ini kamarnya, masuk lo.” Bodyguard Feri yang mendorong pelan punggung Zevanya.

“Iisssh ….” Zevanya mencebik sambil mendelik kesal.

“Gue baca doa selamat dulu,” kata Zevanya beralasan padahal dia sedang menguatkan mentalnya.

Dua bodyguard Madam Rossy malah tertawa mendengar alasan Zevanya.

Demi apa sesungguhnya Zevanya gugup sekali.

Zevanya menjaga keperawanannya bukan hanya karena perintah sang ayah dan Agama saja tapi juga menurutnya bercinta itu hanya bisa dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai.

Namanya juga berCINTA, ya kan?

Kenikmatan itu tidak bisa diraih bila tidak ada cinta apalagi sekarang Zevanya akan bercinta dengan pria tua yang sama sekali bukan tipenya.

Jangankan nikmat, jijik yang ada.

Tapi Zevanya harus melakukannya karena dia telah menerima uang dari Madam Rossy dan uang tersebut telah dibayarkan ke rumah sakit sehingga besok sang ibu sudah diperbolehkan pulang.

“Kita tunggu di loby, kalau ada apa-apa lo telepon kita,” ujar salah satu bodyguard.

Mereka lantas pergi setelah melihat Zevanya mengetuk pintu dan benda tersebut dibuka dari dalam.

“Hai cantik,” sapa pria paruh baya seusia mendiang ayahnya.

Mata pria itu melotot sambil menatap penuh minat pada Zevanya.

“Hallo Om,” sahut Zevanya tersenyum ironi.

“Ayo masuk, Om udah siap nih … Om sudah enggak sabar ingin rasain perawan, sudah lama Om enggak merasakan perawan … sekarang stok perawan langka,” celoteh pria bertubuh gempal itu seraya mendorong pundak Zevanya masuk lebih jauh ke dalam kamar.

“Ya Tuhan, apa enggak bisa si Om dibuat kena serangan jantung aja sekarang ya Tuhaaan.” Zevanya membatin.

Sesungguhnya dia tidak rela melakukan semua ini, bekerja di nightclub saja dia merasa salah.

Tiba-tiba tubuh Zevanya di dorong hingga dia tersungkur ke atas ranjang.

Tas dan ponselnya jatuh ke lantai.

Dan ketika dia hendak bangkit, punggungnya ditahan lalu terdengar suara sleting celana dibuka.

“Om … sebentar Om, masa gini … Anya buka baju dulu, bentar.”

Zevanya beralasan namun sepertinya pak Broto sudah tidak mampu menahan hasratnya, jadi dia singkap rok mini Zevanya hingga bokong gadis itu terekspose.

Milik pak Broto kian berdenyut, tidak sabar ingin memasuki Zevanya.

Dan ketika pak Broto hendak menempelkan miliknya ke bokong Zevanya yang masih mengenakan celana dalam, gadis itu merangkak naik ke bagian kepala ranjang berhasil lepas dari kungkungan pak Broto.

“Om … Anya buka baju dulu ya, enggak enak kaya gini.” Zevanya berpura-pura tenang padahal jantungnya berdetak kencang bahkan belum melakukan apa-apa buliran keringat telah melapisi pelipis Zevanya.

Perlahan Zevanya menuruni ranjang.

“Ya sudah, buka cepetan!” Pak Broto berseru kesal.

“Iya … Anya buka dulu di kamar mandi terus nanti Anya joget-joget sensual keluar dari kamar mandi sambil telanjang bulat, gimana?” Zevanya bernegosiasi.

Dia mengatakan skenario dari video dewasa yang dikirim Madame Rossy.

Pak Broto tersenyum lebar sambil menganggukan kepala, tampak antusias.

“Ya udah, sok Om buka baju terus duduk di tengah-tengah ranjang ya.” Zevanya memberikan instruksi.

“Iya … iya … cepetan, saya sudah enggak tahan ini.”

“Iyaaaa.” Zevanya menuju kamar mandi yang tentu saja sangat berdekatan dengan pintu keluar.

Zevanya tidak berhenti di depan pintu kamar mandi, dia terus melangkah melewati pintu kamar mandi lalu membuka kunci sebelum akhirnya menarik handle pintu kamar kemudian kabur.

Zevanya masih bisa mendengar teriakan pak Broto, namun sayang pria tua itu sudah dalam keadaan telanjang bulat jadi tidak mungkin mengejarnya.

Gadis malang itu berlari sekuat tenaga menuju lift, menekan tombol lift dengan panik khawatir pak Broto nekat mengejar.

Entah apa yang ada dipikiran Zevanya sampai berani kabur dari kewajibannya, yang pasti dia tidak mampu melakukan pekerjaan kotor ini.

Tapi dia juga sudah mendapat bayaran.

Ah, biarlah nanti Zevanya akan pikirkan lagi masalah itu yang penting malam ini dia bisa menyelamatkan dirinya dari dosa.

Zevanya berhasil masuk ke dalam lift yang mengantarnya ke loby.

Dia keluar kemudian berlari melintasi loby sambil mengendap-ngendap karena bodyguard Feri dan Agung menunggu di sana.

“Hey! Anya!” seru salah satu bodyguard.

“Wah … ketahuan.” Anya bergumam, dia terus memacu langkahnya untuk bisa terbebas dari dua bodyguard Madam Rossy.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status