Tuan Will Greyson adalah pria yang paling dibenci Hanna. Pria angkuh dan sok hebat itu benar-benar sudah gila. Di hari pertama jumpa dia sudah minta disentuh. Di hari berikutnya dia melamar Hanna. Tapi, gadis itu menolak mentah-mentah tawaran Will Greyson. Jelas saja, siapa juga yang mau, orang asing tiba-tiba mengajaknya menikah hanya untuk terapi baginya. ”Si brengsek ini ga punya otak. Aku akan menghajarmu sampai kau lupa pernah bertemu denganku.” -Hanna ”Berani-beraninya gadis gila ini menolak aku. Aku tidak akan kalah!” - Will Greyson Cover by Canva
View MoreSeorang gadis berambut panjang terlihat tengah memukul wajah seorang pria di sebuah kedai makan. Gadis tangguh itu adalah Hanna. Waiters baru di restoran itu.
”Aku akan menghajarmu berkali-kali sampai wajahmu biru.” Teriak Hanna sembari mendorong pria itu hingga tersungkur di atas lantai.
Sang pria meringis kesakitan memegangi pipinya yang lebam. Lima menit sebelum kejadian, Hanna sedang mengantar makanan ke meja pria bertubuh kurus itu. Namun kali ini Hanna kurang beruntung. Si pelanggan ternyata seorang yang mesum. Dengan santainya lelaki buaya darat itu memegang bokong montok Hanna. Sontak saja Hanna melayangkan tinjunya. Jiwa bar-barnya keluar.
Pria manapun pasti tidak tahan melihat kemolekan tubuh Hanna. Wajah yang cantik dihiasi mata coklat dengan sedikit semburat emas ditengah. Pria itu sangat malang. Dia memilih mangsa yang salah. Mau untung malah jadi buntung. Kerumunan pelanggan yang menyaksikan pertunjukan gratis itu, mengundang kemarahan sang manajer. Dengan kasar sang manajer menghardik Hanna.
”Hei kau! Baru sehari bekerja di sini sudah memukul pelanggan. Kau tahu, tuan ini pelanggan VIP. Apa yang akan orang katakan. Restoran ini akan terlihat buruk di mata pelanggan.” Si Manajer mengacak-acak rambutnya merasa kesal dengan tindakan Hanna.
Hanna meletakkan kedua tangannya di pinggangnya. Dengan tatapan sinis dan sedikit mengangkat kepalanya menantang si Manajer.
”Cih! Lebih mementingkan pelanggan mesum. Pelanggan VIP kesayangan bapak ini, sudah kurang ajar padaku.” Sanggah Hanna sembari menunjuk pria mesum itu.
Sang Manajer menghirup napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar.
”Baiklah. Kau dipecat. Aku tidak ingin mengambil resiko dengan memperkerjakanmu disini. Melihat tingkahmu yang seperti ini akan banyak pelanggan yang jadi korbanmu.” Ujar sang Manajer lalu ia membantu si pria mesum itu berdiri.
Hanna yang melihat itu tersenyum sinis. Ia segera melucuti apronnya dan mencampakkannya ke wajah sang Manajer.
”Kau kira aku akan mengemis setelah kau mengatakan itu. Aku berhenti. Aku yang memecatmu jadi bosku bukan kau yang memecatku.” Hanna melangkahkan kakinya dengan hentakan yang keras keluar dari restauran itu.
Gadis tangguh itu adalah Hanna, gadis yang bar-bar namun berhati emas. Dengan sifatnya yang sedikit liar, tentu siapa pun tidak akan tahan. Sebelumnya ia juga dipecat dari swalayan dekat rumahnya. Kala itu ia memberi sebungkus roti kepada anak yang kelaparan di depan swalayan. Mungkin orang akan mengira ia membeli roti itu. Padahal ia mengambilnya dari rak tanpa sepengetahuan bosnya yang pelit.
Hanna paling benci melihat ketidakadilan. Selayaknya ia diacungi jempol. Tapi kebanyakan orang tidak senang melihatnya. Hanya ibunya yang selalu mendukung Hanna.
Hanna menghentikan langkahnya di depan sebuah toko. Ia melihat bayangan dirinya yang dipantulkan dari jendela kaca. Rambut coklatnya menari-nari di hembus angin. Lama ia mematung di sana menatap dirinya sendiri. Ia bisa melihat matanya yang mulai penuh dengan air asin.
Dibalik sifat 'tangguhnya' itu, sebenarnya ia wanita yang gampang menangis. Ia bingung bagaimana ia akan mengatakannya pada ibunya nanti. Selama ini, ibunya yang membiayai kehidupan mereka dengan bekerja sebagai asisten rumah tangga.
Hujan deras tiba-tiba turun membasahi Hanna dan semuanya yang ada diatas tanah. Langit seakan ikut menangis dengan Hanna. Sampai minggu lalu pun, cuaca di Trueveland tidak menentu. Terkadang sangat dingin juga kadang terasa panas.
Kemudian cuaca mulai menghangat begitu Hanna menghentikan tangisannya. Taman yang dilalui Hanna berubah menjadi berwarna hijau yang sejuk dan bunga-bunga bermekaran dengan indah ketika cahaya matahari menyiramnya dari celah-celah awan itu. Wangi tanah dan rerumputan menyatu dengan udara yang lembab.
Setelah melewati belokan di ujung jalan, ia sampai di depan rumahnya. Bangunan kecil yang terjepit diantara hiruk pikuknya kemegahan Trueveland.
Sementara itu disebuah gedung pertunjukan termegah di Trueveland, sedang terjadi huru-hara dari penggemar wanita yang meneriaki nama idolanya. Seorang pria tinggi bertubuh atletis berdiri di tengah panggung sambil menyanyikan lagu cinta yang menggugah hati. Siapa saja yang melihatnya akan terbuai. Rambut yang kemerahan sangat kontras dengan kulitnya yang putih pucat.
”Will... Aku mencintaimu!” Teriak seorang dari kerumuman itu.
Ada juga yang menangis histeris saat Will meletakkan jarinya di bibirnya dan membuat ciuman jauh kepada penggemarnya.
”Will Greyson, kami menyayangimu!” Teriak mereka bersamaan.
Will Greyson seorang penyanyi pendatang baru yang berhasil meraih ketenarannya di usianya yang baru menginjak 27 tahun. Menyanyi adalah hasrat jiwanya. Sedari ia kecil, Will sering mengungkapkan kesedihannya lewat lagu. Setelah menyelesaikan lagu terakhir, ia berpamitan kepada penggemarnya.
”Terima kasih. Tanpa kalian aku tidak bisa berdiri disini. Aku menyayangi kalian semua.” Will melambaikan tangannya.
Lautan para gadis itu berteriak histeria mendengar perkataan Will Greyson. Membuat seluruh gedung bergemuruh. Ada juga beberapa gadis yang berusaha naik ke atas panggung sekedar memeluk idolanya.
”Will..Will..Will...” Teriak mereka.
Will Greyson memberikan senyuman renyah sebelum ia turun dari panggung. Di belakang panggung seorang pria paruh baya memberikan air mineral kepada Will. Dia adalah Ryan Oneil manajernya.
”Tadi itu pertunjukan yang bagus. Aku ingin kau seperti itu setiap konser. Aku suka mendengar histeria para gadis itu.” Ungkap Ryan berapi-api. Matanya bersinar saat menyatakan itu.
Will tidak menggubrisnya. Tanpa berbicara ia mengambil air mineral dari tangan Ryan dan menenggak sampai habis. Kemudian menjatuhkan bokong tipisnya diatas sofa. Ia terlihat sangat lelah. Will meluruskan kaki jenjangnya dan menyadarkan kepalanya ke bahu sofa. Ryan duduk disampingnya dan mulai bercuap-cuap yang membuat Will kesal.
”Kau tahu, aku sangat lelah. Aku ingin istirahat. Bisakah kau menghentikan ocehanmu itu.” Ujar Will dengan ketus.
Ryan membulatkan matanya. Ia terlihat tidak senang dengan ucapan Will.
”Baiklah. Aku tidak akan mengganggumu.” Ryan bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Will sendirian.
Sedetik kemudian ponsel Will berdering. Raut wajah Will yang tadinya terlihat masam berubah cerah. Ternyata si penelepon adalah Kimberley, temannya sedari ia masih kanak-kanak.
”Aku melihat konsermu dari televisi. Kau sangat menawan. Pantas saja semua gadis-gadis itu keringat dingin melihat penampilanmu.” Ujar Kimberley dari seberang.
”Sungguh? Aku senang kau menonton konserku walau hanya dari layar kaca.” Ungkap Will bersemangat. ”Besok aku tidak ada jadwal. Bagaimana kalau kita makan siang bersama?” tanya Will.
”Ya, aku juga tidak ada kegiatan besok. Kalau begitu, kita bertemu di sky restoran.”
”Baiklah. Sampai jumpa besok. Aku mau pulang kerumah dulu ya.” Sambung Will.
”Kau pasti kelelahan. Ya, sudah sampai besok.”
Will mengakhiri percakapan mereka. Ia tersenyum manis sekali melihat nama Kimberley di layar ponselnya. Baginya Kimberley adalah orang istimewa di hatinya. Pertemanan mereka selama bertahun-tahun membuahkan rasa cinta di hati Will Greyson.
Tapi, Will tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa yang dihatinya kepada Kimberley. Selain itu, Will juga memiliki trauma masa kecil yang membuatnya takut akan hubungan antara pria dan wanita.
Will menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil merenggangkan otot tangannya. Kemudian ia pergi keluar dari pintu belakang gedung. Di luar kerumunan para gadis berdiri di depan mobil Will. Mereka menunggu Will sekadar meminta tanda tangan dan mengambil gambar.
Will Greyson yang sudah merasa kelelahan memilih menghindari kerumunan itu. Ia berjalan diam-diam sambil menarik topinya semakin dalam. Ketika ia sampai di pertigaan jalan, Will menelpon Ryan untuk menjemputnya.
”Bukankah kau merindukan ibumu? Dia sudah datang, bahkan mengakui kesalahannya. Bagaimanapun, dia masih ibumu. Hubungan darah tidak bisa diputus. Saat aku berbicara dengannya tadi, aku melihat ketulusan dalam sorot matanya. Dia juga sedih, tapi dia menyembunyikan perasaannya dalam senyuman yang dia berikan padaku tadi. Cobalah untuk berdamai dengan masa lalumu, Will. Aku tahu, aku tidak berhak mengatakan ini, tapi aku juga tahu— kau juga sama tersiksanya dengan ibumu. Lantas, mengapa kau harus mempersulit diri?”Will melirik Hanna, sorot matanya tampak berkaca-kaca. ”Aku ... aku tidak tahu harus bagaimana. Dia tiba-tiba datang di saat aku sudah melupakannya, mengapa dia harus kembali? Jika ingin pergi, seharusnya jangan datang lagi.”Tangisan Will pecah. Tentang Rose adalah hal yang paling menyakitkan dalam hidup Will. Jika saja Rose kembali saat Will masih kecil, mungkin saja ia akan memaafkan segala perbuatan Rose. ”Aku mengerti perasaanmu, tapi dia tetap ibumu. Aku yakin dia juga
”Kim, aku–” Will terdiam. ”Tubuhku masih terasa sakit. Aku ingin istirahat. Bisakah …””Huh! Aku tahu kau cuma ingin menghindar. Tetapi, aku tidak akan memaksa. Lagipula aku juga ada urusan. Istirahatlah.””Terima kasih, Kim.”Kimberley pergi dengan perasaaan hampir marah. Ia menutup pintu dengan suara yang sedikit keras. Sedangkan Will Greyson, ia menatap pintu itu. Kali ini, ia tidak merasakan apa-apa, dan itu mengganggu pikirannya. Kimberley adalah gadis yang ia sukai sejak lama, dan perasaan itu seolah tidak bersisa sedikit pun di dalam hatinya.Lagi-lagi ia memikirkan Hanna dan Will menjadi kesal ketika ia membayangkan Hanna dan George bersama. Will cukup sadar bahwa dirinya yang sekarang tidak lagi dirinya yang dulu.'Aku tidak menyukai Hanna.'Meskipun Will sudah menyangkal itu, tetap saja ia masih kesal.Hanna tiba di rumah sakit terlambat. Dia merasa bersalah telah membuat anak-anak itu menunggunya. Namun, ketika ia mendapati George menunggunya di depan, Hanna menjadi lega.”
”Dasar pria aneh.” Hanna bergegas menutup pintu. ”Sikapnya itu semakin menjadi-jadi. Ah, sudahlah. Aku harus bergegas pergi, jika tidak nanti tuan acara akan marah.”Saat Hanna kembali ke ruang makan, tidak ada ibunya di sana. Hanna mencari Nyonya Mery di setiap ruangan sembari memakan anggur yang baru saja dia comot dari meja makan.”Ibu! Ibu di mana?””Di sini! Aku di halaman belakang!” sahut Nyonya Mery dengan suara keras.Segera Hanna beranjak ke halaman belakang. Di sana, Nyonya Mery tengah menggunting daun-daun bunga yang kering. Juga merapikan beberapa tanamanan anggrek dan mawar.”Lihatlah anak nakal ini. Bunga-bunga ini seharusnya kau perhatikan. Aduh! Anggrek yang malang. Tuanmu sakit dan tid
Sejak kecelakaan, Will tidak serewel dulu. Kini ia lebih banyak diam dan sangat penurut. Mungkin efek kepalanya yang terbentur keras. Baguslah. Hanna mendorong kursi roda ke luar ruangan. Mereka menuju lobby untuk menemui Ryan. Ketika mereka tiba di sana, Ryan dengan sigap memapah Will naik ke mobil. ”Aku senang kau sudah lebih baik sekarang,” kata Ryan penuh antusias. Will melirik sekilas ke arah Ryan dan menyahut, ”hmm.” Di dalam mobil yang dikemudikan Ryan, Will diam seribu bahasa memandang jalanan melalui jendela mobil. Untuk mencairkan suasana, Ryan menyalahkan radio. Berita tentang kepulangan Will terdengar dari radio. Seketika Will Greyson melirik tajam Ryan melalui kaca kecil yang menggantung di depan. Mata mereka bertemu. Walau hanya melalui tatapan, tetapi Ryan paham dengan maksud Will. Ryan segera mematikan benda kecil berisik i
”Tidak ada namanya. Aneh. Belakangan ini banyak sekali paket untuk Will tapi tak ada pengirimannya. Hmm, bisa saja itu dari penggemarnya,” gumam Hanna sembari meletakkan buket bunga di atas meja. Pintu kamar tetiba diketuk dari luar. Seorang pria tampan masuk sambil membawa buket bunga. Ia mematung di ambang pintu saat tatapannya bertemu dengan mata Hanna. Ada rindu yang terpendam dari setiap cahaya yang terpancar dari matanya. ”George?” ”Hai, emm… aku ingin menjenguk Will. Tadi aku melihat berita Will di televisi. Bagaimana kondisinya sekarang?” George melangkah lebih dekat dengan Hanna hingga jarak yang tersisa hanya satu meter saja. ”Seperti yang kau lihat dia masih terbaring. Belum sadar.” Mereka berdua terlihat canggung. Tentu saja. Siapa pun pas
”Ia masih belum sadar. Saat ini Will masih mengalami trauma di bagian kepalanya. Dan kemungkinan ia tidak akan bangun beberapa hari ini.” ”Apa? Will—” ujar Hanna lirih, ”tapi, Will bisa sehat kembali kan, dok?” ”ya, semoga saja ia bisa melewati masa kritisnya. Kalau begitu saya permisi dulu.” Ryan tiba-tiba berbicara, ”aku akan mengurus administrasinya, Hanna kau jenguklah Will.” Hanna mengangguk sambil berkata, ”hmm, terima kasih Ryan.” Tiga puluh menit kemudian, beberapa perawat keluar dari ruang operasi sambil mendorong ranjang tempat Will terbaring. Pria itu belum sadar, ia masih terpejam. Beberapa selang terpasang di hidung dan mulutnya. Juga di lehernya dipasang alat penyangga. Kimberley tersedu-sedu sambil menyerukan nama Will Greyson.
”Mobil Will Greyson terperosok ke dalam jurang. Saat ini beberapa petugas polisi sudah turun ke bawah dan berusaha menyelamatkan Will yang sudah tak sadarkan diri. Situasi di sini juga ramai dari kerumunan orang-orang yang penasaran. Saya Gracia Belle melaporkan dari tempat kejadian.”Berita tentang kecelakaan Will wara-wiri di seluruh saluran televisi. Sendok yang sedari tadi Hanna pegang berdentang di atas piring. Berita itu berhasil membuatnya bergeming.”Will—” ucapnya dengan lirih.Tetiba ponsel Hanna berdering. Nomor asing terpampang di layar ponselnya. Hanna sempat ragu untuk menjawab, tapi bisa saja itu kabar tentang Will.[”Ya, halo.””Aku Ryan manajernya Will. Hmm, Will kec
”Kau—” Hanna tertegun melihat sosok wanita yang di hadapannya, lalu ia menimpali, ”Ya, mungkin karena aku tidak bermulut tajam seperti dirimu. Apa di rumahmu tidak ada jam? Ini masih pukul 7 pagi dan kau sudah bertamu ke rumah orang lain dengan penampilan seperti itu,” Hanna menggeleng-geleng kepala melihat Kimberley yang lebih terlihat seperti menghadiri pesta. Untuk apa Kimberley bertamu sepagi ini dan sudah bermulut jahat kepada Hanna. Seketika Kimberley menggigit bibirnya, ia begitu kesal dengan Hanna. Tidak pernah ia dibuat tak berkutik seperti ini. Namun, Kimberley tetap menunjukkan keangkuhannya dan bersikap bak putri raja menyelonong masuk sambil mengangkat dagunya . ”Will tidak ada di rumah.” ”Aku tahu. Aku datang kesini untuk menemui dirimu, bukan Will,” sahut Kimberley ketus.
”Aku tahu, kau ingin melakukan sesuatu yang licik dan kotor terhadapku, kan?” Hanna menyipitkan matanya.Will gelagapan lalu berkilah, ”bukan. Kau dan hayalanmu terlalu liar. Ah, sudahlah. Aku sudah ngantuk, kita pulang saja.”Dengan tergesa-gesa Will masuk ke dalam mobil. Apa yang kau pikirkan,Will? Kau tertangkap basah. Kini Will hanya perlu bermuka tebal, walaupun ia sangat canggung. Sedikit lagi bibirnya akan merasakan bibir Hanna. Benar-benar memalukan.Perasaan aneh dan penuh ketegangan menyelimuti keduanya. Hanna tidak hentinya berpikir kalau Will akan menciumnya. Sedangkan Will mengutuki dirinya yang begitu ceroboh menyosor bibir orang lain. Tidak bisa dibiarkan. Benar, pria harus punya harga diri.Saat mereka tiba di rumah, sebuah kotak kecil ber
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments