Bab 141Setelah Siti selesai membersihkan diri, wanita itu kembali keluar dan lanjut untuk menyiapkan makan malam karena hari yang sudah sore.Pandangan Siti beralih menatap Sumi dan Bi Yati secara bergantian."Biar aku aja yang masak. Sumi dan Bibi istirahat aja dulu. Pasti capek seharian kerja, 'kan?"Sumi menoleh sekilas. "Nggak apa-apa, Mbak. Masih kuat kok," tolaknya. Siti menghela napasnya perlahan. Wanita itu lantas merebut pisau yang tengah dipegang oleh Sumi."Dibilang istirahat aja dulu. Kalau nggak giliran malah aku yang merasa sungkan," ujarnya."Ya udah deh kalau maksa. Kalau gitu aku sama Bi Yati istirahat dulu, Mbak."Siti mengangguk pelan seraya tersenyum tipis. Kini seorang gadis kecil tampak mendekat ke arahnya."Putri bantuin ya, Bu?""Boleh, tapi cuci tangan dulu," ujarnya.Gadis kecil itu bergegas mencuci tangannya. Saat Sumi dan Bi Yati beristirahat, Putri membantu ibunya untuk menyiapkan bahan-bahan masakan."Masak apa malam ini, Bu?"Siti diam sejenak. Dia me
Bab 142Siti diam sejenak. Wanita itu perlahan mengangkat wajahnya dan menatap lekat sosok pria yang berdiri tepat di hadapannya."Apa Bapak khawatir?"Pertanyaan lugu itu lolos begitu saja dari bibirnya. Bagaimanapun juga sikap sang majikan telah membuatnya bertanya-tanya."Bisa dibilang seperti itu," ujar Handi.Kening Siti tampak berkerut. Dia makin tak mengerti. Memang wajar apabila majikan khawatir dengan bawahannya, tapi apa ada yang wajar jika perhatiannya itu berlebihan?Bahkan Handi sendiri sampai rela mengobati Siti. Padahal pria itu bisa saja tak peduli.Handi menghela napas pelan. Ditatapnya lekat manik mata Siti. "Kamu itu berharga," ujarnya lagi."Maksud Bapak apa?"Pernyataan Handi yang ambigu membuat Siti salah tingkah. Namun Handi hanya diam. Handi kini menatapnya dengan lekat. Semakin dalam dan juga ... intim.Rasanya, suasana begitu hening. Siti bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri. Suara yang makin lama tak beraturan.Namun tak lama keduanya saling
Bab 143Siti kini tampak bergegas untuk pergi ke pasar. Dia tengah sibuk mencatat beberapa bahan makanan yang harus dibeli di pasar dan juga supermarket."Ini sudah semua, Sum?""Udah, Mbak. Itu sesuai kebutuhan buat seminggu ke depan."Siti mengangguk pelan. Wanita itu lantas memasukkan kertas note belanjaan ke dalam dompet yang sudah disediakan oleh Handi. Pria itu memang memfasilitasi para asisten rumah tangganya dengan jumlah tertentu untuk belanja mingguan."Ya sudah, aku berangkat dulu.""Hati-hati, Mbak!" teriak Sumi, wanita itu masih fokus menata meja dapur karena pagi tadi baru saja membuat sarapan. Sedangkan Bi Yati yang dapat giliran untuk cuci piring.Siti lagi-lagi hanya mengangguk. Wanita itu beralih menatap sosok putrinya yang masih duduk dan menyantap sarapan."Put, Ibu mau pergi ke pasar. Putri mau ikut?"Putri menoleh sekilas. Gadis kecil itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya."Nggak, Bu! Putri di rumah aja, sarapannya juga belum habis.""Ya sudah kalau gi
Bab 144Retno pulang dalam keadaan marah. Dia merasa sangat kesal karena tak bisa berkutik di hadapan Siti. Dia bahkan belum menyelesaikan acara belanjanya karena tak ingin berada dekat lebih lama dengan Siti."Ck! Sialan! Kalau bukan karena dia pernah lapor ke polisi, aku udah buat dia malu di depan orang," desisnya. Retno masih ingat dengan jelas wajah mantan menantunya itu yang berani menyapa sambil tersenyum ramah. Bukannya merasa dihormati, Retno justru merasa seolah-olah tengah diledek oleh Siti."Dia pasti ngeledek karena merasa menang," desisnya lagi.Tangan Retno terulur pelan dan menghentikan sebuah taksi. Wanita itu langsung masuk ke dalam taksi sambil memasang tatapan tajam."Ke Jalan Pariaman 12," ujarnya."Siap, Bu!" Tanpa banyak bicara lagi sopir taksi itu segera mengemudikan mobilnya menjauhi area supermarket.Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Retno hanya diam membisu. Namun napas wanita itu tampak memburu naik turun karena emosi.Tak perlu waktu lama dia telah sam
Bab 145"Ibu, tiup lilinnya!"Siti mengangguk pelan. Wanita itu membungkuk dan meniup lilin menyala yang tertusuk tepat di kue."Sekarang, Ibu pejam mata dan minta sesuatu!"Siti hanya bisa tersenyum. Wanita itu menurut saja dan memejam mata sejenak. Setelahnya, dia membuka matanya kembali dan menatap lekat sosok gadis kecilnya."Mbak, ayo potong kuenya! Udah nggak sabar," seloroh Sumi.Siti terkekeh pelan. Wanita itu menerima uluran pisau kue dan mulai memotongnya. Potongnya pertama, dia berikan pada Putri."Put, kamu adalah satu-satunya yang paling berharga buat Ibu. Semoga kamu jadi anak yang kuat dan bisa membuat bangga semua orang."Hanya dengan mengucapkan kalimat itu saja, Siti merasakan kehangatan mulai muncul di dalam hatinya.Raut wajah Putri tampak berbinar penuh bahagia setelah mendapatkan sepotong kue dari Siti, gadis kecil itu berlari memeluk erat tubuh ibunya. "Putri juga sangat sayang sama Ibu," lirihnya.Setelahnya Siti langsung memotong kue kembali lalu memberikannya
Bab 146Acara surprise telah selesai, Siti segera merapikan sisa kue dan memasukkannya ke dalam kulkas. Sedangkan Putri kini telah masuk ke dalam kamarnya untuk tidur siang.Setelahnya, Siti berbalik dan menghampiri dua rekan kerjanya. "Sum, tadi kuenya udah dianter ke Mang Tatang dan Dadang?"Sumi mengangguk pelan. "Udah, Mbak. Beres!" ujarnya sambil menodongkan jempol.Diliriknya sosok wanita paruh baya yang kini tampak masuk ke kamarnya. Bi Yati pasti ingin istirahat. Begitu juga dengan Sumi. "Ya sudah, kalau gitu aku mau ke kamar duluan, Sum."Sumi hanya mengangguk pelan. Sedangkan Siti kini telah masuk ke dalam kamarnya. Wanita itu lantas duduk tepat di samping kasur.Siti menatap ke arah buket bunga yang tersimpan rapi di atas meja samping tempat tidurnya. Handi bukan hanya membelikan roti serta menyiapkan banyak ornamen untuk mempercantik surprise dari Putri. Tapi pria itu juga membeli buket bunga mawar yang tampak indah.Tangan Siti terulur pelan dan mengelus buket bunga itu
Bab 147Siti menarik tubuhnya kembali setelah wanita itu selesai membacakan sebuah dongeng untuk putrinya. Siti menatap lekat sosok anaknya yang kini sudah tertidur lelap. Wanita itu kembali memikirkan tentang perkataan putrinya barusan."Ayah untuk Putri?"Tapi Siti merasa kalau itu hanyalah omong kosong karena Putri mungkin saja merindukan sosok ayah. Wajar bagi gadis kecil berumur 7 tahun itu masih menginginkan kasih sayang yang cukup dari ayahnya."Astaghfirullahaladzim … aku nggak seharusnya berpikir aneh," lirihnya sambil mengingatkan diri sendiri.Apalagi Putri selama ini selalu mendapatkan perlakuan buruk oleh Adi. Tak pernah sekalipun pria itu memperlakukan putrinya dengan lembut layaknya darah dagingnya sendiri."Mas, andai kamu tahu betapa besar rasa kesepian Putri. Mungkinkah kamu menyesal?"Siti tak bisa melakukan apapun untuk mengusir rasa kerinduan yang acap kali muncul di dalam hati Putri. Hanya sosok seorang ayah yang bisa membuat gadis kecil itu bahagia.Siti tahu jel
Bab 148Seperti pagi-pagi biasanya, Siti terlihat fokus untuk menyiapkan sarapan. Wanita itu mulai mengesampingkan segala perasaan terkait masalah hatinya karena tak ingin terus larut dalam rasa sakit yang tak berkesudahan.Siti tak ingin terlalu memikirkan masalah percintaan, walau terkadang hatinya masih berdesir ketika bayangan Handi melintas dibenaknya."Mbak, masak apa hari ini?"Siti menoleh ke arah sumber suara dan menatap lekat sosok wanita muda yang baru saja keluar dari kamarnya."Nasi goreng aja, Sum. Kebetulan sisa nasi kemarin cukup buat sarapan," ujarnya.Sumi mengangguk pelan. Tanpa diperintah sekalipun, wanita itu bergegas untuk membantu Siti."Biar aku aja yang siapin bumbunya, Mbak.""Oh, ya sudah. Kalau gitu aku cek Putri dulu," ujarnya.Sumi hanya mengangguk pelan. Sedangkan Siti kini bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk mengecek keadaan putrinya.Setelah pintu kamarnya terbuka, Siti bisa melihat dengan jelas putrinya telah berpakaian rapi. Gadis kecil itu tengah
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili