Share

127. Pergi ke Kampus

"Mbak Nadia?" tanyaku setelah dia berdiri lagi di sampingku.

"Hmm." Wajahnya kembali datar.

"Kenapa?" Aku yakin perubahan mimik wajahnya disebabkan oleh telepon dan Mbak Nadia.

"Yesi mengadu."

"Perihal?"

"Oleh-oleh."

"Apa yang salah?"

"Dia ingin oleh-oleh untuk Yesi tidak disamakan dengan para pelayan."

Kuhela nafas panjang lalu membuangnya kasar.

"Maaf, karena itu aku yang mengusulkan."

"Tidak usah minta maaf, aku setuju dengan pendapatmu. Yang aku sayangkan adalah sikap berlebihan Mbak Nadia."

"Bukankah ini terjadi sejak dulu, kenapa Mas Nathan tidak berontak saja dari awal?" Kedua alisku bertaut.

"Ada hal yang tidak bisa aku jelaskan, Dek. Lagi pula, dulu Mbak Nadia tidak seperti ini."

Aku meluruskan pandang. Jika dulu Mbak Nadia tidak seperti ini, lalu sekarang? Apakah ada hubungannya dengan pernikahan kami? Sebab Mbak Nadia sudah jelas-jelas tidak suka padaku.

"Apa ada hubungannya denganku?"

Secara bersamaan kami menoleh, Mas Nathan kemudian meraih tanganku. Tatapannya menajam.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status