Share

Dunia Milik Berdua

Bulan mendesah, dia tak sadar sudah mengucapkan kalimat harapan pada Langit.

“Iya, ya, aku hanya bercanda,” ucap Langit kemudian.

Dia tak suka melihat Bulan merenggut gara-gara ucapannya barusan. Mereka mengambil beberapa strawberry yang masak, Langit menyuapi istrinya yang tampak suka sekali memakannya.

“yang ini asam langit, seperti wajahmu.”

“Sial, sejak kapan wajahku yang setampan ini berubah menjadi asam.”

Bulan tertawa terbahak-bahak, melihat raut wajah Langit yang tampak begitu kesal dengannya. Mereka berjalan beriringan menuju pohon rambutan yang tidak begitu tinggi. Lagi-lagi mata bulan berbinar melihat buah rambutan yang begitu lebat. Warna-warninya begitu memanjakan mata.

“Langit aku boleh mengambilnya?”

Langit mengangguk, ”Kamu duduk saja biar aku ambilkan.”

Bulan menuruti perintah suaminya, dia duduk di sebuah gubuk kecil menunggu langit mengambilkan beberapa rambutan.

Langit sendiri keheranan dia tak menyangka Bulan yang tidak pernah tinggal di pinggiran kota te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status