Beranda / Romansa / Kala Cinta Menggoda / Makan Malam yang Menggetarkan Hati

Share

Makan Malam yang Menggetarkan Hati

Penulis: Orion Lovelace
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-15 16:12:37

Malam itu, langit kota dipenuhi bintang yang malu-malu bersinar di antara lampu-lampu gedung pencakar langit. Laura berdiri di depan cermin kamarnya, mengenakan gaun biru navy yang membalut tubuhnya dengan anggun. Gaun itu bukan miliknya, David yang memberikannya pagi tadi lewat jasa kurir, lengkap dengan sepucuk catatan kecil bertuliskan:

“Sampai jumpa malam ini. Aku ingin malam ini jadi kenangan indah pertama untuk kita.”

Laura sempat tertawa geli membaca pesan itu, tapi detak jantungnya berdetak lebih cepat sejak saat itu. Dua minggu, mereka baru saling mengenal selama dua minggu. Tapi entah mengapa, kehadiran David mampu membuat hari-harinya terasa berbeda.

Ketika mobil hitam berhenti tepat di depan apartemennya dan David turun membukakan pintu, Laura tak bisa menyembunyikan senyumnya. Pria itu tampak luar biasa malam ini, mengenakan jas hitam dengan dasi tipis, rambutnya ditata rapi, dan aroma parfum maskulin yang samar tercium saat ia membungkuk kecil.

“Kamu cantik sekali malam ini,” ucap David memandangi Laura dengan kagum.

“Dan kamu terlihat seperti keluar dari film romantis,” balas Laura bercanda, membuat David tertawa ringan.

Mereka sampai di sebuah restoran mewah di lantai atas hotel berbintang. Lampu-lampu temaram, alunan musik jazz lembut, dan meja makan di balkon yang menghadap ke kota, membuat segalanya terasa sempurna. Makan malam berlangsung dengan obrolan hangat. Laura menikmati pasta seafood-nya sambil sesekali mencuri pandang ke arah David.

“Kamu sering makan di tempat seperti ini?” tanya Laura.

“Dulu iya. Tapi sekarang rasanya berbeda. Yang membuat spesial bukan tempatnya… tapi dengan siapa aku duduk makan.”

Laura menunduk malu, merasakan pipinya memanas, perasaan gugup tiba-tiba merayap di hatinya.

Ketika dessert selesai dihidangkan, David menarik napas pelan, menatap Laura dengan tatapan yang begitu dalam dan serius.

“Laura… ada yang ingin aku katakan padamu.”

Laura mengangkat wajahnya, menatap mata David. Matanya berbinar dalam cahaya lilin.

“Aku tahu ini terlalu cepat… dan mungkin kamu akan berpikir aku gila. Tapi selama dua minggu ini, aku merasa ada yang berbeda sejak kamu hadir dalam hariku. Kamu membuatku merasa hidup.”

David menggenggam tangan Laura di atas meja. “Aku jatuh cinta padamu, Laura.”

Kata-kata itu membuat jantung Laura berdetak kencang. Tangannya sedikit gemetar dalam genggaman David.

“David… kita baru kenal dua minggu…” ucap Laura pelan, nyaris berbisik.

“Aku tahu. Tapi aku yakin dengan perasaanku. Aku tidak pernah setegas ini sebelumnya.”

Laura menggeleng pelan, mencoba memproses semuanya. Namun senyum David, tatapannya yang dalam, dan kehangatan suaranya membuat sisi lembut hatinya goyah.

“Aku merasa nyaman bersamamu. David, kau orang yang baik…” ucapnya jujur, dengan mata yang masih menatap ke bawah.

Ucapan itu menusuk dada David seperti pisau tumpul. Kalimat yang sama… kalimat yang pernah ia dengar dari Raymond, cinta pertamanya.

"Kau orang yang baik, Dev..." Ucap Raymond saat itu. Kenangan itu kembali membanjiri pikirannya. Tatapan Raymond, senyumnya, dan ucapan terakhirnya sebelum menghilang setelah wisuda, seolah masih hidup dalam pikirannya.

Lamunan David buyar saat merasakan genggaman hangat Laura menguat di tangannya.

“Aku tidak bisa menjawabmu sekarang,” ujar Laura lembut, menatap David dengan jujur. “Tapi aku tidak akan menggantungkan perasaanmu. Beri aku waktu satu minggu untuk berpikir.”

David menatap Laura dalam diam. Ada sedikit luka di hatinya, namun dia bisa melihat kejujuran di mata wanita itu.

“Aku akan menunggu jawabanmu,” katanya lirih. “Tapi… ijinkan aku untuk bisa tetap dekat denganmu seperti biasa. Tanpa tekanan.”

Laura tersenyum. “Itu bisa kuterima.”

Mereka berdua terdiam sejenak, hanya menikmati malam yang perlahan berubah menjadi momen yang tak terlupakan. Angin malam berhembus pelan, membawa aroma manis bunga yang menghiasi balkon restoran.

“Sebenarnya…” ujar Laura perlahan, suaranya pelan seperti bisikan. “Aku takut jatuh cinta terlalu cepat. Tapi entah kenapa, aku tak bisa menolak cara kamu membuatku merasa… dihargai.”

David menatap Laura, dan kali ini ia tak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya tersenyum, dan dari senyum itu, Laura tahu bahwa pria ini menyimpan luka, yang belum ia ungkapkan.

Mereka bangkit dari meja, berjalan pelan menuju balkon. Dari tempat itu, kota tampak seperti lautan cahaya. Laura bersandar di pagar balkon, dan David berdiri di sampingnya.

“Jika hatimu masih menyimpan luka, aku tak ingin memaksamu,” ucap Laura tiba-tiba, tanpa menoleh.

David terkejut. Ia memandang wanita di sampingnya dengan tatapan kosong.

“Apa maksudmu?”

“Aku tidak tahu apa yang kamu sembunyikan, David. Tapi aku bisa melihat matamu. Tatapanmu tadi saat aku bilang kamu orang yang baik… seolah kamu sedang berperang dengan sesuatu.”

David tertawa pelan, tapi getir.

“Kamu terlalu peka, Laura.”

“Aku wanita. Aku dilatih oleh hidup untuk memahami luka yang tak terucap.”

Hening. Angin meniup lembut rambut Laura, dan David hanya bisa menatapnya dalam diam.

“Jika nanti kamu memilih untuk tidak mencintaiku, aku tidak akan menyesal,” ucap David akhirnya. “Tapi jika kamu memberiku kesempatan, aku akan pastikan hatiku hanya untukmu.”

Laura menoleh. Untuk pertama kalinya, ia melihat luka yang tak mampu David sembunyikan lagi. Namun, entah kenapa, Laura tak ingin menjauh. Ia ingin jadi bagian dari kehidupan David.

“Beri aku satu minggu,” ulang Laura lagi. “Dan selama itu… mari kita saling jujur. Bukan hanya soal cinta, tapi juga tentang masa lalu.”

David mengangguk. Senyumnya tak secerah tadi, tapi lebih tulus.

Malam itu, cinta tak serta merta dimulai, namun benihnya telah tumbuh di dalam hati masing-masing. Dan di bawah langit yang mulai mendung, dua orang yang sama-sama menyimpan luka mulai menapaki jalan menuju cinta… yang entah akan berakhir di mana.

====

TBC

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kala Cinta Menggoda   Lamaran yang Menggetarkan Jiwa

    Satu minggu berlalu begitu cepat.Laura masih ingat hari-hari selama tujuh hari terakhir bersama David, penuh kejutan-kejutan kecil yang seolah dirancang khusus untuk membuatnya jatuh cinta. Mulai dari secangkir kopi hangat yang secara “kebetulan” dititipkan oleh petugas lobi apartemennya dengan nama David, hingga momen-momen sederhana seperti naik bus dan jalan kaki pulang kantor bersama, bercanda di taman sambil makan es krim, dan menatap langit malam dari balkon apartemen masing-masing sambil menelepon. Setiap detik kebersamaan mereka terasa ringan… tapi menyentuh hati.Dan kini, di hari ke tujuh, tepat satu minggu setelah Laura meminta waktu untuk berpikir, David mengajaknya makan malam kembali. Kali ini mereka tidak pergi ke restoran rooftop seperti sebelumnya, melainkan sebuah restoran kecil dengan nuansa taman rahasia yang romantis, tersembunyi di dalam hotel butik mewah di pinggiran kota.Ketika Laura tiba di tempat itu, ia mendapati suasana seperti mimpi. Taman kecil itu dipe

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Kala Cinta Menggoda   Restu yang Dinanti

    Beberapa hari telah berlalu sejak lamaran romantis David kepada Laura. Cincin berlian sederhana di jari manis Laura kini menjadi pengingat manis bahwa kehidupannya akan segera berubah. Tiap pagi yang ia lalui terasa berbeda, lebih bersemangat, lebih penuh warna. Tidak hanya karena status barunya sebagai tunangan David, tapi juga karena perhatian dan kasih sayang yang terus mengalir tanpa henti dari pria itu. Pagi itu, David datang membawakan sarapan, mereka duduk berdua di balkon apartemen Laura, menikmati sarapan sambil memandangi langit cerah "Kamu terlihat bahagia sekali pagi ini," kata David sambil menatap Laura yang duduk bersandar dengan wajah berseri. "Karena memang aku bahagia," jawab Laura jujur. "Mungkin karena kamu selalu tahu bagaimana caranya membuat hari hariku istimewa." David tersenyum dan mengusap lembut punggung tangan Laura. "Kalau begitu… aku ingin membuat langkah selanjutnya." "Langkah apa?" t

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Kala Cinta Menggoda   Epilog

    Hujan deras mengetuk jendela kamar, menciptakan irama yang menyakitkan di telinga Laura. Malam yang seharusnya menjadi malam paling bahagia dalam hidupnya, berubah menjadi mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan. Tubuhnya menggigil, bukan karena dinginnya udara malam, tetapi karena perasaan kosong yang menggerogoti hatinya.Gaun putih yang masih melekat di tubuhnya kini berantakan. Rambutnya kusut, wajahnya pucat dengan sisa air mata yang tak kunjung kering. Di sudut kamar pengantin yang gelap, Laura duduk memeluk lutut, memandangi pintu kamar yang sejak tadi tidak pernah terbuka.David...Nama itu kini terasa seperti pisau yang menghujam jantungnya.Dia pergi.Tanpa penjelasan. Tanpa kata maaf.Laura menelan napasnya dengan susah payah, dada terasa sesak. Ia ingat betapa dalamnya ia mencintai pria itu, betapa berharapnya cinta permanya menjadi cinta terakhirnya. David selalu terlihat sempurna, penuh kasih sayang sebelum mereka menikah. Dia pria yang selalu membuat Laura merasa dicin

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Kala Cinta Menggoda   Pertemuan Tak Terduga

    Awal mulaPagi itu, alarm Laura berbunyi keras sejak pukul enam, tapi tubuhnya tetap menolak untuk bangun. Matahari sudah tinggi saat ia akhirnya membuka mata dan melirik jam dinding.“Jam delapan? Astaga!” teriaknya panik.Dia langsung melompat dari tempat tidur, rambut masih berantakan, wajah belum sepenuhnya sadar. Dalam hitungan menit, dia memakai kemeja biru polos, rok kerja, dan menyematkan jarum peniti agar bajunya tetap rapi.Namun satu hal yang tidak bisa ia tinggalkan kopi. Tanpa secangkir kopi, Laura bisa berubah jadi monster pemarah seharian.Dengan langkah tergesa dan mata yang masih separuh terbuka, dia berjalan cepat ke minimarket kecil di bawah apartemennya.“Cuma butuh kopi. Cuma kopi dan semangat palsu,” gumamnya sambil mengambil segelas kopi dingin favoritnya dari rak pendingin.Saat ia berjalan menuju kasir, antrean sudah mengular. Dengan pasrah, ia berdiri paling belakang, tangannya memeluk segelas kopi seperti benda paling berharga di dunia.Di depan, seorang pri

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Kala Cinta Menggoda   Bayangan Masa Lalu

    Langit mendung siang itu menyatu dengan suasana hati David. Ia duduk sendiri di ruang kerjanya, jendela besar di belakangnya hanya memperlihatkan kota yang tampak lesu oleh cuaca. Di tangannya, sebuah ponsel dengan layar masih menyala menampilkan pesan singkat yang baru saja ia terima dari Javier, teman lamanya semasa kuliah. Pesan itu singkat, tapi cukup untuk membuat hatinya terasa seperti dihantam badai."Raymond akan bertunangan minggu depan. Wanitanya cantik sekali, anak pengusaha besar di London."David menghela napas panjang. Matanya menatap kosong ke luar jendela. Hening menyelimuti ruangan, hanya suara detik jam yang terdengar samar-samar."Jadi dia benar-benar pergi..." bisiknya lirih.Tangannya yang memegang ponsel perlahan gemetar. Ingatannya perlahan mundur ke beberapa tahun lalu, saat ia masih menjadi mahasiswa semester akhir yang penuh semangat namun menyimpan satu rahasia besar, perasaannya pada sahabatnya sendiri, Raymond. ....3 Tahun Lalu"Bro, serius banget ngerja

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Kala Cinta Menggoda   Pertemuan yang Terasa Takdir

    Matahari pagi belum terlalu tinggi saat David sudah berdiri di depan minimarket dekat apartemennya. Dengan sengaja ia memilih waktu yang sama seperti saat pertama kali bertemu Laura. Ia berdiri di dekat rak minuman, tangannya memegang kaleng kopi dingin, namun pikirannya hanya fokus pada satu hal. Laura.Pintu minimarket terbuka. Dentingan lonceng kecil berbunyi. Dan seperti yang ia harapkan, Laura masuk dengan rambut setengah basah dan wajah mengantuk, mengenakan kemeja longgar dan jeans biru muda. David menoleh dan tersenyum kecil."Pagi," sapanya ringan.Laura terkejut, matanya membulat, lalu buru-buru membalas, "Oh… pagi juga.""Kita bertemu lagi. Sepertinya kamu memang penggemar kopi pagi di sini, ya?" goda David sambil mengangkat kaleng kopi di tangannya.Laura tertawa kecil. "Iya… bisa dibilang begitu. Kebiasaan buruk yang tak bisa kutinggalkan."David ikut tertawa. Ia senang karena Laura terlihat lebih santai. "Aku juga mulai ketagihan kopi dari sini sejak seseorang pernah mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15

Bab terbaru

  • Kala Cinta Menggoda   Restu yang Dinanti

    Beberapa hari telah berlalu sejak lamaran romantis David kepada Laura. Cincin berlian sederhana di jari manis Laura kini menjadi pengingat manis bahwa kehidupannya akan segera berubah. Tiap pagi yang ia lalui terasa berbeda, lebih bersemangat, lebih penuh warna. Tidak hanya karena status barunya sebagai tunangan David, tapi juga karena perhatian dan kasih sayang yang terus mengalir tanpa henti dari pria itu. Pagi itu, David datang membawakan sarapan, mereka duduk berdua di balkon apartemen Laura, menikmati sarapan sambil memandangi langit cerah "Kamu terlihat bahagia sekali pagi ini," kata David sambil menatap Laura yang duduk bersandar dengan wajah berseri. "Karena memang aku bahagia," jawab Laura jujur. "Mungkin karena kamu selalu tahu bagaimana caranya membuat hari hariku istimewa." David tersenyum dan mengusap lembut punggung tangan Laura. "Kalau begitu… aku ingin membuat langkah selanjutnya." "Langkah apa?" t

  • Kala Cinta Menggoda   Lamaran yang Menggetarkan Jiwa

    Satu minggu berlalu begitu cepat.Laura masih ingat hari-hari selama tujuh hari terakhir bersama David, penuh kejutan-kejutan kecil yang seolah dirancang khusus untuk membuatnya jatuh cinta. Mulai dari secangkir kopi hangat yang secara “kebetulan” dititipkan oleh petugas lobi apartemennya dengan nama David, hingga momen-momen sederhana seperti naik bus dan jalan kaki pulang kantor bersama, bercanda di taman sambil makan es krim, dan menatap langit malam dari balkon apartemen masing-masing sambil menelepon. Setiap detik kebersamaan mereka terasa ringan… tapi menyentuh hati.Dan kini, di hari ke tujuh, tepat satu minggu setelah Laura meminta waktu untuk berpikir, David mengajaknya makan malam kembali. Kali ini mereka tidak pergi ke restoran rooftop seperti sebelumnya, melainkan sebuah restoran kecil dengan nuansa taman rahasia yang romantis, tersembunyi di dalam hotel butik mewah di pinggiran kota.Ketika Laura tiba di tempat itu, ia mendapati suasana seperti mimpi. Taman kecil itu dipe

  • Kala Cinta Menggoda   Makan Malam yang Menggetarkan Hati

    Malam itu, langit kota dipenuhi bintang yang malu-malu bersinar di antara lampu-lampu gedung pencakar langit. Laura berdiri di depan cermin kamarnya, mengenakan gaun biru navy yang membalut tubuhnya dengan anggun. Gaun itu bukan miliknya, David yang memberikannya pagi tadi lewat jasa kurir, lengkap dengan sepucuk catatan kecil bertuliskan:“Sampai jumpa malam ini. Aku ingin malam ini jadi kenangan indah pertama untuk kita.”Laura sempat tertawa geli membaca pesan itu, tapi detak jantungnya berdetak lebih cepat sejak saat itu. Dua minggu, mereka baru saling mengenal selama dua minggu. Tapi entah mengapa, kehadiran David mampu membuat hari-harinya terasa berbeda.Ketika mobil hitam berhenti tepat di depan apartemennya dan David turun membukakan pintu, Laura tak bisa menyembunyikan senyumnya. Pria itu tampak luar biasa malam ini, mengenakan jas hitam dengan dasi tipis, rambutnya ditata rapi, dan aroma parfum maskulin yang samar tercium saat ia membungkuk kecil.“Kamu cantik sekali malam

  • Kala Cinta Menggoda   Pertemuan yang Terasa Takdir

    Matahari pagi belum terlalu tinggi saat David sudah berdiri di depan minimarket dekat apartemennya. Dengan sengaja ia memilih waktu yang sama seperti saat pertama kali bertemu Laura. Ia berdiri di dekat rak minuman, tangannya memegang kaleng kopi dingin, namun pikirannya hanya fokus pada satu hal. Laura.Pintu minimarket terbuka. Dentingan lonceng kecil berbunyi. Dan seperti yang ia harapkan, Laura masuk dengan rambut setengah basah dan wajah mengantuk, mengenakan kemeja longgar dan jeans biru muda. David menoleh dan tersenyum kecil."Pagi," sapanya ringan.Laura terkejut, matanya membulat, lalu buru-buru membalas, "Oh… pagi juga.""Kita bertemu lagi. Sepertinya kamu memang penggemar kopi pagi di sini, ya?" goda David sambil mengangkat kaleng kopi di tangannya.Laura tertawa kecil. "Iya… bisa dibilang begitu. Kebiasaan buruk yang tak bisa kutinggalkan."David ikut tertawa. Ia senang karena Laura terlihat lebih santai. "Aku juga mulai ketagihan kopi dari sini sejak seseorang pernah mem

  • Kala Cinta Menggoda   Bayangan Masa Lalu

    Langit mendung siang itu menyatu dengan suasana hati David. Ia duduk sendiri di ruang kerjanya, jendela besar di belakangnya hanya memperlihatkan kota yang tampak lesu oleh cuaca. Di tangannya, sebuah ponsel dengan layar masih menyala menampilkan pesan singkat yang baru saja ia terima dari Javier, teman lamanya semasa kuliah. Pesan itu singkat, tapi cukup untuk membuat hatinya terasa seperti dihantam badai."Raymond akan bertunangan minggu depan. Wanitanya cantik sekali, anak pengusaha besar di London."David menghela napas panjang. Matanya menatap kosong ke luar jendela. Hening menyelimuti ruangan, hanya suara detik jam yang terdengar samar-samar."Jadi dia benar-benar pergi..." bisiknya lirih.Tangannya yang memegang ponsel perlahan gemetar. Ingatannya perlahan mundur ke beberapa tahun lalu, saat ia masih menjadi mahasiswa semester akhir yang penuh semangat namun menyimpan satu rahasia besar, perasaannya pada sahabatnya sendiri, Raymond. ....3 Tahun Lalu"Bro, serius banget ngerja

  • Kala Cinta Menggoda   Pertemuan Tak Terduga

    Awal mulaPagi itu, alarm Laura berbunyi keras sejak pukul enam, tapi tubuhnya tetap menolak untuk bangun. Matahari sudah tinggi saat ia akhirnya membuka mata dan melirik jam dinding.“Jam delapan? Astaga!” teriaknya panik.Dia langsung melompat dari tempat tidur, rambut masih berantakan, wajah belum sepenuhnya sadar. Dalam hitungan menit, dia memakai kemeja biru polos, rok kerja, dan menyematkan jarum peniti agar bajunya tetap rapi.Namun satu hal yang tidak bisa ia tinggalkan kopi. Tanpa secangkir kopi, Laura bisa berubah jadi monster pemarah seharian.Dengan langkah tergesa dan mata yang masih separuh terbuka, dia berjalan cepat ke minimarket kecil di bawah apartemennya.“Cuma butuh kopi. Cuma kopi dan semangat palsu,” gumamnya sambil mengambil segelas kopi dingin favoritnya dari rak pendingin.Saat ia berjalan menuju kasir, antrean sudah mengular. Dengan pasrah, ia berdiri paling belakang, tangannya memeluk segelas kopi seperti benda paling berharga di dunia.Di depan, seorang pri

  • Kala Cinta Menggoda   Epilog

    Hujan deras mengetuk jendela kamar, menciptakan irama yang menyakitkan di telinga Laura. Malam yang seharusnya menjadi malam paling bahagia dalam hidupnya, berubah menjadi mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan. Tubuhnya menggigil, bukan karena dinginnya udara malam, tetapi karena perasaan kosong yang menggerogoti hatinya.Gaun putih yang masih melekat di tubuhnya kini berantakan. Rambutnya kusut, wajahnya pucat dengan sisa air mata yang tak kunjung kering. Di sudut kamar pengantin yang gelap, Laura duduk memeluk lutut, memandangi pintu kamar yang sejak tadi tidak pernah terbuka.David...Nama itu kini terasa seperti pisau yang menghujam jantungnya.Dia pergi.Tanpa penjelasan. Tanpa kata maaf.Laura menelan napasnya dengan susah payah, dada terasa sesak. Ia ingat betapa dalamnya ia mencintai pria itu, betapa berharapnya cinta permanya menjadi cinta terakhirnya. David selalu terlihat sempurna, penuh kasih sayang sebelum mereka menikah. Dia pria yang selalu membuat Laura merasa dicin

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status