Share

Kala Cinta Menggoda
Kala Cinta Menggoda
Penulis: Orion Lovelace

Epilog

Penulis: Orion Lovelace
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-15 15:33:38

Hujan deras mengetuk jendela kamar, menciptakan irama yang menyakitkan di telinga Laura. Malam yang seharusnya menjadi malam paling bahagia dalam hidupnya, berubah menjadi mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan. Tubuhnya menggigil, bukan karena dinginnya udara malam, tetapi karena perasaan kosong yang menggerogoti hatinya.

Gaun putih yang masih melekat di tubuhnya kini berantakan. Rambutnya kusut, wajahnya pucat dengan sisa air mata yang tak kunjung kering. Di sudut kamar pengantin yang gelap, Laura duduk memeluk lutut, memandangi pintu kamar yang sejak tadi tidak pernah terbuka.

David...

Nama itu kini terasa seperti pisau yang menghujam jantungnya.

Dia pergi.

Tanpa penjelasan. Tanpa kata maaf.

Laura menelan napasnya dengan susah payah, dada terasa sesak. Ia ingat betapa dalamnya ia mencintai pria itu, betapa berharapnya cinta permanya menjadi cinta terakhirnya. David selalu terlihat sempurna, penuh kasih sayang sebelum mereka menikah. Dia pria yang selalu membuat Laura merasa dicintai, membuatnya percaya bahwa kebahagiaan abadi itu nyata.

Tapi semua itu hanya kebohongan.

Laura menatap ponsel di tangannya. Layarnya redup, tanpa notifikasi. Tidak ada panggilan. Tidak ada pesan.

Dia telah menelepon David berkali-kali. Tidak ada jawaban. Dia menunggu dengan harapan yang perlahan berubah menjadi keputusasaan.

“Kau bahkan tidak peduli denganku...” bisiknya pelan, suaranya bergetar.

Petir menggelegar di luar sana, mengguncang jendela. Laura tersentak, memeluk dirinya lebih erat tubuhnya bergetar menahan rasa takut. Dia selalu takut pada petir. David tahu itu.

Tapi dia tidak di sini.

Dia tidak peduli.

Air mata kembali tumpah tanpa bisa dia cegah.

“Apa salahku...?” Laura terisak, bertanya pada dirinya sendiri. “Apa aku begitu tak berharga?”

Hatinya hancur berkeping-keping.

Dia merasa bodoh. Terlalu buta karena cinta.

Laura berdiri dengan lemas, berjalan ke arah cermin besar di sudut kamar. Bayangan dirinya terpantul di sana, sosok yang tidak ia kenali lagi. Dia terlihat berantakan.

Mata sembab. Bibir bergetar.

“Inikah aku...?” bisiknya penuh kebencian.

Dia mengangkat tangannya, menyentuh pantulan wajahnya di cermin.

“Inikah wanita yang kau tinggalkan...?”

Isakan semakin keras.

Laura memejamkan mata, berharap ini semua hanya mimpi buruk. Bahwa saat ia membuka mata, David akan berdiri di sana, memeluknya, meminta maaf...

Tapi saat dia membuka mata, yang ada hanyalah kenyataan pahit.

Tiba-tiba, suara ketukan pintu terdengar. Pelan, tapi cukup untuk membuat Laura tersentak. Dia berlari kecil menuju pintu, harapan kembali menyala di dadanya.

Mungkin itu David.

Mungkin dia akhirnya pulang.

Namun ketika pintu terbuka, yang berdiri di sana adalah Morgan, ayah mertuanya.

Mata pria itu penuh dengan kekhawatiran.

“Laura...” suaranya lembut. “Kau baik-baik saja?”

Laura tidak menjawab. Hanya menatap pria itu dengan mata penuh air mata.

Dan di saat berikutnya, dia runtuh. Tubuhnya limbung, hampir jatuh jika saja Morgan tidak sigap menangkapnya.

“Aku tidak kuat lagi...” Laura terisak dalam pelukan Morgan. “Aku lelah...”

Morgan memeluknya erat, membiarkan Laura menangis di dadanya.

"Dimana David?"

Laura merasa tidak sanggup lagi untuk menopang tubuhnya. Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan lemah.

Morgan terkejut dengan jawaban Laura,

“Kau tidak sendiri,” bisiknya. “Aku di sini... aku selalu di sini.”

Malam itu, dalam pelukan pria yang seharusnya hanya menjadi ayah mertuanya, Laura merasakan kehangatan yang telah hilang.

Tapi dia benci perasaan itu.

Dia benci bahwa bukan David yang ada di sini.

Beberapa saat kemudian, Laura duduk di sofa dengan selimut yang membalut tubuhnya. Morgan duduk di sampingnya, menatapnya dengan raut wajah penuh kesedihan.

“David tidak seharusnya meninggalkanmu seperti ini,” kata Morgan dengan nada serius. “Ini bukan salahmu.”

Laura tersenyum pahit.

“Kalau bukan salahku... kenapa dia pergi?”

Morgan terdiam. Dia tidak tahu bagaimana menjawab itu.

Karena dia tidak tahu alasannya...

“Dia yang kehilangan,” kata Morgan akhirnya. “Bukan kau.”

Laura menunduk, menatap tangannya sendiri.

“Tapi kenapa rasanya aku yang paling hancur?”

Suasana kembali hening.

Petir masih menyambar di luar sana. Hujan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Dan di dalam hatinya, badai itu terus berlanjut.

Suasana hening dikamar pengantin itu tiba-tiba menjadi mencekam bagi Laura,

"Pah, aku takut petir, bisakah malam ini papah...?

Morgan mendekatkan duduknya dan memeluk bahu Laura yang sudah terbungkus selimut. Sebelum nyonya Thompson pergi dari hotel tempat pesta pernikahan putrinya berlangsung, mereka sempat khawatir dengan putrinya yang takut akan petir. ramalan cuaca mengatakan disekitar hotel akan terjadi badai malam ini. Jadi saat bertemu dengan Morgan, besannya itu mengingatkan tentang kondisi putrinya.

Morgan yang pada awalnya berencana untuk berpamitan dengan David, sekaligus menyampaikan pesan nyonya Thompson. Malah dikejutkan dengan kenyataan pahit. Dimana putranya pergi entah kemana dimalam pengantinnya dan tanpa perasaan meninggalkan wanita yang baru saja dia nikahi itu, begitu saja.

"Malam ini papah akan menemimu, sampai David kembali... Jangan takut, papah ada disini." Ucapnya sambil mengeratkan pelukannya.

Laura menyandarkan kepalanya di bahu Morgan dengan badan yang bergetar ketakutan, pandangan matanya kosong menatap langit-langit kamar hotel, yang penuh dengan hiasan pengantin.

Dia merasa kosong.

Tidak ada cinta.

Tidak ada harapan.

Hanya luka.

Luka yang terlalu dalam untuk disembuhkan.

Morgan menatapnya dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

Dia ingin meredakan sakit itu.

Tapi di saat yang sama... dia tahu bahwa perasaan yang mulai tumbuh di hatinya bukan hanya sekadar rasa kasihan.

====

TBC

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kala Cinta Menggoda   Pertemuan Tak Terduga

    Awal mulaPagi itu, alarm Laura berbunyi keras sejak pukul enam, tapi tubuhnya tetap menolak untuk bangun. Matahari sudah tinggi saat ia akhirnya membuka mata dan melirik jam dinding.“Jam delapan? Astaga!” teriaknya panik.Dia langsung melompat dari tempat tidur, rambut masih berantakan, wajah belum sepenuhnya sadar. Dalam hitungan menit, dia memakai kemeja biru polos, rok kerja, dan menyematkan jarum peniti agar bajunya tetap rapi.Namun satu hal yang tidak bisa ia tinggalkan kopi. Tanpa secangkir kopi, Laura bisa berubah jadi monster pemarah seharian.Dengan langkah tergesa dan mata yang masih separuh terbuka, dia berjalan cepat ke minimarket kecil di bawah apartemennya.“Cuma butuh kopi. Cuma kopi dan semangat palsu,” gumamnya sambil mengambil segelas kopi dingin favoritnya dari rak pendingin.Saat ia berjalan menuju kasir, antrean sudah mengular. Dengan pasrah, ia berdiri paling belakang, tangannya memeluk segelas kopi seperti benda paling berharga di dunia.Di depan, seorang pri

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Kala Cinta Menggoda   Bayangan Masa Lalu

    Langit mendung siang itu menyatu dengan suasana hati David. Ia duduk sendiri di ruang kerjanya, jendela besar di belakangnya hanya memperlihatkan kota yang tampak lesu oleh cuaca. Di tangannya, sebuah ponsel dengan layar masih menyala menampilkan pesan singkat yang baru saja ia terima dari Javier, teman lamanya semasa kuliah. Pesan itu singkat, tapi cukup untuk membuat hatinya terasa seperti dihantam badai."Raymond akan bertunangan minggu depan. Wanitanya cantik sekali, anak pengusaha besar di London."David menghela napas panjang. Matanya menatap kosong ke luar jendela. Hening menyelimuti ruangan, hanya suara detik jam yang terdengar samar-samar."Jadi dia benar-benar pergi..." bisiknya lirih.Tangannya yang memegang ponsel perlahan gemetar. Ingatannya perlahan mundur ke beberapa tahun lalu, saat ia masih menjadi mahasiswa semester akhir yang penuh semangat namun menyimpan satu rahasia besar, perasaannya pada sahabatnya sendiri, Raymond. ....3 Tahun Lalu"Bro, serius banget ngerja

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Kala Cinta Menggoda   Pertemuan yang Terasa Takdir

    Matahari pagi belum terlalu tinggi saat David sudah berdiri di depan minimarket dekat apartemennya. Dengan sengaja ia memilih waktu yang sama seperti saat pertama kali bertemu Laura. Ia berdiri di dekat rak minuman, tangannya memegang kaleng kopi dingin, namun pikirannya hanya fokus pada satu hal. Laura.Pintu minimarket terbuka. Dentingan lonceng kecil berbunyi. Dan seperti yang ia harapkan, Laura masuk dengan rambut setengah basah dan wajah mengantuk, mengenakan kemeja longgar dan jeans biru muda. David menoleh dan tersenyum kecil."Pagi," sapanya ringan.Laura terkejut, matanya membulat, lalu buru-buru membalas, "Oh… pagi juga.""Kita bertemu lagi. Sepertinya kamu memang penggemar kopi pagi di sini, ya?" goda David sambil mengangkat kaleng kopi di tangannya.Laura tertawa kecil. "Iya… bisa dibilang begitu. Kebiasaan buruk yang tak bisa kutinggalkan."David ikut tertawa. Ia senang karena Laura terlihat lebih santai. "Aku juga mulai ketagihan kopi dari sini sejak seseorang pernah mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Kala Cinta Menggoda   Makan Malam yang Menggetarkan Hati

    Malam itu, langit kota dipenuhi bintang yang malu-malu bersinar di antara lampu-lampu gedung pencakar langit. Laura berdiri di depan cermin kamarnya, mengenakan gaun biru navy yang membalut tubuhnya dengan anggun. Gaun itu bukan miliknya, David yang memberikannya pagi tadi lewat jasa kurir, lengkap dengan sepucuk catatan kecil bertuliskan:“Sampai jumpa malam ini. Aku ingin malam ini jadi kenangan indah pertama untuk kita.”Laura sempat tertawa geli membaca pesan itu, tapi detak jantungnya berdetak lebih cepat sejak saat itu. Dua minggu, mereka baru saling mengenal selama dua minggu. Tapi entah mengapa, kehadiran David mampu membuat hari-harinya terasa berbeda.Ketika mobil hitam berhenti tepat di depan apartemennya dan David turun membukakan pintu, Laura tak bisa menyembunyikan senyumnya. Pria itu tampak luar biasa malam ini, mengenakan jas hitam dengan dasi tipis, rambutnya ditata rapi, dan aroma parfum maskulin yang samar tercium saat ia membungkuk kecil.“Kamu cantik sekali malam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Kala Cinta Menggoda   Lamaran yang Menggetarkan Jiwa

    Satu minggu berlalu begitu cepat.Laura masih ingat hari-hari selama tujuh hari terakhir bersama David, penuh kejutan-kejutan kecil yang seolah dirancang khusus untuk membuatnya jatuh cinta. Mulai dari secangkir kopi hangat yang secara “kebetulan” dititipkan oleh petugas lobi apartemennya dengan nama David, hingga momen-momen sederhana seperti naik bus dan jalan kaki pulang kantor bersama, bercanda di taman sambil makan es krim, dan menatap langit malam dari balkon apartemen masing-masing sambil menelepon. Setiap detik kebersamaan mereka terasa ringan… tapi menyentuh hati.Dan kini, di hari ke tujuh, tepat satu minggu setelah Laura meminta waktu untuk berpikir, David mengajaknya makan malam kembali. Kali ini mereka tidak pergi ke restoran rooftop seperti sebelumnya, melainkan sebuah restoran kecil dengan nuansa taman rahasia yang romantis, tersembunyi di dalam hotel butik mewah di pinggiran kota.Ketika Laura tiba di tempat itu, ia mendapati suasana seperti mimpi. Taman kecil itu dipe

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Kala Cinta Menggoda   Restu yang Dinanti

    Beberapa hari telah berlalu sejak lamaran romantis David kepada Laura. Cincin berlian sederhana di jari manis Laura kini menjadi pengingat manis bahwa kehidupannya akan segera berubah. Tiap pagi yang ia lalui terasa berbeda, lebih bersemangat, lebih penuh warna. Tidak hanya karena status barunya sebagai tunangan David, tapi juga karena perhatian dan kasih sayang yang terus mengalir tanpa henti dari pria itu. Pagi itu, David datang membawakan sarapan, mereka duduk berdua di balkon apartemen Laura, menikmati sarapan sambil memandangi langit cerah "Kamu terlihat bahagia sekali pagi ini," kata David sambil menatap Laura yang duduk bersandar dengan wajah berseri. "Karena memang aku bahagia," jawab Laura jujur. "Mungkin karena kamu selalu tahu bagaimana caranya membuat hari hariku istimewa." David tersenyum dan mengusap lembut punggung tangan Laura. "Kalau begitu… aku ingin membuat langkah selanjutnya." "Langkah apa?" t

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10

Bab terbaru

  • Kala Cinta Menggoda   Restu yang Dinanti

    Beberapa hari telah berlalu sejak lamaran romantis David kepada Laura. Cincin berlian sederhana di jari manis Laura kini menjadi pengingat manis bahwa kehidupannya akan segera berubah. Tiap pagi yang ia lalui terasa berbeda, lebih bersemangat, lebih penuh warna. Tidak hanya karena status barunya sebagai tunangan David, tapi juga karena perhatian dan kasih sayang yang terus mengalir tanpa henti dari pria itu. Pagi itu, David datang membawakan sarapan, mereka duduk berdua di balkon apartemen Laura, menikmati sarapan sambil memandangi langit cerah "Kamu terlihat bahagia sekali pagi ini," kata David sambil menatap Laura yang duduk bersandar dengan wajah berseri. "Karena memang aku bahagia," jawab Laura jujur. "Mungkin karena kamu selalu tahu bagaimana caranya membuat hari hariku istimewa." David tersenyum dan mengusap lembut punggung tangan Laura. "Kalau begitu… aku ingin membuat langkah selanjutnya." "Langkah apa?" t

  • Kala Cinta Menggoda   Lamaran yang Menggetarkan Jiwa

    Satu minggu berlalu begitu cepat.Laura masih ingat hari-hari selama tujuh hari terakhir bersama David, penuh kejutan-kejutan kecil yang seolah dirancang khusus untuk membuatnya jatuh cinta. Mulai dari secangkir kopi hangat yang secara “kebetulan” dititipkan oleh petugas lobi apartemennya dengan nama David, hingga momen-momen sederhana seperti naik bus dan jalan kaki pulang kantor bersama, bercanda di taman sambil makan es krim, dan menatap langit malam dari balkon apartemen masing-masing sambil menelepon. Setiap detik kebersamaan mereka terasa ringan… tapi menyentuh hati.Dan kini, di hari ke tujuh, tepat satu minggu setelah Laura meminta waktu untuk berpikir, David mengajaknya makan malam kembali. Kali ini mereka tidak pergi ke restoran rooftop seperti sebelumnya, melainkan sebuah restoran kecil dengan nuansa taman rahasia yang romantis, tersembunyi di dalam hotel butik mewah di pinggiran kota.Ketika Laura tiba di tempat itu, ia mendapati suasana seperti mimpi. Taman kecil itu dipe

  • Kala Cinta Menggoda   Makan Malam yang Menggetarkan Hati

    Malam itu, langit kota dipenuhi bintang yang malu-malu bersinar di antara lampu-lampu gedung pencakar langit. Laura berdiri di depan cermin kamarnya, mengenakan gaun biru navy yang membalut tubuhnya dengan anggun. Gaun itu bukan miliknya, David yang memberikannya pagi tadi lewat jasa kurir, lengkap dengan sepucuk catatan kecil bertuliskan:“Sampai jumpa malam ini. Aku ingin malam ini jadi kenangan indah pertama untuk kita.”Laura sempat tertawa geli membaca pesan itu, tapi detak jantungnya berdetak lebih cepat sejak saat itu. Dua minggu, mereka baru saling mengenal selama dua minggu. Tapi entah mengapa, kehadiran David mampu membuat hari-harinya terasa berbeda.Ketika mobil hitam berhenti tepat di depan apartemennya dan David turun membukakan pintu, Laura tak bisa menyembunyikan senyumnya. Pria itu tampak luar biasa malam ini, mengenakan jas hitam dengan dasi tipis, rambutnya ditata rapi, dan aroma parfum maskulin yang samar tercium saat ia membungkuk kecil.“Kamu cantik sekali malam

  • Kala Cinta Menggoda   Pertemuan yang Terasa Takdir

    Matahari pagi belum terlalu tinggi saat David sudah berdiri di depan minimarket dekat apartemennya. Dengan sengaja ia memilih waktu yang sama seperti saat pertama kali bertemu Laura. Ia berdiri di dekat rak minuman, tangannya memegang kaleng kopi dingin, namun pikirannya hanya fokus pada satu hal. Laura.Pintu minimarket terbuka. Dentingan lonceng kecil berbunyi. Dan seperti yang ia harapkan, Laura masuk dengan rambut setengah basah dan wajah mengantuk, mengenakan kemeja longgar dan jeans biru muda. David menoleh dan tersenyum kecil."Pagi," sapanya ringan.Laura terkejut, matanya membulat, lalu buru-buru membalas, "Oh… pagi juga.""Kita bertemu lagi. Sepertinya kamu memang penggemar kopi pagi di sini, ya?" goda David sambil mengangkat kaleng kopi di tangannya.Laura tertawa kecil. "Iya… bisa dibilang begitu. Kebiasaan buruk yang tak bisa kutinggalkan."David ikut tertawa. Ia senang karena Laura terlihat lebih santai. "Aku juga mulai ketagihan kopi dari sini sejak seseorang pernah mem

  • Kala Cinta Menggoda   Bayangan Masa Lalu

    Langit mendung siang itu menyatu dengan suasana hati David. Ia duduk sendiri di ruang kerjanya, jendela besar di belakangnya hanya memperlihatkan kota yang tampak lesu oleh cuaca. Di tangannya, sebuah ponsel dengan layar masih menyala menampilkan pesan singkat yang baru saja ia terima dari Javier, teman lamanya semasa kuliah. Pesan itu singkat, tapi cukup untuk membuat hatinya terasa seperti dihantam badai."Raymond akan bertunangan minggu depan. Wanitanya cantik sekali, anak pengusaha besar di London."David menghela napas panjang. Matanya menatap kosong ke luar jendela. Hening menyelimuti ruangan, hanya suara detik jam yang terdengar samar-samar."Jadi dia benar-benar pergi..." bisiknya lirih.Tangannya yang memegang ponsel perlahan gemetar. Ingatannya perlahan mundur ke beberapa tahun lalu, saat ia masih menjadi mahasiswa semester akhir yang penuh semangat namun menyimpan satu rahasia besar, perasaannya pada sahabatnya sendiri, Raymond. ....3 Tahun Lalu"Bro, serius banget ngerja

  • Kala Cinta Menggoda   Pertemuan Tak Terduga

    Awal mulaPagi itu, alarm Laura berbunyi keras sejak pukul enam, tapi tubuhnya tetap menolak untuk bangun. Matahari sudah tinggi saat ia akhirnya membuka mata dan melirik jam dinding.“Jam delapan? Astaga!” teriaknya panik.Dia langsung melompat dari tempat tidur, rambut masih berantakan, wajah belum sepenuhnya sadar. Dalam hitungan menit, dia memakai kemeja biru polos, rok kerja, dan menyematkan jarum peniti agar bajunya tetap rapi.Namun satu hal yang tidak bisa ia tinggalkan kopi. Tanpa secangkir kopi, Laura bisa berubah jadi monster pemarah seharian.Dengan langkah tergesa dan mata yang masih separuh terbuka, dia berjalan cepat ke minimarket kecil di bawah apartemennya.“Cuma butuh kopi. Cuma kopi dan semangat palsu,” gumamnya sambil mengambil segelas kopi dingin favoritnya dari rak pendingin.Saat ia berjalan menuju kasir, antrean sudah mengular. Dengan pasrah, ia berdiri paling belakang, tangannya memeluk segelas kopi seperti benda paling berharga di dunia.Di depan, seorang pri

  • Kala Cinta Menggoda   Epilog

    Hujan deras mengetuk jendela kamar, menciptakan irama yang menyakitkan di telinga Laura. Malam yang seharusnya menjadi malam paling bahagia dalam hidupnya, berubah menjadi mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan. Tubuhnya menggigil, bukan karena dinginnya udara malam, tetapi karena perasaan kosong yang menggerogoti hatinya.Gaun putih yang masih melekat di tubuhnya kini berantakan. Rambutnya kusut, wajahnya pucat dengan sisa air mata yang tak kunjung kering. Di sudut kamar pengantin yang gelap, Laura duduk memeluk lutut, memandangi pintu kamar yang sejak tadi tidak pernah terbuka.David...Nama itu kini terasa seperti pisau yang menghujam jantungnya.Dia pergi.Tanpa penjelasan. Tanpa kata maaf.Laura menelan napasnya dengan susah payah, dada terasa sesak. Ia ingat betapa dalamnya ia mencintai pria itu, betapa berharapnya cinta permanya menjadi cinta terakhirnya. David selalu terlihat sempurna, penuh kasih sayang sebelum mereka menikah. Dia pria yang selalu membuat Laura merasa dicin

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status