Share

Bersama Mama

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-01 14:10:34

Satu Minggu ini kami disibukkan dengan urusan surat menyurat. Mulai dari RT sampai ke KUA. Alhamdulillah, semua sepertinya dilancarkan jalannya. Niat baik memang selalu dipermudah.

Hari ini kami sedang mengikuti penasehatan pra perkawinan di KUA. Materi yang disampaikan menitikberatkan pada kesiapan mental bagi calon pengantin, mulai bagaimana dia menata dirinya, kemudian nanti siap memasuki jenjang perkawinan, mengelola keluarga dan menyiapkan generasi masa depan yang berakhlak mulia.

Kami pun duduk dihadapan seorang penasehat perkawinan.

"Assalamu'alaikum. Perkenalkan nama saya Ahmad Baihaqi, saya ditugaskan oleh pimpinan KUA untuk memberikan pengarahan kepada Bapak dan Ibu. Berdasarkan data yang saya baca, Bapak Raynar Arga dan Ibu Hanum Salsabila akan melaksanakan pernikahan yang kedua. Berarti setidaknya Bapak dan Ibu sudah tahu seperti apa kehidupan rumah tangga."

Aku dan Mas Ray mengangguk.

"Bapak dan Ibu berstatus duda janda, selain saling percaya dan kerja sama, perlu diperh
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Mengundang

    Pulang dari toko Mbak Rida, aku membawa dua pakaian, Mama juga mendapatkan dua. Di sepanjang perjalanan, Mama selalu mengajakku berbicara. Tentang berbagai hal. Sebenarnya Mama ini baik, mungkin kemarin dia belum mengenalku, jadi sangat antipati padaku.Sampai di rumah Mama, sudah ada mobil Mas Ray. "Namanya perempuan kalau berbelanja sampai lupa waktu ya, Pa," sindir Mas Ray, seolah-olah berbicara dengan Papa."Biarkan saja, Ray. Yang penting mereka senang. Nanti kalau Hanum moodnya sedang jelek, suruh dia belanja sepuasnya. Dijamin pulang wajahnya sudah ceria," sambung Papa.Aku dan Mama ikut bergabung duduk bersama Papa dan Mas Ray."Nah Mama setuju dengan Papa." Mama menimpali."Papa kan sudah bersama Mama lebih dari empat puluh tahun, tentu saja sudah hafal watak Mama seperti apa," kekeh Papa.Mama terkekeh mendengar ucapan Papa. Aku dan Mas Ray pun ikut tertawa. "Ray, Papa bahagia, akhirnya kamu menemukan perempuan yang kamu cintai. Bahagiakan Hanum, jadilah kepala rumah tang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Saling Memaafkan

    Ibu berjalan mendekatiku, aku sangat deg-degan. Berbagai prasangka melintas di pikiranku. Yang lain kulihat juga berwajah tegang.Tiba-tiba Ibu memelukku sambil menangis. Aku masih bingung dengan situasi ini, aku pun mengeratkan pelukanku. Mataku mulai berkaca-kaca."Kamu berhak untuk hidup bahagia. Perjalanan hidupmu masih panjang. Berjuanglah demi cucu-cucu Ibu."Aku yang masih tidak percaya dengan ucapan Ibu hanya bisa mengangguk. Yang lain juga terlihat bernafas lega."Iya, Bu. Anak-anak lah yang membuat saya masih bersemangat menjalani hidup."Ibu melepaskan pelukanku, kemudian menatapku dengan mata yang basah karena air mata."Selamat untuk pernikahanmu, maaf, mungkin Ibu nggak bisa datang. Tapi bukan berarti Ibu tidak merestui kalian. Jauh didalam lubuk hati, Ibu masih tetap menyayangimu, walaupun kamu bukan istrinya Fahmi lagi. Maafkan untuk konflik yang terjadi selama ini." Suara Ibu terdengar bergetar."Saya juga minta maaf, Bu. Saya tidak pernah membenci Ibu. Kalau Ibu tida

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Bersama Anak-anak

    Dua hari lagi aku akan menikah, menurutku waktu yang lumayan lama. Sudah tidak sabar lagi mau menikah. Siang ini setelah salat Jumat, rencana aku dan Mas Ray akan mengajak anak-anak jalan, untuk berbelanja. Arya masih salat Jumat di masjid, aku dan Adiva di rumah asyik dengan ponsel masing-masing. Aku sedang mengecek tulisanku di berbagai platform. Penghasilanku dari menulis cukup lumayan. Yang jelas, dengan menulis aku bisa mengekspresikan emosi, khayalan dan pikiranku dalam bentuk tulisan. Terdengar suara Arya mengucapkan salam, berarti sudah selesai salat Jumat. Aku segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat Dzuhur."Bu, Om Ray sudah datang," kata Adiva yang muncul di kamarku. Aku masih melipat mukena. "Iya, sebentar ya. Ibu berganti pakaian dulu."Aku pun segera berganti pakaian, memakai tunik dan rok celana. Selanjutnya mematutkan diriku di cermin. Hmm, sudah cantik, gumamku. Aku segera mengambil tas, memeriksa isi tasku, kemudian keluar menemui calon suami tersayang.

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-02
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Drama Jessica

    Aku dan anak-anak mengikuti Mas Ray ke atas. Di lantai atas ada dua kamar tidur dan satu kamar berukuran kecil yang digunakan untuk menyetrika pakaian. Juga ada tempat untuk mencuci dan menjemur pakaian. Ada ruang untuk menonton televisi, yang beralaskan karpet dan beberapa bantal kursi. Memang enak untuk menonton televisi sambil rebahan."Ini nanti untuk kamar kalian. Silahkan kalian pilih sendiri," kata Mas Ray pada Arya dan Adiva."Kamarnya memang masih kosong, nanti kalian bisa pilih furniture yang sesuai selera kalian." Mas Ray menambahkan."Kasur dan lemari nggak usah beli, Mas. Pakai saja yang ada di kamar mereka." Aku memberikan solusi."Iya, Om. Kasur dan lemari di kamar kami masih bagus kok," sambung Arya."Oke, terserah kalian. Besok Om pasang AC dulu ya? Kapan mau pindahan?""Nanti saja, Mas, setelah hari Minggu. Nggak butuh waktu lama kok untuk pindahan."Arya dan Adiva duduk di depan televisi, tentu saja sibuk dengan ponselnya masing-masing. Aku dan Mas Ray ada di salah

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    H-1

    Sampailah aku di rumah Bapak. Tidak seperti biasa, rumah Bapak agak sedikit berbeda. Biasanya rumah tampak sepi, tapi hari ini agak sedikit ramai. "Tante Hanum!" Ada yang memanggilku ketika aku turun dari mobil Mas Ray.Aku pun menoleh, ternyata ada Nadya yang memanggilku. Arya dan Adiva juga sudah sampai. Mereka sedang asyik mengunyah sesuatu. Kemudian Arya mendekati mobil, dan mengambil barang-barang yang tadi dibawa."Halo sayang, kapan nyampenya?" tanyaku sambil memeluknya."Kemarin sore, Te." Aku pun melepaskan pelukannya."Halo Om Ray," sapa Nadya sambil menyalami Mas Ray."Halo juga," sahut Mas Ray."Makan seblak, Om," tawar Adiva."Kok hanya Om saja yang ditawari, Ibu nggak ditawari ya?" kataku."Nanti kalau Ibu ditawari, pasti Ibu ikut mencicipi terus ngomel-ngomel," sahut Adiva sambil cengengesan.Mas Ray tertawa mendengarkan kata-kata Adiva."Memang Ibu suka ngomel-ngomel?" tanya Mas Ray."Iya, Om. Kalau ngomel panjang kayak kereta api dengan kecepatan cahaya."Mas Ray se

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-03
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hari H

    "Mbak, kok kayaknya Mbak sedang sakit ya? Kok pucat sekali." Aku berkata pada Mbak Hani, karena dari tadi aku melihat wajahnya tampak berbeda. Badannya juga ada yang berbeda, semakin mengecil saja walaupun ia tutupi dengan menggunakan pakaian yang agak besar."Aku nggak sakit, kok, Num. Hanya kurang tidur saja. Entah kenapa sekarang susah sekali untuk tidur, menjelang subuh baru terasa mengantuk," jawab Mbak Hani. Ia tampak gelagapan menjawab pertanyaan ku, tapi kemudian ia bisa menguasai diri."Ya kalau menjelang subuh mengantuk, tidur saja Mbak. Yang penting kan kualitas tidur daripada kuantitas tidur. Lama tidur tidak menjamin kualitas tidur kita bagus." Aku memberikan saran untuknya, berdasarkan apa yang pernah aku baca.Mbak Hani menganggukkan kepalanya."Bener Mbak nggak sakit? Hari Senin Hanum antar berobat ke rumah sakit, ya?" tanyaku lagi, karena aku sangat penasaran. Aku yakin kalau Mbak Hani menyembunyikan sesuatu."Benar kok, Num. Nggak usah terlalu memikirkanku. Pikirkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Sah

    "Bu, Om Ray dan keluarganya sudah datang. Kata Akung, Ibu di suruh ke depan," kata Adiva yang masuk ke ruangan."Iya, sebentar.""Wah, Ibu ternyata cantik ya?" puji Adiva."Terima kasih, sayang.""Ayo, kita keluar," kata Mbak Hani.Aku beranjak dari duduk dan berjalan keluar dari kamar."Adiva, gandeng ibumu ya?" kata Mbak Hani."Iya, Bude." Adiva pun menggandengku menuju ke tempat akad akan berlangsung. Semua mata tertuju padaku, aku jadi malu. Ternyata lumayan banyak juga keluarga Mas Ray yang datang. Penghulu memintaku untuk duduk di sebelah Mas Ray, yang hari ini tampak gagah dengan setelan jas warna gelap."Cantik," bisik Mas Ray sambil tersenyum, ketika aku sudah duduk di sampingnya. Aku hanya tersenyum. Kulihat ada Mama yang sedang tersenyum padaku.Acara pun dimulai. Ada tetangga yang bertindak sebagai pembawa acara, menjelaskan acara yang akan dilakukan hari ini, tentu saja dengan sedikit basa-basi. Kemudian acara diambil alih oleh penghulu. Dimulai dengan pembukaan, selanjut

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-04
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Colek-colek Dikit

    Selesai makan siang, aku membantu Mbak Hani membereskan meja makan. Tentu saja dibantu oleh Adiva dan Nadya. Rumah sudah dalam kondisi bersih, dan persis seperti semula. Seolah-olah tadi tidak ada acara penting.Mas Hanif dan Mbak Sarah pun berpamitan pulang karena anak bungsunya sudah rewel."Hanum, Ray, Mas pulang dulu. Selamat berbahagia." Mas Hanif berpamitan padaku dan Mas Ray. Mas Hanif memelukku."Jangan cemburu ya, Ray. Hanum ini walau sudah tua kelakuannya sama kayak Adiva," seloroh Mas Hanif.Mas Ray hanya tertawa."Kalau Mbak Sarah sudah kebal ya dengan manjanya Hanum," ledek Mas Ray."Sudah sangat kebal dan nggak ada yang perlu dikhawatirkan." Mbak Sarah menjawab sambil tersenyum.Mereka pun berpamitan pada Bapak, Ibu dan Mbak Hani. Arya membawakan beberapa kantong makanan untuk Mas Hanif sekeluarga, dan memasukkan ke dalam mobil. Akhirnya Mas Hanif dan keluarga sudah pulang. "Arya, Adiva, nanti setelah asar kita pulang ya?" kataku pada anak-anak."Enggak, Bu. Kami disini

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05

Bab terbaru

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Baby Boy (Ending)

    Kondisi kesehatan Mbak Hani sudah mulai membaik, Mbak Hani juga sangat menerapkan gaya hidup yang sehat. Tentu saja kami semua bahagia mendengarnya. Mbak Hani juga memiliki semangat yang tinggi untuk sehat. Ia ingin menjadi Mama yang baik untuk Nadya.Arya dan Nadya juga sudah mulai kuliah di kampus yang sama tapi beda fakultas. Aku meminta Arya untuk menjaga Nadya. Ternyata benar dugaan Mbak Hani, Mas Kevin tidak mau membiayai Nadya kuliah. Dengan berbagai macam alasan. Untung saja Mbak Hani sudah menyiapkan semuanya.Untuk Arya, aku juga patut bersyukur. Mas Fahmi membantu biaya masuk kuliah. Arya juga bercerita kalau Yang Kung beberapa kali mentransfer uang untuk biaya hidup bulanan. Padahal kalau mereka tidak mau membantu biaya kuliah, Mas Ray juga sudah menyiapkannya. Hubungan kami dengan keluarga Mas Fahmi juga sangat baik. Beberapa kali aku mengajak Mas Ray ke rumah orang tua Mas Fahmi. Alhamdulillah mereka menerima kami dengan baik.Kehamilanku sendiri sudah memasuki bulan ke

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Masih Sayang

    "Mas, ada fans berat tuh," kataku pada Mas Ray."Boleh Mas samperin dia?""Boleh, siapa takut." Kami pun berjalan menuju ke arah dokter Vanya yang sedang berbincang dengan dokter Ismail dan seseorang."Gandengan terus," ledek seseorang yg tidak aku kenal."Iya, dong. Truk aja gandengan, masa kita enggak." Mas Ray berkata sambil tertawa. Dokter Ismail dan orang itu tertawa, sedangkan dokter Vanya hanya terdiam saja."Selamat ya Ray, bentar lagi punya bayi?" kata dokter Ismail. "Terimakasih dokter.""Cepet bener hamilnya, jangan-jangan sudah…." Dokter Vanya menggantung ucapannya."Hush nggak boleh ngomong gitu," potong dokter Ismail."Biarlah dokter, hanya kami berdua dan Allah yang tahu. Kami menikah sudah tiga bulan dan istri saya hamil dua bulan." Mas Ray menjelaskan.Kami pun berpamitan pada dokter Ismail.Sampai dirumah sudah ada Mama sama Papa yang duduk di ruang keluarga. Adiva sedang menghidangkan minuman."Diminum Opa, Oma," kata Adiva."Terima kasih ya sayang," jawab Mama.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hamil

    "Baru saja Hani mau manggil Bapak dan Ibu, nggak tahunya sudah keluar," kata Mbak Hani."Anak-anak kemana, Mbak?" tanyaku pada Mbak Hani."Tadi katanya mau keluar sebentar, entah kemana.""Naik apa?" tanyaku lagi."Jalan kaki."Kami semua berkumpul di ruang keluarga. Menikmati makanan buatan Mbak Hani dan bercerita tentang berbagai hal."Hani, kamu semangat ya, ikuti semua anjuran dokter. Ibu akan selalu mendukungmu," kata Ibu dengan tersenyum."Iya, Bu. Hani senang melihat Ibu bisa tersenyum lagi. Tadi Hani sempat merasa kalau Hani yang membuat Ibu bersedih. Senyum Ibu membuat Hani menjadi bersemangat." Mbak Hani menimpali."Kami semua disini mendukungmu. Selain berusaha jangan lupa juga berdoa dengan yang di atas. Semua terjadi karena izin dari Allah," kata Bapak."Iya, Pak. Hani terharu. Terima kasih untuk semua doa dan dukungannya. Hani sangat semangat untuk sembuh, demi Nadya, keluarga kita dan tentu saja demi Hani sendiri," kata Mbak Hani."Mbak, kami semua ada untuk Mbak Hani,"

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Memberi Dukungan

    Ceklek! Pintu pun dibuka."Ada apa Pa?" tanya Lea. Adiva pun memegang tanganku.Aku nggak tahu apa yang diucapkan Mas Ray pada anak-anak. Aku tidak bisa fokus. Aku tetap menangis, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. Yang kuingat hanyalah suara Adiva memanggilku."Ibu," panggil Adiva, ketika aku membuka mata. Mas Ray dan anak-anak ada di dekatku. Aku masih mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Aku pun menangis ketika mampu mengingat lagi apa yang terjadi."Ayo ke rumah Bapak," ajakku pada Mas Ray.Mas Ray menggelengkan kepalanya. Aku mencoba beranjak dari tidurku, tapi kepalaku sangat sakit. "Kenapa, Bu?" tanya Arya."Pusing.""Aku mau ke rumah Bapak. Arya, antar Ibu ke rumah Akung," kataku dengan kesal karena Mas Ray tidak menuruti permintaanku.Kulihat Arya seperti kebingungan, mungkin dia ingin mengantarku, tapi takut pada Mas Ray.Mas Ray menatap tajam padaku, aku segera memalingkan wajahku. "Sayang, lihat Mas."Aku masih kesal dengannya."Lihatlah Ibu kalian kalau mer

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Butuh Waktu

    Aku mengajak Mbak Hani ke kamar Ibu untuk melihat kondisi Ibu. Kulihat Mas Ray baru saja selesai memeriksa tekanan darah Ibu. "Bagaimana Ibu, Mas?" tanyaku pada Mas Ray."Ibu hanya shock saja, semua butuh proses. Sepertinya Ibu belum bisa menerima sebuah kenyataan. Tekanan darah agak naik sedikit. Apa Ibu punya penyakit hipertensi?" tanya Mas Ray."Enggak ada," jawab Bapak."Kita tunggu sebentar lagi, mudah-mudahan segera siuman," kata Mas Ray. Aku dan Mbak Hani duduk di tepi tempat tidur."Maafkan Hani, Bu." Mbak Hani masih saja menangis."Semua bukan salahmu, Hani? Ibu hanya butuh waktu untuk menerima semua ini," kata Bapak membesarkan hati Mbak Hani.Kami semua hanya terdiam, tak berapa lama Ibu membuka matanya. Ibu tampak bingung melihat kami semua disini."Apa aku sudah mati? Kenapa semuanya berkumpul disini?" tanya Ibu."Ibu masih hidup, dan harus tetap sehat, karena Bapak masih sangat membutuhkan Ibu." Bapak menjawab sambil tersenyum."Apa yang terjadi?" tanya Ibu."Ibu hanya

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Survivor Kanker

    Bapak dan Ibu sangat terkejut mendengar kata-kata Mbak Hani. Kemudian Ibu menangis lagi. Suasana menjadi penuh haru. Hanya Bapak yang tidak menangis, tapi aku yakin kalau Bapak menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Pernah? Berarti sekarang sudah sembuh?" tanya Ibu lagi, masih dengan air mata yang mengalir di pipinya."Sudah operasi pengangkatan, Bu. Hani survivor kanker." Mbak Hani berkata sambil meneteskan air mata.Ibu semakin keras menangisnya."Oalah Hani, kenapa kamu nggak cerita sama Bapak dan Ibu? Pak, lihatlah anak kita, menderita seorang diri. Orang tua macam apa kita, membiarkan anak sakit dan kita tidak mendampinginya." Ibu berkata sambil menangis. Aku jadi ikut menangis. Mbak Hani mendekati Ibu dan memeluknya. Mbak Hani memegang tangan Ibu dan menariknya untuk ditempelkan ke bagian dada Mbak Hani yang sebelah kiri. Ibu tampak terkejut. "Ini yang dioperasi?" tanya Ibu.Mbak Hani mengangguk pelan."Maafkan Hani, Bu. Hani hanya tidak mau merepotkan Ibu, makanya Hani mel

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Tidak Mau Membebani

    "Nggak ada, kok, Num. Memangnya ada apa?" kilah Mbak Hani."Mbak, nggak usah bohong. Aku sudah tahu semuanya. Aku kan pernah nanya sama Mbak Hani, apa Mbak Hani sakit. Tapi jawaban Mbak Hani, nggak apa-apa, hanya kurang tidur saja. Apa Mbak Hani mau cerita padaku, apa yang terjadi sebenarnya?"Mbak Hani hanya diam saja."Mbak aku sering memperhatikan Mbak Hani. Aku merasa ada yang lain dari Mbak Hani. Kulihat Mbak Hani badannya menyusut dan terlihat tidak bercahaya. Mbak, aku sayang sama Mbak Hani, tidak mau terjadi apa-apa pada Mbak Hani. Karena itu aku mencari informasi tentang Mbak Hani. Apa Bapak dan Ibu tahu? Mas Hanif, tahu juga?"Mbak Hani menghela nafas panjang."Nggak ada yang tahu, Num. Aku nggak mau membebani mereka.""Bukannya membebani, Mbak. Tapi kalau mereka tahu mereka akan merasa dibutuhkan, bisa untuk saling bertukar pikiran. Aku yakin, mereka pasti akan kesal kalau sampai tahu dari orang lain.""Aku bingung mau memulai dari mana untuk menjelaskan pada mereka." "Bic

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menemui Mbak Hani

    Aku menoleh ke arah datangnya suara, ternyata Mas Fahmi bersama Dinda dan anak mereka. Aku tersenyum."Mas Fahmi," sapaku sambil tersenyum ke arahnya. Dinda diam, tampak wajah yang tidak bersahabat. Memandangku tak berkedip."Apa kabar Hanum," kata Mas Fahmi."Kabar baik. Kenalin Mas ini suamiku," kataku pada Mas Fahmi."O ya. Fahmi, ini Dinda." Mas Fahmi memperkenalkan istrinya."Ray." Mas Ray mengulurkan tangannya."Kami duluan ya, Mas?" pamitku."Oh iya." Mas Fahmi menjawab dengan gugup.Aku dan Mas Ray pun masuk ke dalam mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah makan."Kok diam saja?" tanya Mas Ray. Kamu memang hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Pikiranku terasa buntu, banyak sekali yang aku pikirkan."Terus harus ngapain?" "Ngobrol kek, atau apa.""Mas yang ngomong, nanti aku dengar," kataku.Mas Ray hanya diam, kebetulan juga sudah sampai rumah. Aku turun dari mobil, kemudian membuka pintu pagar dan membuka pintu rumah. Meletakkan makanan yang tadi aku beli di meja makan.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Pernah Membencinya

    Dokter Fajar menarik nafas panjang dan kemudian berkata padaku."Begini Mbak Hanum, Ibu Hanifah Zahira menderita penyakit hipertiroidisme.""Penyakit apa itu dokter?" tanyaku, karena memang aku kurang paham. Lebih baik aku bertanya daripada sok tahu."Penyakit hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi saat kadar hormon tiroksin dalam tubuh terlalu tinggi. Hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid ini memiliki peran penting dalam proses metabolisme tubuh. Jika kadarnya berlebihan, maka proses metabolisme pun akan terganggu. Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa: tremor,turunnya berat badan, mudah berkeringat,gangguan tidur, gugup, cemas, dan mudah tersinggung, jantung berdebar.""Yang saya tahu Mbak Hani itu berat badannya turun dan mengalami gangguan tidur." Aku berkata dengan pelan."Iya, Ibu Hanifah mengalami yang Mbak Hanum sebutkan tadi." Dokter Fajar menambahi."Apa penyakit ini bisa sembuh?" tanyaku lagi."Bisa, pengobatan rutin selama enam bula

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status