Share

Sah

Author: YuRa
last update Last Updated: 2023-08-04 09:06:13

"Bu, Om Ray dan keluarganya sudah datang. Kata Akung, Ibu di suruh ke depan," kata Adiva yang masuk ke ruangan.

"Iya, sebentar."

"Wah, Ibu ternyata cantik ya?" puji Adiva.

"Terima kasih, sayang."

"Ayo, kita keluar," kata Mbak Hani.

Aku beranjak dari duduk dan berjalan keluar dari kamar.

"Adiva, gandeng ibumu ya?" kata Mbak Hani.

"Iya, Bude." Adiva pun menggandengku menuju ke tempat akad akan berlangsung. Semua mata tertuju padaku, aku jadi malu. Ternyata lumayan banyak juga keluarga Mas Ray yang datang. Penghulu memintaku untuk duduk di sebelah Mas Ray, yang hari ini tampak gagah dengan setelan jas warna gelap.

"Cantik," bisik Mas Ray sambil tersenyum, ketika aku sudah duduk di sampingnya. Aku hanya tersenyum. Kulihat ada Mama yang sedang tersenyum padaku.

Acara pun dimulai. Ada tetangga yang bertindak sebagai pembawa acara, menjelaskan acara yang akan dilakukan hari ini, tentu saja dengan sedikit basa-basi. Kemudian acara diambil alih oleh penghulu. Dimulai dengan pembukaan, selanjut
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Colek-colek Dikit

    Selesai makan siang, aku membantu Mbak Hani membereskan meja makan. Tentu saja dibantu oleh Adiva dan Nadya. Rumah sudah dalam kondisi bersih, dan persis seperti semula. Seolah-olah tadi tidak ada acara penting.Mas Hanif dan Mbak Sarah pun berpamitan pulang karena anak bungsunya sudah rewel."Hanum, Ray, Mas pulang dulu. Selamat berbahagia." Mas Hanif berpamitan padaku dan Mas Ray. Mas Hanif memelukku."Jangan cemburu ya, Ray. Hanum ini walau sudah tua kelakuannya sama kayak Adiva," seloroh Mas Hanif.Mas Ray hanya tertawa."Kalau Mbak Sarah sudah kebal ya dengan manjanya Hanum," ledek Mas Ray."Sudah sangat kebal dan nggak ada yang perlu dikhawatirkan." Mbak Sarah menjawab sambil tersenyum.Mereka pun berpamitan pada Bapak, Ibu dan Mbak Hani. Arya membawakan beberapa kantong makanan untuk Mas Hanif sekeluarga, dan memasukkan ke dalam mobil. Akhirnya Mas Hanif dan keluarga sudah pulang. "Arya, Adiva, nanti setelah asar kita pulang ya?" kataku pada anak-anak."Enggak, Bu. Kami disini

    Last Updated : 2023-08-05
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Melakukan Sesuatu

    "Mas, bangun. Mandi sana." Aku membangunkan Mas Ray.Mas Ray hanya menggeliat saja."Mas, bangun," kataku sambil menggoyangkan badannya.Mas Ray pun membuka matanya. "Sudah mandi?""Sudah, sekarang gantian Mas yang mandi. Habis itu salat berjamaah."Mas Ray tersenyum kemudian beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi. Aku bersiap untuk melaksanakan salat magrib berjamaah. Sambil menunggu Mas Ray selesai mandi, aku mengenakan mukena. Azan magrib berkumandang. Mas Ray sudah keluar dari kamar dan mengenakan sarung dan pakaian rapi, bersiap untuk salat. Kami salat di ruang salat, semacam musola kecil di sebelah ruang makan.Selesai salat dan berdoa, aku pun mencium tangannya dan Mas Ray mencium keningku. "Mas, mau makan sekarang atau nanti?" tanyaku."Nanti sajalah. Masih kenyang. Tolong bikinkan kopi hitam ya?""Nanti nggak bisa tidur, Mas," ledekku."Memang sengaja enggak tidur, mau begadang semalaman. Melakukan sesuatu," jawab Mas Ray sambil tersenyum.Aku hanya tersenyum

    Last Updated : 2023-08-05
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Manipulatif

    "Sesudah ini, Mas nggak mau lagi melihatmu menangis karena masa lalu. Ingat Sayang, kamu sudah bersama Mas. Kita berjuang untuk masa depan kita dan anak-anak."Aku mengangguk. Mas Ray bercerita untuk mengalihkan kesedihanku. Tak terasa akhirnya sampai juga di rumah Mas Ray. Anak-anak sudah datang duluan. Barang-barang pun diturunkan dan dimasukkan ke kamar anak-anak. Siti dan suaminya ikut membantu membereskan barang-barang. "Mbak, biarlah nanti anak-anak yang membereskan barangnya sendiri. Yang penting sudah ada di kamarnya," kataku pada Siti."Tapi nanti mereka kecapekan, Bu.""Enggak. Mereka sudah terbiasa mengurus barangnya sendiri. Biar mereka menyusun sesuai dengan keinginan mereka."Siti mengangguk. "Sayang, ayo kita ke rumah Papa. Makan siang disana. Arya dan Adiva suruh siap-siap." Mas Ray mengingatkanku akan janji kami pada Mama.Aku meminta anak-anak untuk bersiap-siap. Kami pun berangkat ke rumah Papa. Tidak butuh waktu lama untuk sampai disana."Kirain nggak jadi kesin

    Last Updated : 2023-08-06
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Memantaskan Diri

    Azan subuh berkumandang, aku segera beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk mandi wajib. Namanya pengantin baru, setiap malam lembur terus hihi. Setelah salat subuh aku segera menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak.Hari ini Mas Ray sudah mulai masuk kerja, kalau aku masih libur. Aku ke kamar mencari Mas Ray untuk mengajaknya sarapan. Kulihat Mas Ray ketiduran setelah mandi dan salat subuh tadi. Akhirnya aku kembali ke ruang makan, kulihat anak-anak sudah bersiap untuk sarapan."Mana Papa, Bu?" tanya Lea.Lea memang memanggilku Ibu, Arya dan Adiva memanggil Mas Ray, Papa. Jadi panggilan anak-anak kepada kami yaitu Papa dan Ibu."Papa ketiduran, kalian sarapan saja dulu, nanti biar Papa menyusul," jawabku.Anak-anak pun sarapan, aku menunggu mereka sambil mendengarkan celotehan mereka. Semoga mereka selalu akur sampai mereka dewasa dan berkeluarga nanti. Setelah anak-anak selesai, mereka pun berangkat sekolah. Aku membereskan makanan yang tersisa di meja, kem

    Last Updated : 2023-08-06
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Ke Rumah Sakit

    Ceklek! Pintu pun dibuka lagi, ternyata dokter Vanya yang membuka pintu. Di Belakangnya ada perempuan cantik. Aku mencoba tersenyum pada mereka. Yang satu membalas senyumku dan dokter Vanya hanya diam saja. Ah, terserahlah. Yang penting aku sudah berusaha untuk ramah pada orang yang aku kenal."Dokter Mifta, kenalkan ini istrinya dokter Ray," kata Opik memperkenalkan aku.Aku pun mengulurkan tangan pada dokter Mifta, dokter Mifta menyambut uluran tanganku. Sepertinya ia sangat bersahabat."Oh, ini istrinya dokter Ray. Pantas saja dokter Ray dari tadi pagi terlihat sangat sumringah, ternyata ada seseorang yang membuatnya bahagia. Selamat Bu Hanum atas pernikahannya, semoga berbahagia selalu. Semoga juga akan hadir Ray junior dan Hanum junior." Dokter Mifta berkata panjang lebar, membuatku tersenyum."Terima kasih, dokter Mifta. Semoga saja, mudah-mudahan masih diberi amanah." Aku menanggapi ucapan dokter Mifta."Tapi kan sudah tua, kecil kemungkinan punya anak lagi," celetuk dokter Van

    Last Updated : 2023-08-10
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Pernah Membencinya

    Dokter Fajar menarik nafas panjang dan kemudian berkata padaku."Begini Mbak Hanum, Ibu Hanifah Zahira menderita penyakit hipertiroidisme.""Penyakit apa itu dokter?" tanyaku, karena memang aku kurang paham. Lebih baik aku bertanya daripada sok tahu."Penyakit hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi saat kadar hormon tiroksin dalam tubuh terlalu tinggi. Hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid ini memiliki peran penting dalam proses metabolisme tubuh. Jika kadarnya berlebihan, maka proses metabolisme pun akan terganggu. Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa: tremor,turunnya berat badan, mudah berkeringat,gangguan tidur, gugup, cemas, dan mudah tersinggung, jantung berdebar.""Yang saya tahu Mbak Hani itu berat badannya turun dan mengalami gangguan tidur." Aku berkata dengan pelan."Iya, Ibu Hanifah mengalami yang Mbak Hanum sebutkan tadi." Dokter Fajar menambahi."Apa penyakit ini bisa sembuh?" tanyaku lagi."Bisa, pengobatan rutin selama enam bula

    Last Updated : 2023-08-10
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menemui Mbak Hani

    Aku menoleh ke arah datangnya suara, ternyata Mas Fahmi bersama Dinda dan anak mereka. Aku tersenyum."Mas Fahmi," sapaku sambil tersenyum ke arahnya. Dinda diam, tampak wajah yang tidak bersahabat. Memandangku tak berkedip."Apa kabar Hanum," kata Mas Fahmi."Kabar baik. Kenalin Mas ini suamiku," kataku pada Mas Fahmi."O ya. Fahmi, ini Dinda." Mas Fahmi memperkenalkan istrinya."Ray." Mas Ray mengulurkan tangannya."Kami duluan ya, Mas?" pamitku."Oh iya." Mas Fahmi menjawab dengan gugup.Aku dan Mas Ray pun masuk ke dalam mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah makan."Kok diam saja?" tanya Mas Ray. Kamu memang hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Pikiranku terasa buntu, banyak sekali yang aku pikirkan."Terus harus ngapain?" "Ngobrol kek, atau apa.""Mas yang ngomong, nanti aku dengar," kataku.Mas Ray hanya diam, kebetulan juga sudah sampai rumah. Aku turun dari mobil, kemudian membuka pintu pagar dan membuka pintu rumah. Meletakkan makanan yang tadi aku beli di meja makan.

    Last Updated : 2023-08-12
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Tidak Mau Membebani

    "Nggak ada, kok, Num. Memangnya ada apa?" kilah Mbak Hani."Mbak, nggak usah bohong. Aku sudah tahu semuanya. Aku kan pernah nanya sama Mbak Hani, apa Mbak Hani sakit. Tapi jawaban Mbak Hani, nggak apa-apa, hanya kurang tidur saja. Apa Mbak Hani mau cerita padaku, apa yang terjadi sebenarnya?"Mbak Hani hanya diam saja."Mbak aku sering memperhatikan Mbak Hani. Aku merasa ada yang lain dari Mbak Hani. Kulihat Mbak Hani badannya menyusut dan terlihat tidak bercahaya. Mbak, aku sayang sama Mbak Hani, tidak mau terjadi apa-apa pada Mbak Hani. Karena itu aku mencari informasi tentang Mbak Hani. Apa Bapak dan Ibu tahu? Mas Hanif, tahu juga?"Mbak Hani menghela nafas panjang."Nggak ada yang tahu, Num. Aku nggak mau membebani mereka.""Bukannya membebani, Mbak. Tapi kalau mereka tahu mereka akan merasa dibutuhkan, bisa untuk saling bertukar pikiran. Aku yakin, mereka pasti akan kesal kalau sampai tahu dari orang lain.""Aku bingung mau memulai dari mana untuk menjelaskan pada mereka." "Bic

    Last Updated : 2023-08-12

Latest chapter

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Baby Boy (Ending)

    Kondisi kesehatan Mbak Hani sudah mulai membaik, Mbak Hani juga sangat menerapkan gaya hidup yang sehat. Tentu saja kami semua bahagia mendengarnya. Mbak Hani juga memiliki semangat yang tinggi untuk sehat. Ia ingin menjadi Mama yang baik untuk Nadya.Arya dan Nadya juga sudah mulai kuliah di kampus yang sama tapi beda fakultas. Aku meminta Arya untuk menjaga Nadya. Ternyata benar dugaan Mbak Hani, Mas Kevin tidak mau membiayai Nadya kuliah. Dengan berbagai macam alasan. Untung saja Mbak Hani sudah menyiapkan semuanya.Untuk Arya, aku juga patut bersyukur. Mas Fahmi membantu biaya masuk kuliah. Arya juga bercerita kalau Yang Kung beberapa kali mentransfer uang untuk biaya hidup bulanan. Padahal kalau mereka tidak mau membantu biaya kuliah, Mas Ray juga sudah menyiapkannya. Hubungan kami dengan keluarga Mas Fahmi juga sangat baik. Beberapa kali aku mengajak Mas Ray ke rumah orang tua Mas Fahmi. Alhamdulillah mereka menerima kami dengan baik.Kehamilanku sendiri sudah memasuki bulan ke

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Masih Sayang

    "Mas, ada fans berat tuh," kataku pada Mas Ray."Boleh Mas samperin dia?""Boleh, siapa takut." Kami pun berjalan menuju ke arah dokter Vanya yang sedang berbincang dengan dokter Ismail dan seseorang."Gandengan terus," ledek seseorang yg tidak aku kenal."Iya, dong. Truk aja gandengan, masa kita enggak." Mas Ray berkata sambil tertawa. Dokter Ismail dan orang itu tertawa, sedangkan dokter Vanya hanya terdiam saja."Selamat ya Ray, bentar lagi punya bayi?" kata dokter Ismail. "Terimakasih dokter.""Cepet bener hamilnya, jangan-jangan sudah…." Dokter Vanya menggantung ucapannya."Hush nggak boleh ngomong gitu," potong dokter Ismail."Biarlah dokter, hanya kami berdua dan Allah yang tahu. Kami menikah sudah tiga bulan dan istri saya hamil dua bulan." Mas Ray menjelaskan.Kami pun berpamitan pada dokter Ismail.Sampai dirumah sudah ada Mama sama Papa yang duduk di ruang keluarga. Adiva sedang menghidangkan minuman."Diminum Opa, Oma," kata Adiva."Terima kasih ya sayang," jawab Mama.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hamil

    "Baru saja Hani mau manggil Bapak dan Ibu, nggak tahunya sudah keluar," kata Mbak Hani."Anak-anak kemana, Mbak?" tanyaku pada Mbak Hani."Tadi katanya mau keluar sebentar, entah kemana.""Naik apa?" tanyaku lagi."Jalan kaki."Kami semua berkumpul di ruang keluarga. Menikmati makanan buatan Mbak Hani dan bercerita tentang berbagai hal."Hani, kamu semangat ya, ikuti semua anjuran dokter. Ibu akan selalu mendukungmu," kata Ibu dengan tersenyum."Iya, Bu. Hani senang melihat Ibu bisa tersenyum lagi. Tadi Hani sempat merasa kalau Hani yang membuat Ibu bersedih. Senyum Ibu membuat Hani menjadi bersemangat." Mbak Hani menimpali."Kami semua disini mendukungmu. Selain berusaha jangan lupa juga berdoa dengan yang di atas. Semua terjadi karena izin dari Allah," kata Bapak."Iya, Pak. Hani terharu. Terima kasih untuk semua doa dan dukungannya. Hani sangat semangat untuk sembuh, demi Nadya, keluarga kita dan tentu saja demi Hani sendiri," kata Mbak Hani."Mbak, kami semua ada untuk Mbak Hani,"

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Memberi Dukungan

    Ceklek! Pintu pun dibuka."Ada apa Pa?" tanya Lea. Adiva pun memegang tanganku.Aku nggak tahu apa yang diucapkan Mas Ray pada anak-anak. Aku tidak bisa fokus. Aku tetap menangis, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. Yang kuingat hanyalah suara Adiva memanggilku."Ibu," panggil Adiva, ketika aku membuka mata. Mas Ray dan anak-anak ada di dekatku. Aku masih mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Aku pun menangis ketika mampu mengingat lagi apa yang terjadi."Ayo ke rumah Bapak," ajakku pada Mas Ray.Mas Ray menggelengkan kepalanya. Aku mencoba beranjak dari tidurku, tapi kepalaku sangat sakit. "Kenapa, Bu?" tanya Arya."Pusing.""Aku mau ke rumah Bapak. Arya, antar Ibu ke rumah Akung," kataku dengan kesal karena Mas Ray tidak menuruti permintaanku.Kulihat Arya seperti kebingungan, mungkin dia ingin mengantarku, tapi takut pada Mas Ray.Mas Ray menatap tajam padaku, aku segera memalingkan wajahku. "Sayang, lihat Mas."Aku masih kesal dengannya."Lihatlah Ibu kalian kalau mer

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Butuh Waktu

    Aku mengajak Mbak Hani ke kamar Ibu untuk melihat kondisi Ibu. Kulihat Mas Ray baru saja selesai memeriksa tekanan darah Ibu. "Bagaimana Ibu, Mas?" tanyaku pada Mas Ray."Ibu hanya shock saja, semua butuh proses. Sepertinya Ibu belum bisa menerima sebuah kenyataan. Tekanan darah agak naik sedikit. Apa Ibu punya penyakit hipertensi?" tanya Mas Ray."Enggak ada," jawab Bapak."Kita tunggu sebentar lagi, mudah-mudahan segera siuman," kata Mas Ray. Aku dan Mbak Hani duduk di tepi tempat tidur."Maafkan Hani, Bu." Mbak Hani masih saja menangis."Semua bukan salahmu, Hani? Ibu hanya butuh waktu untuk menerima semua ini," kata Bapak membesarkan hati Mbak Hani.Kami semua hanya terdiam, tak berapa lama Ibu membuka matanya. Ibu tampak bingung melihat kami semua disini."Apa aku sudah mati? Kenapa semuanya berkumpul disini?" tanya Ibu."Ibu masih hidup, dan harus tetap sehat, karena Bapak masih sangat membutuhkan Ibu." Bapak menjawab sambil tersenyum."Apa yang terjadi?" tanya Ibu."Ibu hanya

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Survivor Kanker

    Bapak dan Ibu sangat terkejut mendengar kata-kata Mbak Hani. Kemudian Ibu menangis lagi. Suasana menjadi penuh haru. Hanya Bapak yang tidak menangis, tapi aku yakin kalau Bapak menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Pernah? Berarti sekarang sudah sembuh?" tanya Ibu lagi, masih dengan air mata yang mengalir di pipinya."Sudah operasi pengangkatan, Bu. Hani survivor kanker." Mbak Hani berkata sambil meneteskan air mata.Ibu semakin keras menangisnya."Oalah Hani, kenapa kamu nggak cerita sama Bapak dan Ibu? Pak, lihatlah anak kita, menderita seorang diri. Orang tua macam apa kita, membiarkan anak sakit dan kita tidak mendampinginya." Ibu berkata sambil menangis. Aku jadi ikut menangis. Mbak Hani mendekati Ibu dan memeluknya. Mbak Hani memegang tangan Ibu dan menariknya untuk ditempelkan ke bagian dada Mbak Hani yang sebelah kiri. Ibu tampak terkejut. "Ini yang dioperasi?" tanya Ibu.Mbak Hani mengangguk pelan."Maafkan Hani, Bu. Hani hanya tidak mau merepotkan Ibu, makanya Hani mel

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Tidak Mau Membebani

    "Nggak ada, kok, Num. Memangnya ada apa?" kilah Mbak Hani."Mbak, nggak usah bohong. Aku sudah tahu semuanya. Aku kan pernah nanya sama Mbak Hani, apa Mbak Hani sakit. Tapi jawaban Mbak Hani, nggak apa-apa, hanya kurang tidur saja. Apa Mbak Hani mau cerita padaku, apa yang terjadi sebenarnya?"Mbak Hani hanya diam saja."Mbak aku sering memperhatikan Mbak Hani. Aku merasa ada yang lain dari Mbak Hani. Kulihat Mbak Hani badannya menyusut dan terlihat tidak bercahaya. Mbak, aku sayang sama Mbak Hani, tidak mau terjadi apa-apa pada Mbak Hani. Karena itu aku mencari informasi tentang Mbak Hani. Apa Bapak dan Ibu tahu? Mas Hanif, tahu juga?"Mbak Hani menghela nafas panjang."Nggak ada yang tahu, Num. Aku nggak mau membebani mereka.""Bukannya membebani, Mbak. Tapi kalau mereka tahu mereka akan merasa dibutuhkan, bisa untuk saling bertukar pikiran. Aku yakin, mereka pasti akan kesal kalau sampai tahu dari orang lain.""Aku bingung mau memulai dari mana untuk menjelaskan pada mereka." "Bic

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menemui Mbak Hani

    Aku menoleh ke arah datangnya suara, ternyata Mas Fahmi bersama Dinda dan anak mereka. Aku tersenyum."Mas Fahmi," sapaku sambil tersenyum ke arahnya. Dinda diam, tampak wajah yang tidak bersahabat. Memandangku tak berkedip."Apa kabar Hanum," kata Mas Fahmi."Kabar baik. Kenalin Mas ini suamiku," kataku pada Mas Fahmi."O ya. Fahmi, ini Dinda." Mas Fahmi memperkenalkan istrinya."Ray." Mas Ray mengulurkan tangannya."Kami duluan ya, Mas?" pamitku."Oh iya." Mas Fahmi menjawab dengan gugup.Aku dan Mas Ray pun masuk ke dalam mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah makan."Kok diam saja?" tanya Mas Ray. Kamu memang hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Pikiranku terasa buntu, banyak sekali yang aku pikirkan."Terus harus ngapain?" "Ngobrol kek, atau apa.""Mas yang ngomong, nanti aku dengar," kataku.Mas Ray hanya diam, kebetulan juga sudah sampai rumah. Aku turun dari mobil, kemudian membuka pintu pagar dan membuka pintu rumah. Meletakkan makanan yang tadi aku beli di meja makan.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Pernah Membencinya

    Dokter Fajar menarik nafas panjang dan kemudian berkata padaku."Begini Mbak Hanum, Ibu Hanifah Zahira menderita penyakit hipertiroidisme.""Penyakit apa itu dokter?" tanyaku, karena memang aku kurang paham. Lebih baik aku bertanya daripada sok tahu."Penyakit hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi saat kadar hormon tiroksin dalam tubuh terlalu tinggi. Hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid ini memiliki peran penting dalam proses metabolisme tubuh. Jika kadarnya berlebihan, maka proses metabolisme pun akan terganggu. Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa: tremor,turunnya berat badan, mudah berkeringat,gangguan tidur, gugup, cemas, dan mudah tersinggung, jantung berdebar.""Yang saya tahu Mbak Hani itu berat badannya turun dan mengalami gangguan tidur." Aku berkata dengan pelan."Iya, Ibu Hanifah mengalami yang Mbak Hanum sebutkan tadi." Dokter Fajar menambahi."Apa penyakit ini bisa sembuh?" tanyaku lagi."Bisa, pengobatan rutin selama enam bula

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status