Share

Kakak Ipar Rasa Pacar
Kakak Ipar Rasa Pacar
Author: Els Arrow

Memergoki Perselingkuhan

"Pasti Raka suka sama hadiah yang ku bawa," gumam Nadia, wanita cantik berusia 22 tahun pemilik iris coklat itu tengah membawa kue di tangan kanannya dan sebuah paper bag berwarna biru di tangan kirinya.

Kaki jenjangnya berhenti di depan apartemen Raka, ia hendak memberikan kejutan karena hari ini ulang tahun sang calon suami.

Nadia menempelkan kartu akses khusus, ia mendapatkannya dari Raka. Bola matanya mengedar saat baru saja membuka pintu unit. Senyumnya semakin lebar saat mendapati kamar ini sepi.

"Aku akan bersembunyi di lemari."

Lemari berukuran besar itu muat oleh tubuhnya, dari sini ia bisa mengawasi situasi di luar lewat celah kecil.

"Semoga Raka nggak lama, aku takut kuenya leleh," bisik Nadia.

Tidak seberapa lama kemudian ia mendengar suara pintu terbuka, senyum di bibirnya semakin merekah saat menduga pasti itu kekasihnya.

Namun, keningnya tiba-tiba mengerut saat mendengar sayup-sayup suara wanita.

"Aah ... kakiku lemas, Sayang."

Deg! Nadia terhenyak kaget.

'Aku tidak asing dengan suaranya,' batin Nadia.

"Aku akan menggendongmu ke ranjang, Tania," sahut Raka yang semakin membuat Nadia bertanya-tanya.

'Tania? Tidak mungkin—' Nadia melongokkan kepala pada celah kecil lemari ini saat terdengar suara di ranjang.

Seorang wanita dalam balutan pakaian kurang bahan tengah berbaring di ranjang kekasihnya, Wanita itu terus meracau hingga membuat telinga Nadia panas.

Namun, racauan itulah yang membangkitkan jiwa kelaki-lakian Raka. Pria itu melepas semua helai benang yang ia kenakan. Detik berikutnya ia melakukan hal itu pada sang wanita hingga tubuh keduanya benar-benar polos.

'Ya Tuhan ....' Nadia semakin menekan dadanya, sesak sekali rasanya melihat pemandangan ini.

Kenapa Raka melakukan hal keji itu dengan wanita lain? Ia merasa terhina kalau seperti ini.

"Aku rindu kamu, Raka. Sudah satu bulan nggak kamu sentuh, rasanya selalu ada yang kurang," ujar wanita itu dengan suara parau.

Nadia yang tadinya menunduk sontak mengangkat kepala, rahang runcingnya menegas mendengar suara menjijikkan itu.

Wajah wanita itu.tertutup rambut, meskipun begitu ia masih bisa sedikit mengenali wanita itu dari bentuk tubuhnya.

"Aku juga merindukanmu, Tania. Kau tidak tahu 'kan aku mati-matian menahan selama satu bulan ini. Ah, aku harus mengurus Nadia dulu karena dia sangat merepotkan," kata Raka.

Deg! Nadia kembali terhenyak.

'Ta-Tania?' batinnya sambil membekap mulut.

Mata cantiknya semakin membelalak lebar ketika wajah wanita itu menoleh ke arahnya saat Raka mengendus leher. Wanita itu tertawa sambil sesekali melenguh, membuat perasaan Nadia semakin memanas.

Kedua tangannya mengepal dan dengan sisa kekuatan yang dimiliki, gadis berambut panjang itu merogoh tas untuk mengambil ponsel.

Nadia merekam percintaan panas calon suaminya dengan sang kakak tiri dengan tangan gemetar, kedua air mata terus mengalir sampai hampir tiga puluh menit lamanya.

'Ya Tuhan ... demi apapun ini sakit sekali,' batin Nadia sambil tangannya menekan dada.

Ia tidak peduli kakinya kesemutan di dalam lemari, kue yang dibawanya bahkan sudah meleleh karena berada di ruangan pengap dalam waktu lama.

Kedua insan tidak punya hati itu sudah tertidur karena terlalu lelah bercinta, keduanya saling memeluk di bawah satu selimut tanpa sehelai benangpun.

'Aku tidak menyangka kamu sekejam ini, Raka. Dan aku lebih tidak menyangka kalau ... Kak Tania tega padaku.'

Nadia berdiri di samping ranjang dengan napas tersengal, matanya menatap nanar pada Raka dan Tania yang tidur dengan pulas tanpa peduli ada hatinya yang tengah hancur.

Gadis itu berbalik badan dan segera keluar, ia membuang kuenya ke tempat sampah yang ada di luar unit apartemen itu.

Kakinya melangkah cepat agar bisa segera pergi dari gedung pencakar langit ini, ia ingin segera pulang dan mengadukan pengkhianatan Raka kepada kedua orangtuanya.

"Aku akan membatalkan pernikahan kita, Raka!" gumamnya seraya masuk ke dalam taksi.

Air mata luruh begitu saja saat mengingat pengkhianatan yang Raka lakukan tadi, mau sekuat apapun nyatanya hatinya tetap terluka.

'Tiga hari lagi kita akan menjadi suami istri, Raka. Tapi kamu tega melakukan ini padaku, padahal kamu tahu kakakku juga sudah punya suami,' batin Nadia sambil menghela napas dalam-dalam.

Taksi berhenti di depan rumah sederhana berwarna putih. Nadia langsung memanggil ayahnya yang sedang berbincang-bincang dengan saudara lain yang ada di rumah itu untuk membantu persiapan pernikahan mereka.

"Ada apa, Nadia? Kok wajahmu kelihatan sayu begitu?" tanya Toni, ayah kandung Nadia.

Hening! Nadia belum berani menyahut.

Ia takut kalau jujur akan membuat Ayahnya terkejut dan ikut sakit hati, tetapi kalau tidak jujur maka batinnya yang akan terus memanas.

"Aku tadi dari apartemennya Raka, Yah."

"Ya, kamu 'kan sudah bilang mau kasih hadiah ulang tahun. Bagaimana? Berhasil?" tanya pria paruh baya itu dengan senyum manis.

Namun, gelengan kepala putrinya membuat senyum di bibir Toni memudar, kening keriputnya semakin mengerut dan kemudian bertanya, "ada apa, Nad? Kalian tidak ada ada masalah 'kan?"

"Aku ... a-aku memergoki Raka bermain gila sama perempuan lain, Yah. Dia mengkhianati aku. Dia ... dia bahkan nggak tahu aku bersembunyi di dalam lemari membawa kado dan kue, dia malah asyik sama wanita lain," jelas Nadia yang sontak membuat Toni tercekat.

Nadia menangis tergugu dan menutup wajah dengan kedua tangannya, air mata terus mengalir seakan tidak mau dihentikan.

Bak ada guntur keras yang menghantam jantungnya, Toni merasa dadanya nyeri melihat putrinya menangis pilu di bawah kakinya.

"Maaf sudah membuat Ayah malu. Tapi batalkan saja pernikahan ini, aku nggak mau menikah dengan seorang pengkhianat," ucap Nadia di sela-sela isak tangisnya.

"Batalkan saja katamu?! Apa kamu buta, hah?! Kamu tidak lihat berapa banyak biaya yang sudah kami kelurkan untuk membayar wedding organizer? Seenaknya saja kamu minta batalkan!" sentak Mella.

Wanita paruh baya yang merupakan ibunya Tania itu datang dengan mata melotot dan wajah merah padam. Kedua tangannya berkacak pinggang sambil terus menatap tajam ke arah Nadia.

Lima tahun lalu setelah istri pertama Toni, Yuni, meninggal karena kecelakaan tunggal, Toni menikahi Mella yang merupakan seorang janda.

Mella membawa Tania dalam pernikahan ini, kemudian tiga tahun setelahnya Tania menikah dengan pria yang ia pilih dan kini keduanya LDR lantaran sang suami bekerja di luar kota.

Nadia sudah biasa saat Mella membentaknya, ibu tirinya itu tidak sungkan meskipun ada sang Ayah. Ah, Nadia bahkan merasa dirinya tidak lagi mempunyai sosok orang tua semenjak Ayahnya menikah dengan Mella.

"Laki-laki tidak akan kehilangan apapun meskipun sudah melakukan hubungan badan, Nadia! Kamu tidak apa-apa tetap menikah, asal kita tetap menjaga rahasia ini agar tidak ada yang tahu," ujar Mella dengan napas menggebu.

Apa Mella sudah gila? Wanita itu benar-benar tidak memikirkan perasaan Nadia.

"Lupakan kejadian ini, Nadia. Lupakan juga tentang wanita yang menjadi selingkuhan Raka. Jangan buat malu aku dan Ayahmu. Kamu akan tetap menikah dengan Raka!" imbuh Mella.

Nadia sontak menggeleng keras. "Tapi, Bu ... wanita itu ... selingkuhannya Raka adalah Kak Tania!" pekiknya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
for you
ibu tiri menjijikan selalu jahat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status