Share

Chapter 7

Tania berjalan dengan langkah gontai menuju teras, Darren yang melihat itu pun hanya bisa tersenyum tipis.

"Sudah siap?" tanyanya yang langsung diangguki oleh sang istri.

Keduanya berjalan menuju mobil, jalanan tampak lenggang dan tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai di rumah sakit.

Darren keluar lebih dulu sementara Tania menyusul di belakang. Pria itu mendaftarkan istrinya dan beruntung hari ini tidak terlalu banyak antrian, sehingga Tania bisa langsung masuk.

Dokter langsung meminta Tania berbaring untuk diperiksa USG, wanita paruh baya dalam balutan jas putih itu tersenyum manis sambil mengajak Tania berbincang mengenai jadwal haid terakhir.

"Baik, Pak, dari pemeriksaan kami istri Anda hamil empat minggu. Kandungannya bagus dan berkembang sesuai usianya, tidak ada masalah dan semuanya baik. Kami akan meresepkan vitamin untuk ibunya, ya, Pak," jelas sang dokter.

"Empat minggu, Dok?" tanya Darren.

"Benar, Pak. Empat minggu atau dua bulan," jawab dokter itu sambil membantu Tania bangun dari ranjang.

Darren kembali mengulas senyum simpul, selama lima bulan bekerja di luar kota dia sama sekali tidak pulang. Sudah jelas itu bukan anaknya, tetapi pria itu masih ingin mencari bukti yang lebih kuat.

"Jaga kandungannya baik-baik, Pak, Bu. Ini kehamilan pertama dan biasanya masih rentan, ya. Ibu harus banyak istirahat dan jangan melakukan pekerjaan berat, kalau bisa Bapak harus menjaga suasana hati Ibu agar tidak terbawa pikiran negatif. Takutnya nanti berdampak pada janin," jelas dokter.

Tania tersenyum lebar sambil menjawab, "terima kasih, Dok, kami akan mengingatnya dengan baik."

Dokter itu mengangguk sambil mengulurkan secarik kertas bertuliskan resep vitamin, Darren segera meraihnya dan dia keluar dari ruangan itu sambil menggandeng tangan Tania.

Sampai di luar ruangan, Darren melepaskan tangannya dan langsung berjalan lebih cepat menuju apotek, meninggalkan sang istri sendirian di belakangnya.

Entahlah, rasanya sudah tidak ada gairah lagi saat melihat Tania. Perasaan cintanya sudah padam saat tahu istrinya itu berselingkuh. Kalau saja benar yang dikandung Tania adalah anak Raka, maka Darren akan langsung menceraikan istrinya itu.

"Sudah ambil obatnya Mas?" tanya Tania.

"Iya, ayo kita pulang sekarang."

"Aku tiba-tiba pengen mangga," ucap wanita itu yang membuat Darren langsung menoleh.

"Iya kita akan cari. Semoga di jalan pulang nanti ada yang jual mangga."

Tania kembali tersenyum lebar, hatinya bahagia sekali diperhatikan oleh Darren. Semua kegundahan karena fotonya yang tersebar di media sosial dan nomor Raka yang belum aktif langsung hilang seketika.

'Gini, nih, enaknya punya dua cowok. Kalau yang satu hilang masih ada satunya lagi,' batin Tania.

Tanpa dia tahu beberapa kali suaminya menghela napas kasar. Bagi Darren, bayi yang dikandung itu tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa. Dia akan tetap berbuat baik, maka apapun yang diminta pasti akan dituruti karena khawatir berdampak pada kandungan.

'Ini tidak akan lama, pasti aku akan segera menemukan barang buktinya. Setelah itu baru aku tidak akan peduli lagi pada Tania dan apapun yang berkaitan dengannya,' kata Darren di dalam hatinya.

Mobil bergerak meninggalkan parkiran rumah sakit, Tania terus melihat ke luar jendela seolah mencari-cari penjual mangga. Hingga akhirnya ia meminta suaminya untuk menghentikan mobil saat melihat penjual mangga di pinggir jalan.

"Syukurlah rezeki adik bayi," gumamnya sambil mengelus perutnya yang masih rata.

Darren ikut turun dan mengikuti Tania, tetapi pria itu hanya diam saja saat istrinya heboh memilih mangga. Dia miris sekali melihat istrinya yang sangat bahagia, padahal di sisi lain ada Nadia yang bersedih karena tidak mendapat pembelaan dari keluarganya.

Terkadang dunia berpihak pada sang antagonis. Jangankan karma, seseorang yang berbuat kejahatan malah hidupnya semakin bahagia jika tidak ada yang berani melawan.

Mereka tidak pernah ingat seberapa dalam luka yang pernah ditorehkan, tidak mau tahu seperti apa trauma yang mencekam di setiap malam korban-korbannya. Seperti Tania dan Mella yang kini berbahagia mendapatkan uang ganti rugi dari Anton, tanpa peduli mental Nadia di luar sana.

"Aku sudah dapat mangganya Mas," kata Tania dengan sinar bahagia di matanya.

Darren segera membayar, kemudian dia lantas mengajak Tania menuju mobil dan meneruskan perjalanan pulang.

Tania terus berceloteh manja selama perjalanan pulang, wanita itu merangkai banyak rencana untuk jabang bayi yang masih dikandungnya.

Namun, Darren terus bungkam dari tadi hingga mobil tiba di pelataran kediaman Toni. Pria itu mengantarkan istrinya ke kamar, setelah meminta Tania istirahat ia lekas kembali ke teras untuk mengecek email pekerjaannya.

"Daripada pusing mendengarkan Tania lebih baik aku di sini saja," gumam Darren.

Pria itu menghela napas panjang mendapati perubahannya setelah pengkhianatan itu. dia dulu sangat perhatian dengan Tania, tidak jarang mereka menghabiskan banyak waktu untuk bercerita sampai membahas hal-hal yang tidak penting.

Darren sangat mencintai Tania lebih dari dirinya sendiri, apapun dia usahakan untuk membuat istrinya bahagia. Namun, itu dulu. Sekarang hanya ada sakit hati dan rasa ingin membalas kelakuan busuk istrinya.

'Manusia tidak ada yang diciptakan jahat, hanya saja mereka terlalu serakah dan lena terhadap godaan. Mereka tidak memikirkan perasaan pasangannya, tanpa mereka sadar setiap orang mempunyai kekuatan masing-masing untuk membalaskan dendam,' batin Darren.

Kedua tangannya terkepal, tetapi ia masih menahan dan tidak mungkin gegabah atau semuanya akan semakin runyam.

Sampai tiba-tiba dia mendengar ponselnya berdering, ternyata telepon dari Renaldy.

"Halo, Dy. Ada apa?"

"Aku mau mengucapkan terima kasih karena kau telah memasukkan Nadia ke butik. Aku senang dengan pekerjaannya, dia rajin dan sangat ramah kepada pembeli. Staf yang lain juga senang bekerja dengannya," jelas pria yang merupakan teman baik Darren itu dari seberang telepon.

"Aku titip dia, Dy. Jaga dia baik-baik dan jangan pernah biarkan kalau ada yang mau mengganggunya."

"Tentu saja, Darren. Aku akan menjaganya dengan segenap hatiku."

Ucapan itu membuat Darren mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

"Ah, ayolah, Darren. Adik iparmu itu sangat cantik, dia masih muda dan manis sekali. Aku suka padanya, dan ... mungkin bisa dikatakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi ini masih terlalu awal, jadi aku berencana mengajaknya makan malam sebagai ajang perkenalan kita. Aku harap kau mengizinkanku mengajak Nadia makan malam besok, Darren," jawab Renaldy panjang lebar.

Darren langsung menegakkan posisi duduknya dengan mata melotot lebar. "Tidak aku tidak mengizinkanmu!"

"Kenapa? Apa besok kalian ada acara?"

"Tidak. Pokoknya aku tidak mengizinkan kamu membawa adikku. Dia tanggung jawabku dan aku tidak akan membiarkannya dengan pria lain, meskipun itu temanku sendiri. Jangan macam-macam, Dy. Aku tidak akan tinggal diam kalau kau nekat," desis Darren.

Tanpa sadar tangannya terkepal erat menahan emosi. Entah apa yang Darren rasakan, yang jelas dia tidak rela melihat Nadia bersama pria lain.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yeyen Hehanussa TraNodeck
ceritanya menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status