Di tempat lain …Nala terus bersin, entah kenapa dia seperti ini padahal sebelumnya dia baik-baik saja.Bi Darmi yang melihat langsung berkomentar, “Non, kayaknya ada yang lagi ngomongin Non Nala.”Nala yang mendengar tersenyum lalu berkata, “Bi Darmi ada-ada aja, masih percaya mitos kayak gituan ah.”“Bisa jadi gara-gara asap tadi Bi.” Sambung Nala lagi.“Hehehe … iya kali ya.” Bi Darmi langsung merasa tidak enak hati, dia meringis sendiri.Setelah selesai membakar bungkus kain putih dan membersihkan diri, hari mulai siang Nala dan Bi Darmi berjalan-jalan di taman belakang. Mereka berdua lalu duduk di bangku bambu yang ada di bawah pohon mangga yang daunnya rindang. Itu adalah tempat favorit keduanya.Saat selesai mengerjakan pekerjaan rumah dan senggang, mereka berdua sering menghabiskan waktu di sana.Biasanya Nala menyulam, Bi Darmi membersihkan sampah daun kering.“Non, apa udah baikan kakinya?” Bi Darmi bertanya pada Nala.Tapi sebenarnya Bi Darmi tahu bahwa Nala sedang memikirk
Selesai berbicara, ponsel Calya berbunyi …Drtt …. Drrtt … Drtt ….Dengan cepat dia meraih ponsel di dlam tas miliknya.Saat manik matanya menangkap sebuah nama di layar ponsel tersebut, kedua alisnya berkerut.Calya bergumam sebelum mengangkat panggilan telepon tersebut.“Wali kelasnya Ayunda?” Gala yang mendengar juga ikut terkejut, ekspresi wajah lelaki itu pun sama terkejutnya dengan Calya.“Ada apa Mbak? Ada apa sama Ayunda? Kenapa wali kelasnya telpon ke Mbak?”Gala mengajukan banyak pertanyaan, dengan perasaan khawatir.Calya meliriknya dengan ketus dia menjawab, “Mana aku tahu? Ini juga belum dijawab.”“Buruan angkat Mbak?” lanjut Gala, dia berdiri di depan Calya dengan wajahnya yang terlihat cemas, menatap ponsel yang ada di tangan Calya.Melihat sikap Gala, Calya mendengus dan berkata, “Santai aja kenapa sih.”“Siapa tahu itu penting Mbak, buruan angkat. Wali kelas Ayunda nggak mungkin nelpon kalau nggak penting kan?”“Issh …. Berisik!” sewot Calya, dia menekan satu jarinya
Melihat wajah ibunya memerah, Ayunda langsung bergegas mengangkat suaranya, “Tante, aku baik-baik saja, semua ini nggak ada hubungannya sama mama.”Mendengar itu Calya yang tangannya masih di udara dengan cepat melirik Ayunda, gadis itu tatapan matanya penuh dengan permohonan kepadanya.Menarik napas panjang Calya menurunkan tangannya.Bi Darmi yang melihat menahan emosi di dadanya saat dia harus menyaksikan lagi sikap arogan dan kasar Calya pada Nala.Begitu dia menatap pada Gala yang hanya berdiri dengan ekspresi datar, Bi Darmi menahan tinju tangannya dengan kuat.Calya menatap kembali pada Nala yang masih memegang pipinya yang merah.“Sudah aku bilang berkali-kali kalau ada masalah terkait Ayunda, kamu harus cepat hubungi aku. Dan ingat, jangan pernah melakukan sesuatu tanpa seizin aku.”“Mbak, dia juga anakku, jadi apa salahnya kalau aku …”“Apa salahnya? Dasar bodoh! Kamu nggak ngaca, ngerawat diri kamu sendiri aja nggak becus gimana mau ngerawat anak kamu hah!”Mendengar itu Na
Gala yang ditanya hanya bisa diam mematung, dia bingung harus menjawab apa.Lalu pada akhirnya Gala hanya bisa memalingkan wajahnya ke arah putrinya, dia merasa bersalah tapi dalam hati Gala juga kesal kepada Calya, kakaknya ini sungguh keterlaluan, seharusnya dia tidak mengatakan hal itu di depan putrinya.“Gala, kenapa diam, kamu jadi suami harus tegas dong.” Sela Calya dengan melotot pada Gala.“Mbak, bukan waktunya ….”“Apa? Kamu bilang belum waktunya? Mau nunggu sampai kapan lagi? Kamu berdua sama-sama nggak cocok dan menderita ngapain sih dipertahankan.”Saat berbicara Calya memperhatikan pandangan Gala, manik matanya bertemu dengan Ayunda, Calya menarik napas panjang setelah paham dengan situasi Gala saat ini.“Ayunda pasti paham kok!” jawab Calya dengan entengnya.Sementara Nala yang masih berdiri di antara keduanya tidak bisa menahan setiap perkataan kakak iparnya itu, dia mengaitkan kedua tangannya, menarik napas, yang awalnya menunduk, perlahan dia mengangkat wajanya dan be
Bima Wistara adalah sepupu Gala.Pria itu dulu satu SMA dengan Nala.Siapa sangka dia bertemu kembali dengan Nala, gadis yang dulu pernah bersamanya saat masih di bangku SMA tapi … wanita yang kini ada di depannya jauh berbeda dari Nala yang dulu pernah dia kenal.Dengan tatapan penuh terkejut Bima langsung berkata, “Nala … Gala …”Nala dan Gala, keduanya juga terkejut saat melihat Bima berdiri di depan mereka.“Bima?” sapa Gala balik dengan mengerjapkan mata.Sementara Nala yang masih berdiri dengan penampilannya yang sungguh kacau tidak bisa berpikir dengan jernih dan kesadarannya masih belum pulih.Tapi saat dia melihat senyuman Bima, perlahan ingatan Nala kembali ke masa lalu.Sosok yang dia kenali dulu ada di hadapannya.Bima masih terus tersenyum, bukan pada Gala tapi pada Nala.Jelas saja membuat Gala mengernyitkan dahinya saat melihat Bima acuh tak acuh kepadanya.“Nala, kamu Nala kan? Yang dulu …” sapa Bima dengan gembira.Nala saat melihat wajah yang tak asing di depannya di
Melihat sikap kasar Gala pada Nala, Bima tidak bisa diam saja, dia dengan cepat juga menahan tangan Gala.“Lo … jangan ikut campur urusan rumah tangga orang lain.” Teriak Gala pada Bima.Mendengar dan melihat sikap Gala, Nala menyeringai.‘Ternyata Mas Gala bisa cemburu juga, dan ini …’Nala terdiam melihat keduanya saling berselisih.‘Aku punya ide, biar saja Bima aku jadikan alat untuk membantuku dan juga mendapatkan Ayunda dari Gala. Mungkinkah Bima … seseorang yang dikirim Allah untuk membantuku saat ini?’Dalam diam Nala terus berpikir, dia tidak akan mau mengalah atas hak asuh Ayunda pada kakak iparnya.Kedua kakak beradik itu terus berusaha menyingkirkan Nala dari kehidupan Ayunda.Melihat betapa kesal dan marahnya Gala, Nala jadi paham bahwa karakter Gala yang tidak pernah bisa mengalah dan selalu merasa menang itu pada akhirnya, Nala menemukan jawaban.“Aku nggak akan biarin lo merebut Nala dari gue.” Bentak Gala pada Bima, “Bagaimana pun da masih istri gue.”Nala tersenyum p
Di ruang UGD …“Ayu, kamu udah baikan sayang …” Calya memeluk Ayunda, sudah seperti ibu kandung bagi gadis berusia sembilan tahun itu.Tidak, tepatnya Calya pada Ayunda bahkan melebihi ibu kandungnya sendiri.Bi Darmi yang berdiri hanya bisa menatap keduanya, saat Calya mengambil alih posisinya duduk di pinggiran tempat tidur dan memeluk Ayunda.“Tan, aku nggak papa kok, guru aja yang lebay kirim Ayu ke sini, padahal aku tuh cuma …”“Tetap aja sayang, kamu pingsan atau apalah nggak sadarkan diri, mereka mengirim kamu ke sini adalah tindakan yang tepat, kalau kamu kenapa-kenapa di sana dan nggak ada yang bisa nolong gimana?”Ayunda mendengar itu melirik pada Bi Darmi yang menatapnya dengan berusaha tersenyum.Mengerti bahwa perempuan paruh baya itu juga tidak setuju dengan sikap Calya, Ayunda hanya bisa menahan perkataannya.“Ya udah kalau gitu Tante anterin Ayu ke sekolah lagi ya.” Ucap Ayunda pada Calya.Jelas Calya langsung mengernyitkan dahi dan berkata, “Kamu masih masih mau balik
“Ada apa ini?” tanya Calya, tatapan matanya sinis pada Bima dan Diandra secara bergantian lalu di menatap tajam pada Nala, matanya melotot, dia sangat kesal sekali melihat situasi seperti ini.“Ah, apa kabarnya kakak sepupu?” sapa Bima dengan tersenyum pada Calya.Bukan dijawab Calya mendengus dan berkata, “Ngapain kamu ada di sini? Bukannya kamu …”“Kenapa? Kaget gue balik ke Jakarta lagi?”“Bima … kamu seharusnya …”“Mbak Calya, jangan ikut campur lagi urusan pribadiku.”“Bima, kamu nggak seharusnya ada di sini.”“Nggak seharusnya ada di sini? Emang kenapa?”“Kamu sendiri yang melanggarnya aku tidak akan membiarkan kamu …”“Apa? Membiarkan gue kenapa?”Percakapan keduanya membuat Gala mengernyitkan dahi mendengar keduanya saling berseteru.Sementara Nala hanya bisa mendengar tapi dia juga merasa ada sesuatu yang aneh dari percakapan keduanya.Menghilangnya Bima yang tiba-tiba beberapa tahun yang lalu memang membuatnya sekarang menjadi penasaran.‘Apa yang sebenarnya terjadi pada Bim