Bima Wistara adalah sepupu Gala.Pria itu dulu satu SMA dengan Nala.Siapa sangka dia bertemu kembali dengan Nala, gadis yang dulu pernah bersamanya saat masih di bangku SMA tapi … wanita yang kini ada di depannya jauh berbeda dari Nala yang dulu pernah dia kenal.Dengan tatapan penuh terkejut Bima langsung berkata, “Nala … Gala …”Nala dan Gala, keduanya juga terkejut saat melihat Bima berdiri di depan mereka.“Bima?” sapa Gala balik dengan mengerjapkan mata.Sementara Nala yang masih berdiri dengan penampilannya yang sungguh kacau tidak bisa berpikir dengan jernih dan kesadarannya masih belum pulih.Tapi saat dia melihat senyuman Bima, perlahan ingatan Nala kembali ke masa lalu.Sosok yang dia kenali dulu ada di hadapannya.Bima masih terus tersenyum, bukan pada Gala tapi pada Nala.Jelas saja membuat Gala mengernyitkan dahinya saat melihat Bima acuh tak acuh kepadanya.“Nala, kamu Nala kan? Yang dulu …” sapa Bima dengan gembira.Nala saat melihat wajah yang tak asing di depannya di
Melihat sikap kasar Gala pada Nala, Bima tidak bisa diam saja, dia dengan cepat juga menahan tangan Gala.“Lo … jangan ikut campur urusan rumah tangga orang lain.” Teriak Gala pada Bima.Mendengar dan melihat sikap Gala, Nala menyeringai.‘Ternyata Mas Gala bisa cemburu juga, dan ini …’Nala terdiam melihat keduanya saling berselisih.‘Aku punya ide, biar saja Bima aku jadikan alat untuk membantuku dan juga mendapatkan Ayunda dari Gala. Mungkinkah Bima … seseorang yang dikirim Allah untuk membantuku saat ini?’Dalam diam Nala terus berpikir, dia tidak akan mau mengalah atas hak asuh Ayunda pada kakak iparnya.Kedua kakak beradik itu terus berusaha menyingkirkan Nala dari kehidupan Ayunda.Melihat betapa kesal dan marahnya Gala, Nala jadi paham bahwa karakter Gala yang tidak pernah bisa mengalah dan selalu merasa menang itu pada akhirnya, Nala menemukan jawaban.“Aku nggak akan biarin lo merebut Nala dari gue.” Bentak Gala pada Bima, “Bagaimana pun da masih istri gue.”Nala tersenyum p
Di ruang UGD …“Ayu, kamu udah baikan sayang …” Calya memeluk Ayunda, sudah seperti ibu kandung bagi gadis berusia sembilan tahun itu.Tidak, tepatnya Calya pada Ayunda bahkan melebihi ibu kandungnya sendiri.Bi Darmi yang berdiri hanya bisa menatap keduanya, saat Calya mengambil alih posisinya duduk di pinggiran tempat tidur dan memeluk Ayunda.“Tan, aku nggak papa kok, guru aja yang lebay kirim Ayu ke sini, padahal aku tuh cuma …”“Tetap aja sayang, kamu pingsan atau apalah nggak sadarkan diri, mereka mengirim kamu ke sini adalah tindakan yang tepat, kalau kamu kenapa-kenapa di sana dan nggak ada yang bisa nolong gimana?”Ayunda mendengar itu melirik pada Bi Darmi yang menatapnya dengan berusaha tersenyum.Mengerti bahwa perempuan paruh baya itu juga tidak setuju dengan sikap Calya, Ayunda hanya bisa menahan perkataannya.“Ya udah kalau gitu Tante anterin Ayu ke sekolah lagi ya.” Ucap Ayunda pada Calya.Jelas Calya langsung mengernyitkan dahi dan berkata, “Kamu masih masih mau balik
“Ada apa ini?” tanya Calya, tatapan matanya sinis pada Bima dan Diandra secara bergantian lalu di menatap tajam pada Nala, matanya melotot, dia sangat kesal sekali melihat situasi seperti ini.“Ah, apa kabarnya kakak sepupu?” sapa Bima dengan tersenyum pada Calya.Bukan dijawab Calya mendengus dan berkata, “Ngapain kamu ada di sini? Bukannya kamu …”“Kenapa? Kaget gue balik ke Jakarta lagi?”“Bima … kamu seharusnya …”“Mbak Calya, jangan ikut campur lagi urusan pribadiku.”“Bima, kamu nggak seharusnya ada di sini.”“Nggak seharusnya ada di sini? Emang kenapa?”“Kamu sendiri yang melanggarnya aku tidak akan membiarkan kamu …”“Apa? Membiarkan gue kenapa?”Percakapan keduanya membuat Gala mengernyitkan dahi mendengar keduanya saling berseteru.Sementara Nala hanya bisa mendengar tapi dia juga merasa ada sesuatu yang aneh dari percakapan keduanya.Menghilangnya Bima yang tiba-tiba beberapa tahun yang lalu memang membuatnya sekarang menjadi penasaran.‘Apa yang sebenarnya terjadi pada Bim
Berusaha tersenyum Nala menjawab, “Dian, aku baik-baik saja. Apa yang kamu lihat sekarang nggak seperti apa yang kamu bayangkan. Aku tadi tuh buru-buru, mendengar Ayu masuk rumah sakit jadi aku nggak sempat ganti baju masih dalam keadaan seperti ini, biasalah namanya juga ibu-ibu kalau di rumah enaknya kan dasteran.”Diandra mengerutkan dahinya mendengar ucapan Nala, dan wajah wanita di depannya itu tersenyum.“Nala, kamu …”“Hm, nggak papa. Beneran!”“Tapi, kata Calya kalian berdua …”“Benar, Gala ingin menceraikan aku, tapi … aku nggak akan menerimanya.”“Nala …”“Bukannya dulu kamu bilang ke aku, jadi wanita harus nurut sama suami dan kalau ada masalah suami istri harus diselesaikan bagaimana pun caranya. Aku nggak akan melepaskan suamiku dan anakku.”“Tapi Nala ….”“Dian, aku baik-baik saja, ini urusan keluargaku, sebaiknya kamu pergi dan jangan ikut campur ya.”Calya dan Gala yang berdiri agak jauh hanya bisa melihat Nala dan Diandra sedang berbicara, senyum istrinya yang tulus m
Calya buru-buru menahan cairan bening yang tiba-tiba mengembang di sudut matanya lalu dia berusaha tersenyum pada Bima dan berkata dengan suara pelan, “Aku tahu kamu itu hanya bisa menggertak aku saja kan, Bim, udahlah jangan melakukan hal yang bisa membuat merugikan kamu sendiri, aku peringatkan sama kamu, jangan pernah datang mengganggu Gala lagi atau …”“Atau apa? Lo pikir gue akan nurut kali ini, nggak! Ingat juga Mbak, gue uda punya bukti semua yang …”“Bima ….” Calya melotot giginya bergemeretak saat dia merasa Bima berusaha mengancam dirinya.“Mbak Calya, semua yang sudah lo lakuin selama ini, semuanya … tentang Nala juga, kalau sampai Mbak nyentuh dia lagi, gue nggak akan segan ngabisin lo sama Gala, adik lo yang pengecut dan nggak punya sikap itu.”“Bima, jangan ngaco! Jangan main-main sama aku1”“Siapa yang main-main? Gue serius kali ini, dan juga … masalah perusahaan semua yang dilakukan Diandra adalah atas usulan gue, asal lo tahu aja.”Mendengar itu membuat Calya semakin
Gala membawa mobilnya dengan kencang menuju ke rumahnya, dia melirik baju daster yang dikenakan Nala lalu menatap istrinya itu dengan pandangan sedikit miris dan berkata, “Apa kamu nggak pernah mikir sama penampilan kamu kayak gini?”Nala yang mendengar tidak menjawab, pandangannya lurus ke depan.Gala melirik lagi, dahinya berkerut, “Nala, aku ngomong sama kamu.”“Hm …” jawab Nala dengan suara pelan.“Kamu sengaja ya bikin aku sama Mbak Calya malu di depan orang banyak, sengaja pakai baju kek gini.”Nala menoleh menatap suaminya itu lalu tersenyum kecut.Gala yang melihat istrinya tersenyum itu makin mengerutkan dahinya, “Kenapa? Natap aku kek gitu? Nggak suka aku ngomong kek gini?”“Sejak kapan kamu merhatiin baju aku? Emang penting buat kamu sama Mbak Calya? Lagian kamu mau ngajuin gugatan ceraikan? Aku nggak akan tanda tangan sampai kapan pun.”“Nala …”“Apa? Apa kamu bosan dan jijik lihat aku? Atau kamu mau ngikutin semua ucapan kakak kamu itu.”“Jangan menjelekkan Mbak Calya, ak
Totok yang berjalan kembali ke arah ruang UGD, berbelok ke arah lain setelah tak jauh dari pintu masuk, dari sudut tak jauh dari jendela kaca bening, dia lalu berusaha mengambil gambar di mana tempat Ayunda dirawat dengan ponsel pintar miliknya.Di sana masih ada Bi Darmi, Ayunda dan ibu guru Ayunda yang masih mengawasi Ayunda, ada juga Karina.Setelah mengambil gambar beberapa kali Totok kembali.Di halaman parkir Abian Diandra duduk dengan tenang sedang membaca artikel pada tablet miliknya, dia mengerutkan dahinya beberapa saat dengan ekspresi serius dia membaca sebuah berita yang baru saja di posting.‘Festival Pameran Perhiasan Perak Terbesar Asia Mulai Mengalami Kemunduran.’Dia penasaran dengan judul berita tersebut, baru saja jari tangannya berniat mengklik lanjutan dari berita tersebut, suara ketukan kaca mobil terdengar.Diandra menoleh, melihat sosok pria yang di kenali sedang membungkuk menatapnya dari luar.Tanpa membuka pintu mobil, tangan Diandra membuka kacanya saja.Bi
Seminggu kemudian …“Terima kasih Mas Totok atas bantuannya selama ini, kalau nggak ada Mas, saya nggak tahu apa yang terjadi sama keluarga saya.” Ucap Nala, dia duduk bersebelahan dengan Bi Darmi, di depannya Totok duduk dengan posisi tegak dan sopan.Sebelum menjawab Totok tersenyum, “Mbak, semua itu atas pertolongan Allah, saya hanya perantara, Insha Allah kalau kita istiqomah Allah akan kasih kemudahan. Jangan lupa ya selalu tepat waktu sholatnya, kalau bisa.”“Iya, makasih banget Mas.” Lanjut Nala.“Sebenarnya semua ini atas usul Mas Abian loh, saya diminta bantu Mbak Nala dari Mas Abian.”“Abian Diandra?” tanya Nala terkejut.Totok hanya mengangguk lalu menatap Bi Darmi.Reflek Nala menatap Bi Darmi.Perempuan paruh baya itu tersenyum lalu berkata, “Iya, Maaf ya Non Nala, sebenarnya selama ini saya suka curhat sama Mas Diandra, saya jangan dimarahi ya, saya hanya berusaha mau bantu keluarga Non Nala sama Mas Gala.”Nala menarik napas panjang, dia berhutang budi lagi sama Diandra
Saat itu sebuah suara datang dari luar ruangan.“Maaf, Pak Gala, Bapak tidak bisa masuk ke ruangan Pak Adi, karena sedang ada tamu.” Ujar seorang pegawai di sana.Gala tidak peduli, dia sejak tadi sudah mengatakan dengan baik-baik bahwa dia ingin bertemu langsung dengan Adijaya tapi para pegawai terus menghalanginya.Kali ini Gala berkata sambil melotot, “Aku tidak peduli, minggir atau …”Mendapat ancaman dari Gala, si pegawai wanita tidak berani menatap lalu dia dengan enggan minggir dan pada akhirnya membiarkan Gala masuk.Karena semua pegawai di sana juga memberi kode kepadanya untuk membiarkan Gala masuk, mereka tidak ingin kantor mereka kacau, siapa yang tidak kenal keluarga Wistaram terutama Calya, semua pegawai tidak ingin berhubungan dengan keluarga Wistara.Dengan cepat Gala membuka pintu, dia tidak terkejut sama sekali melihat Karina sedang berada di dalam ruangan bersama Adijaya.“Wah, siapa yang datang, Gala Wistara, akhirnya kamu datang sendiri.” Ujar Adijaya, dia berdiri
Festival Pameran Perhiasan Perak sudah sebentar lagi.Di ruangan kerja Diandra …“Pak, ini datanya, semuanya ada di sini, beberapa keleksi perhiasan punya kita yang akan kita pamerkan nanti.”Ujar seorang karyawan pria dengan tubuh kurus, tinggi dan terlihat berwibawa.Dia adalah Lukman, kepala desain di perusahaan Diandra.Sudah lebih dari sepuluh tahun Lukman bekerja bersama Diandra.Dia awalnya seorang pelukis pinggir jalan yang ditemukan Diandra.Saat tidak sengaja Diandra sedang menikmati malam di Malioboro dan melihat bakat Lukman.Meski dia hanya lulusan SMA, seni dan bakat melukis Lukman sangat luar biasa.Diandra menawarkan pekerjaan itu padanya.Awalnya Lukman menolak karena takut tidak sesuai dengan ekspetasi yang diharapkan Diandra.Tapi, Diandra bukanlah orang yang mudah menyerah.Dia terus mendatangi Lukman dan memberinya semangat, sampai sebulan penuh dan akhirnya Lukman menerima tantangan tersebut.Alhasil semua desain Lukman menjadi yang terbaik.Dia diajari oleh Dian
Calya dan Bima sudah berada di ruangan lain saat Gala masuk lebih dulu ke kamar, semantara Nala dan Bi Darmi masih sibuk berkutat di dapur.Calya yang duduk dengan kaki kanan di silangkan mendekap kedua tangannya di dada dengan wajah angkuh dan ekspresi mencibir berkata pada Bima yang masih berdiri dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.“Kamu nggak usah bikin gara-gara kalau mau menetap di sini Bim.”Bima mengacuhkan ucapan Calya.Ini adalah ruang kerja keluarga Wistara, Bima membayangkan pastinya dulu ini adalah ruangan favorit ayahnya. Meski Bima tidak bisa mengingat semua kenangan masa kecil dengan ayahnya tapi dia bisa merasakannya.Calya kesal diacukan oleh Bima, dia berteriak, “Bima, dengerin aku jangan sok belagu ya. Kamu …”Bima menundukkan pandangannya, ada senyum sinis di sudut bibirnya melihat ekspresi marah Calya.Lalu dia berjalan mendekati Calya, sedikit membungkuk dengan wajahnya yang masih tersenyum Bima menjawab, “Gue emang bakalan stay di rumah ini … sel
“Oke, kalau begitu, kamu mau kan bantu seseorang?” tanya Diandra, kali ini ekspresi wajahnya terlihat lebih serius dari sebelumnya.Totok yang melihat itu diam sejenak lalu menganggukkan kepalanya dan berkata dengan suara pelan, “Insha Allah Mas, saya akan bantu kalau saya bisa.”“Bagus, ada seseorang yang butuh bantuan kamu, Tok.”“Semoga bisa ya Mas. Karena dulu waktu di pondok ustad saya juga pernah cerita ada banyak kasus serupa yang dia tangani, beberapa bisa berhasil dengan rujuk kembali, banyak sekali Mas kayak gitu.”“Oh, gitu ya. Aku juga tahu dari beberapa teman dan nonton di tv Tok.”“Iya, sekarang sudah banyak yang paham dengan pengobatan metode Ruqyah meski belum semuanya karena banyak yang masih ragu juga, semua tergantung keyakinan di sini Mas.”Totok menekan dadanya saat berkata.Diandra mengangguk.Diandra dalam hatinya merasa senang dan juga tenang, dengan begitu dia bisa membantu masalah Nala, setelah ini dia akan memberi kabar pada Bi Darmi.“Tok, kalau yang mau be
Di lain tempat ….Diandra yang sudah selesai olahraga mengambil ponsel miliknya di atas meja, melihat ada banyak pesan Whatsapp sejak beberapa jam yang lalu salah satunya ada nama Bi Darmi.Dengan cepat dia menscroll lalu dengan sekali klik pesan dari Bi Darmi terbaca olehnya.[Mas Diandra, ada kejadian aneh pagi ini … tapi Bibi belum pastikan apa yang terjadi, semoga saja Mbak Calya cari orang pintar lagi buat melakukan sesuatu. Oh ya, Mas bisa bantu saya carikan ustad yang bisa bantu Non Nala, dia pengen belajar ngaji katanya.]Lama Diandra membaca pesan itu.Sampai pada akhirnya dia menghapusnya tanpa membalas.Pria bertubuh tinggi dengan wajah kebapakan itu melepaskan kaos yang basah oleh keringat lalu pergi mandi.Setelah memikirkan lebih jauh pesan dari Bi Darmi, Diandra merasa masalah dari semua kejadian di rumah tangga antara Gala dan Nala adalah kakaknya Gala.Meski Diandra masih menyimpan perasaan dan belum menerima sepenuhnya pernikahan mereka berdua tetap saja Diandra suda
Mendenger ancaman dari Calya, Bima hanya tersenyum lalu berkata, “Ah, Mbak Calya kenapa galak sekali sih.”Bima melirik meja makan yang sudah tersedia menu sarapan pagi, dia menemukan ide dan berkata lagi, “Aku numpang sarapan di sini ya.”Dia berjalan melangkah mendekati meja makan, seolah acuh dengan apa yang baru saja Calya katakan, menarik kursi lalu duduk menghadap makanan yang sudah tersaji.‘Ini adalah cara terbaik, gue harus bisa bertahan di sini dulu.’Bima bergumam dalam hati.Calya mendengus melihat Bima sepertinya tidak mendengar apa yang dikatakannya.‘Kenapa bocah tengil ini jadi berani sama aku? Apa yang sebenarnya terjadi pada dia akhir-akhir ini?’Alis Calya mengerut saat dia memikirkan Bima yang berubah menjadi anak yang tidak menurut kepadanya.Ayunda yang masih memegang tangan Bi Darmi berbisik pada wanita paruh baya itu, “Bi, dia siapa?”Wajar gadis kecil itu bertanya, karena memang selama ini Bima tidak pernah ada di sekitar mereka.Sejak SMA Bima sudah diungsika
Mobil sedan warna silver melaju kencang di pagi hari, semburat matahari yang jingga baru saja menyembul di langit mengenai wajah tampan Bima Wistara dari kaca mobil bagian depan, mengenakan kaos kasual berkerah V neck, Bima mengemudi sendiri.Wajahnya bak pinang dibelah dua dengan Gala, itu mengapa dulu saat mereka berdua sama-sama masih di bangku kuliah banyak yang mengira Bima dan Gala adalah saudara kembar, padahal nyatanya mereka adalah saudara sepupu.Bima dan Gala lahir hanya selang beberapa hari. Bima lahir lebih dulu dari pada Gala.Tapi sayang nasib Bima Wistara sangat berbeda dengan Gala.Sejak usia lima tahun Bima sudah hidup sendiri dan tinggal di rumah kedua orang tua Gala.Ayah ibunya Bima meninggal karena kecelakaan mobil di jalan tol menuju Bandung kala itu, tidak ada yang tahu penyebab kecelakaan tersebut sampai sekarang kasusnya ditutup oleh pihak yang berwajib.Mengenakan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya yang mancung, Bima terus tersenyum sambil bibirnya
Yang jadi pertanyaan di hati Calya adalah … bagaimana bisa perekam suara yang dia sembunyikan di kamar Gala bisa mati saat mereka berdua sedang melakukan hubungan intim, seharusnya Calya bisa tahu kan?‘Siapa yang matiin perekam suaranya? Apa jangan-jangan Gala tahu? Nggak, aku nggak akan biarkan dia tahu apa yang sudah aku lakukan.’Dia melemparkan ponsel miliknya ke tempat tidur.Dengan panik Calya berlari keluar kamar dan menuruni anak tangga.Saat dia sedang terburu-buru, ada Bi Darmi dan Ayunda sudah berdiri di depan pintu kamar Gala, mereka berdua sedang berpelukan, melihat itu Calya hanya memperhatikan saja dan lalu mengacuhkan keduanya, dia terlihat lebih panik dari Bi Darmi dan Ayunda.“Bi, mama sama papa nggak papa, kan? Mereka berantem hebat Bi, kenapa? Apa masalanya?”“Bibi juga nggak tahu.”“Terus gimana Bi, ayo buka pintunya.”“Bibi nggak berani Non.”“Kasihan mama, Bi, kalau terjadi sesuatu di dalam.”Calya juga mendengar mereka sedang berbicara.Berdiri di depan pintu,