Totok yang berjalan kembali ke arah ruang UGD, berbelok ke arah lain setelah tak jauh dari pintu masuk, dari sudut tak jauh dari jendela kaca bening, dia lalu berusaha mengambil gambar di mana tempat Ayunda dirawat dengan ponsel pintar miliknya.Di sana masih ada Bi Darmi, Ayunda dan ibu guru Ayunda yang masih mengawasi Ayunda, ada juga Karina.Setelah mengambil gambar beberapa kali Totok kembali.Di halaman parkir Abian Diandra duduk dengan tenang sedang membaca artikel pada tablet miliknya, dia mengerutkan dahinya beberapa saat dengan ekspresi serius dia membaca sebuah berita yang baru saja di posting.‘Festival Pameran Perhiasan Perak Terbesar Asia Mulai Mengalami Kemunduran.’Dia penasaran dengan judul berita tersebut, baru saja jari tangannya berniat mengklik lanjutan dari berita tersebut, suara ketukan kaca mobil terdengar.Diandra menoleh, melihat sosok pria yang di kenali sedang membungkuk menatapnya dari luar.Tanpa membuka pintu mobil, tangan Diandra membuka kacanya saja.Bi
Mobil di yang kendarai Gala masuk halaman rumah besar keluarga Wistara.Di dalam mobil itu kedua penumpang saling terdiam.Nala sejak dalam perjalanan tidak lagi banyak bicara, dia memikirkan sesuatu tentang kejadian beberapa tahun ini.Bagaimana dia selalu celaka dan penemuan bungkus kain putih.Dia melirik Gala yang ada di sampingnya.Merasa ada sesuatu selama beberapa tahun terakhir.Nala jadi teringat apa yang dikatakan Bi Darmi.‘Apa benar Mbak Calya melakukan itu? Dia orang berpendidikan dan modern, apa dia percaya tentang hal-hal seperti itu?’Memikirkan itu Nala merasa … sepertinya tidak mungkin!Tapi, melihat sikap suaminya yang sangat menurut pada Calya, dan dia selalu menjadi korban Calya, bisa jadi ….Mobil berhenti, parkir dengan baik di halaman depan rumah besar itu.Pintu gerbang otomatis terbuka dengan sendirinya saat mobil yang dikendarai Gala memasuki halaman rumah.Saat mobil berhenti Nala langsung membuka pintu.Dia baru saja hendak keluar Gala berkata kepadanya, “
Nala terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Gala, dia berusaha mendorong Gala tapi sayang tenaga Gala lebih kuat darinya.Gala terus menyerang Nala, seolah Gala tidak bisa mengdendalikan dirinya sendiri.“Hm … Ga-gal …”Nala berontak, tubuhnya menggeliat dan berusaha menarik wajahnya tapi Gala tidak akan melepaskan Nala.‘Bukannya selama ini dia selalu menolakku? Kenapa? Ada apa dengan Gala sekarang?’‘Dia bahkan sudah menalak aku.’Dalam kukungan Gala dan mulutnya tidak bisa bersuara Nala akhirnya punya ide saat dia tidak bisa bernapas.“ADOW …”Suara keras Gala terdengar, saat bersamaan Nala mendorong tubuh Gala menjauh, menyentuh bibirnya, terasa sakit karena Gala menggigitnya dengan kuat.Mendengus kesal Nala berkata, “Bukannya kamu udah nalak aku.”“Aku belum mengatakan kata talak, aku baru ngomong kalau aku mau ajuin surat cerai. Nala …”Gala melangkah maju lagi, Nala mundur ke belakang.Kali ini Gala merasa kenapa Nala terlihat sangat cantik dan seksi, selama ini …“Nala … maafkan
“Gala, Ayunda cepetan udah kesiangan nih, kalian lama banget sih!”“Bentar ….”“Iya tunggu ….”Suara teriakan di pagi hari di rumah besar keluarga Wistara.“Mbak, sarapannya udah aku sediain, nggak sarapan dulu?” tanya Nala pada sang kakak iparnya.Calya, wanita berusia empat puluh tahun beberapa hari lagi itu menoleh ke meja makan, ada banyak makanan di sana, tapi dia lalu menggeleng dengan kuat dan menatap Nala yang berdiri di pinggir meja makan dengan daster dan rambut berantakan serta wajahnya yang berminyak.Calya mendengus lalu mengacuhkan sambil berkata, “Kita mau sarapan di jalan aja, bosan sarapan itu-itu muluk, emangnya nggak ada menu lain apa selain itu lagi-itu lagi.”Nala menarik napas panjang mendengar ucapan pedas kakak iparnya itu.Sudah biasa, sudah sepuluh tahun Nala diperlakukan seperti ini oleh kakak iparnya tersebut.Hanya bisa menahan di dalam hati Nala mengerjapkan matanya.Ini adalah untuk yang kesekian kalinya dia diperlakukan seperti pembantu oleh kakak iparn
Nala masih menatap penuh rasa kasihan dan jijik pada dirinya sendiri di cermin besar yang ada di dalam kamar tidurnya.Dia teringat sepuluh tahun yang lalu saat pertama kali pertemuan dirinya dengan Gala, di Yogyakarta.Nala bekerja di sebuah perusahaan industri pengrajin perak di Kotagede, Yogyakarta.Sejak kecil Nala suka sekali dengan desain perhiasaan, saat lulus kuliah dia langsung bekerja di perusahaan milik keluarga Diandra, yang tak lain adalah sahabat dari almarhum ayahnya.Keluarga Diandra sudah menganggap Nala seperti putrinya sendiri karena sejak kecil dia memang sering melihat para pengrajin perak di sana setiap kali ayahnya mengajak berlibur ke Yogyakarta.Sampai akhirnya cita-cita Nala tercapai dan bekerja di perusahaan tersebut.Putra pertama Diandra, Abian Diandra adalah teman Gala.Dari Abian-lah Nala diperkenalkan oleh Gala.Mereka bertemu dan Gala menyukai Nala, akhirnya mereka menikah.Pertemuan keduanya memang sangat singkat, sampai akhirnya mereka menikah.Padah
Di kamar utama, Nala yang sedang dipijit oleh Bi Darmi meringis menahan kesakitan, kaki kanannya sudah terlihat agak sedikit bengkak.“Non, tahan ya, Bibi sih mau panggil tukang urut aja, biar diurut kakinya nanti Non nggak bisa jalan gimana.”“Nggak papa Bi, nanti kalau uda Bi Darmi urut pasti enakan. Auh!”“Tuh kan sakit.”“Iya, nggak papa aku tahan, uda biasa kan nahan sakit.”Mendengar itu Bi Darmi hanya bisa tersenyum.Dia sangat menyukai Nala, sejak wanita ini memasuki rumah keluarga Wistara, Bi Darmi merasa dia senang sekali, karena Nala sangat baik pada dirinya dan selalu mengalah dan diam diperlakukan apa pun oleh Calya.Bi Darmi sangat mengenal Calya, sejak kecil Bi Darmi yang merawat dan mengurus Calya dan juga Gala.“Non, kamu nggak papa?” tanya Bi Darmi masih mengurut kaki Nala.Perempuan paruh baya itu memperhatikan Nala yang termenung, terlihat lusuh dan sedikit kurus.“Kenapa Bi?”“Kamu kelihatan capek, apa ada yang dipikirin? Kalau masalah Mbak Calya, Non mah uda bias
“Calya, segitunya lo benci sama adik ipar lo itu, bahkan udah berapa tahun Calya. Kenapa sih lo masih dendam sama dia.” Suara dari seberang telepon suaranya terdengar merendah.Mendengar itu Calya merengut, dia terdiam sesaat lalu memikirkan pertanyaan barusan.‘Kenapa gue benci sama Nala?’‘Kenapa?’‘Ah kalau nggak suka, ya nggak suka aja emangnya harus ada alasan. Lagian gara-gara dia juga hidup gue sama Gala jadi berantakan.’“Calya … Hello … any bdoy home … spada … lo masih di tempat kan?”“Eh … hum …. Sorry. Emangnya harus ada alasan kalau gue nggak suka sama seseorang?”Tanya Calya balik.Di sana, orang yang ditelpon oleh Calya terdiam sesaat lalu setelah jeda ada suara jawaban, tawa keras terdengar setelahnya.“Hahahaha … bener kata lo, emangnya harus ada alasan. What ever lah ya, sekarang lo bisa transfer ke gue lagi biaya ongkos jalan sama ke orang pintarnya, kan?”“Nggak masalah, ntar gue transfer, tapi ….”“Apa? Lo masih punya permintaan?”“Iya, gue mau lo bilang ke orang p
Gala menerima telepon dan sedikit berteriak, "Eh kok bisa! Bukannya harganya sekitar 120 juta? Mahal banget""Siapa yang kasih keputusan?""Aku paham."Gala menutup telepon dan mendesah.“Karina, berapa harga yang kita tawarkan sebelumnya?” Gala bertanya dengan tidak sabar."Sembilan puluh juta," ujar Karina.Harga itu jauh melebihi perkiraan. Selisihnya lebih dari 10 juta. Gala bisa membayangkan pantas saja keluarga Diandra tidak memberikan penawaran itu kepada perusahaannya. Seratus dua puluh juta, harga yang harus dibayar untuk menjaga reputasi keluarga.“Pak Gala, apa mereka sekarang mencoba untuk menekan perusahaan kita? Atau sengaja mengeluarkan kita dari komunitas? Kalau seperti ini kita nggak punya stok dan barang untuk dipamerkan nanti” lanjut Karina.“Dia kayaknya sengaja,” Gala berkata dengan ekspresi kekesalan. Meskipun dia tidak tahu Diandra pasti melakukan ini dengan sengaja. Semenjak Gala menikahi Nala, dan istrinya memutuskan keluar dari perusahaan keluarga Diandra, te