Gala membawa mobilnya dengan kencang menuju ke rumahnya, dia melirik baju daster yang dikenakan Nala lalu menatap istrinya itu dengan pandangan sedikit miris dan berkata, “Apa kamu nggak pernah mikir sama penampilan kamu kayak gini?”Nala yang mendengar tidak menjawab, pandangannya lurus ke depan.Gala melirik lagi, dahinya berkerut, “Nala, aku ngomong sama kamu.”“Hm …” jawab Nala dengan suara pelan.“Kamu sengaja ya bikin aku sama Mbak Calya malu di depan orang banyak, sengaja pakai baju kek gini.”Nala menoleh menatap suaminya itu lalu tersenyum kecut.Gala yang melihat istrinya tersenyum itu makin mengerutkan dahinya, “Kenapa? Natap aku kek gitu? Nggak suka aku ngomong kek gini?”“Sejak kapan kamu merhatiin baju aku? Emang penting buat kamu sama Mbak Calya? Lagian kamu mau ngajuin gugatan ceraikan? Aku nggak akan tanda tangan sampai kapan pun.”“Nala …”“Apa? Apa kamu bosan dan jijik lihat aku? Atau kamu mau ngikutin semua ucapan kakak kamu itu.”“Jangan menjelekkan Mbak Calya, ak
Totok yang berjalan kembali ke arah ruang UGD, berbelok ke arah lain setelah tak jauh dari pintu masuk, dari sudut tak jauh dari jendela kaca bening, dia lalu berusaha mengambil gambar di mana tempat Ayunda dirawat dengan ponsel pintar miliknya.Di sana masih ada Bi Darmi, Ayunda dan ibu guru Ayunda yang masih mengawasi Ayunda, ada juga Karina.Setelah mengambil gambar beberapa kali Totok kembali.Di halaman parkir Abian Diandra duduk dengan tenang sedang membaca artikel pada tablet miliknya, dia mengerutkan dahinya beberapa saat dengan ekspresi serius dia membaca sebuah berita yang baru saja di posting.‘Festival Pameran Perhiasan Perak Terbesar Asia Mulai Mengalami Kemunduran.’Dia penasaran dengan judul berita tersebut, baru saja jari tangannya berniat mengklik lanjutan dari berita tersebut, suara ketukan kaca mobil terdengar.Diandra menoleh, melihat sosok pria yang di kenali sedang membungkuk menatapnya dari luar.Tanpa membuka pintu mobil, tangan Diandra membuka kacanya saja.Bi
Mobil di yang kendarai Gala masuk halaman rumah besar keluarga Wistara.Di dalam mobil itu kedua penumpang saling terdiam.Nala sejak dalam perjalanan tidak lagi banyak bicara, dia memikirkan sesuatu tentang kejadian beberapa tahun ini.Bagaimana dia selalu celaka dan penemuan bungkus kain putih.Dia melirik Gala yang ada di sampingnya.Merasa ada sesuatu selama beberapa tahun terakhir.Nala jadi teringat apa yang dikatakan Bi Darmi.‘Apa benar Mbak Calya melakukan itu? Dia orang berpendidikan dan modern, apa dia percaya tentang hal-hal seperti itu?’Memikirkan itu Nala merasa … sepertinya tidak mungkin!Tapi, melihat sikap suaminya yang sangat menurut pada Calya, dan dia selalu menjadi korban Calya, bisa jadi ….Mobil berhenti, parkir dengan baik di halaman depan rumah besar itu.Pintu gerbang otomatis terbuka dengan sendirinya saat mobil yang dikendarai Gala memasuki halaman rumah.Saat mobil berhenti Nala langsung membuka pintu.Dia baru saja hendak keluar Gala berkata kepadanya, “
Nala terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Gala, dia berusaha mendorong Gala tapi sayang tenaga Gala lebih kuat darinya.Gala terus menyerang Nala, seolah Gala tidak bisa mengdendalikan dirinya sendiri.“Hm … Ga-gal …”Nala berontak, tubuhnya menggeliat dan berusaha menarik wajahnya tapi Gala tidak akan melepaskan Nala.‘Bukannya selama ini dia selalu menolakku? Kenapa? Ada apa dengan Gala sekarang?’‘Dia bahkan sudah menalak aku.’Dalam kukungan Gala dan mulutnya tidak bisa bersuara Nala akhirnya punya ide saat dia tidak bisa bernapas.“ADOW …”Suara keras Gala terdengar, saat bersamaan Nala mendorong tubuh Gala menjauh, menyentuh bibirnya, terasa sakit karena Gala menggigitnya dengan kuat.Mendengus kesal Nala berkata, “Bukannya kamu udah nalak aku.”“Aku belum mengatakan kata talak, aku baru ngomong kalau aku mau ajuin surat cerai. Nala …”Gala melangkah maju lagi, Nala mundur ke belakang.Kali ini Gala merasa kenapa Nala terlihat sangat cantik dan seksi, selama ini …“Nala … maafkan
Nala melompat dari tempat tidur seolah dia sangat ketakutan mendengar suara Calya yang keras dari luar kamar.Tangannya gemetar saat dia berusaha mengenakan kembali pakaiannya yang berserakan di lantai.Melihat itu Gala sangat kasihan, dia juga langsung mengenakan pakaiannya lalu membantu Nala dan berkata, “Di sini dulu aja, biar aku yang buka pintu dan mengalihkan Mbak Calya.”Awalnya Nala tidak berpikir jernih lalu mendengar apa yang dikatakan Gala, dia berhenti pada saat mengenakan celana baju santainya, mendongak menatap suaminya yang berusaha membantunya.‘Kenapa aku harus takut, Gala masih suamiku dan kita masih suami istri bukan?’Melihat dahi Nala berkerut dan ekspresi wajah Nala yang serius, Gala terdiam, lalu detik berikutnya Nala tersenyum dan tertawa, “Hahaha … kenapa kita sepertl orang sedang selingkuh sih, aku ini masih istri kamu dan …”Gala dengan cepat membungkam mulut Nala, tangan kuatnya menahan bibir Nala yang lembut dan berbisik, “Nala, jangan berisik, kalau nggak
Nala buru-buru keluar dari kamar Gala.Gala melihat Nala tidak berkata apa-apa, saat istrinya itu berjalan ke arah dapur.Tidak ada yang bisa Gala lakukan, dia memegang dokuman di tangannya dengan perasaan tidak menentu, bagaimana pun kejadian yang baru saja dia alami dengan Nala membuat dirinya merasa bersalah, tapi Gala juga tidak bisa menyalahkan dirinya, semua terjadi tanpa terduga dan juga mereka berdua melakukannya tanpa paksaan.Saat itu juga Gala teringat dengan surat gugatan cerai yang ingin dia ajukan ke pengadilan. Semua dia lakukan bukan tanpa alasan.Menatap punggung Nala yang terlihat rapuh itu Gala dalam hati menyesal, tapi …Dia teringat ucapan kakaknya dan juga sekarang ada masalah baru, dia harus menemani Karina kalau tidak perusahaannya akan menemui jalan buntu.Tak lama kemudian Calya sudah kembali turun.Gala duduk di meja makan setelah Nala sudah selesai menyiapkan makan malamnya.Bi Darmi membantu Nala lalu kemudian membawakan makan malam ke kamar Ayunda.“Bi, t
Ayunda yang duduk santai di Bean Bag sofa tersenyum sambil berkata, “Ada apa Bi?”Bi Darmi yang masih berdiri di pintu tengah membawa makan malam untuk Ayunda seketika menoleh lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya menjawab, “Nggak, nggak ada apa-apa Non.”Dia berjalan mendekati Ayunda, lalu ikut duduk dan memberikan makan malam yang dibawanya pada Ayunda sambil berkata, “Makan ya Non, biar cepet sehat badannya, jangan sakit lagi kasihan mama nanti kepikiran.”“Hm …” jawab Ayunda mengangguk, dia tidak membantah langsung membenarkan posisi duduknya menghadap menu hidangan yang tersaji di depannya itu.Ayunda melihat makanan buatan mamanya yang sangat dia kenali itu tersenyum duduk santai dengan kedua kaki menyilang kedua tangannya menopang dagu, meski wajahnya masih terlihat pucat ada binar bahagia di wajah gadis belia itu.Lama dia mengamati makan malamnya, Bi Darmi yang melihat ikut tersenyum.“Cepetan makan keburu dingin.” Ujar Bi Darmi, dia duduk di depan Ayunda, menunggu gadis
“Iya, mereka akan segera berpisah, jadi anak manis kamu pasti bakalan milih sama papa dan tante kan?”Sebuah suara keras muncul, Calya sudah berdiri di depan pintu menatap ke Ayunda.Seketika ruangan itu hening, Ayunda menoleh dengan ekspresi sangat terkejut, matanya yang bulat melotot, mulutnya ternganga saat melihat tantenya itu berdiri di depan pintu.Begitu juga dengan Gala, dia bengong mendengar apa yang dikatakan Calya lalu kemudian dia berkata, “Mbak Calya ngomong apa sih!”Calya melangkah maju, lalu saat tiba di depan Ayunda, dia ikut duduk tapi berjongkok menatap wajah gadis kecil yang tengah bengong itu sambil tersenyum dan berkata, “Anak pintar pasti tahu di mana seharusnya dia berada kan? Kalau kamu sama mama kamu, kamu pasti sama berantakannya kayak dia, hum …”Ayunda mengerjapkan matanya dia tidak berkata apa-apa saat melihat senyum tak biasa Calya, pada akhirnya gadis itu mengangguk seperti anak ayam yang nurut dengan ibunya.“Anak pintar.”Ucap Calya membelai kepala Ay
Seminggu kemudian …“Terima kasih Mas Totok atas bantuannya selama ini, kalau nggak ada Mas, saya nggak tahu apa yang terjadi sama keluarga saya.” Ucap Nala, dia duduk bersebelahan dengan Bi Darmi, di depannya Totok duduk dengan posisi tegak dan sopan.Sebelum menjawab Totok tersenyum, “Mbak, semua itu atas pertolongan Allah, saya hanya perantara, Insha Allah kalau kita istiqomah Allah akan kasih kemudahan. Jangan lupa ya selalu tepat waktu sholatnya, kalau bisa.”“Iya, makasih banget Mas.” Lanjut Nala.“Sebenarnya semua ini atas usul Mas Abian loh, saya diminta bantu Mbak Nala dari Mas Abian.”“Abian Diandra?” tanya Nala terkejut.Totok hanya mengangguk lalu menatap Bi Darmi.Reflek Nala menatap Bi Darmi.Perempuan paruh baya itu tersenyum lalu berkata, “Iya, Maaf ya Non Nala, sebenarnya selama ini saya suka curhat sama Mas Diandra, saya jangan dimarahi ya, saya hanya berusaha mau bantu keluarga Non Nala sama Mas Gala.”Nala menarik napas panjang, dia berhutang budi lagi sama Diandra
Saat itu sebuah suara datang dari luar ruangan.“Maaf, Pak Gala, Bapak tidak bisa masuk ke ruangan Pak Adi, karena sedang ada tamu.” Ujar seorang pegawai di sana.Gala tidak peduli, dia sejak tadi sudah mengatakan dengan baik-baik bahwa dia ingin bertemu langsung dengan Adijaya tapi para pegawai terus menghalanginya.Kali ini Gala berkata sambil melotot, “Aku tidak peduli, minggir atau …”Mendapat ancaman dari Gala, si pegawai wanita tidak berani menatap lalu dia dengan enggan minggir dan pada akhirnya membiarkan Gala masuk.Karena semua pegawai di sana juga memberi kode kepadanya untuk membiarkan Gala masuk, mereka tidak ingin kantor mereka kacau, siapa yang tidak kenal keluarga Wistaram terutama Calya, semua pegawai tidak ingin berhubungan dengan keluarga Wistara.Dengan cepat Gala membuka pintu, dia tidak terkejut sama sekali melihat Karina sedang berada di dalam ruangan bersama Adijaya.“Wah, siapa yang datang, Gala Wistara, akhirnya kamu datang sendiri.” Ujar Adijaya, dia berdiri
Festival Pameran Perhiasan Perak sudah sebentar lagi.Di ruangan kerja Diandra …“Pak, ini datanya, semuanya ada di sini, beberapa keleksi perhiasan punya kita yang akan kita pamerkan nanti.”Ujar seorang karyawan pria dengan tubuh kurus, tinggi dan terlihat berwibawa.Dia adalah Lukman, kepala desain di perusahaan Diandra.Sudah lebih dari sepuluh tahun Lukman bekerja bersama Diandra.Dia awalnya seorang pelukis pinggir jalan yang ditemukan Diandra.Saat tidak sengaja Diandra sedang menikmati malam di Malioboro dan melihat bakat Lukman.Meski dia hanya lulusan SMA, seni dan bakat melukis Lukman sangat luar biasa.Diandra menawarkan pekerjaan itu padanya.Awalnya Lukman menolak karena takut tidak sesuai dengan ekspetasi yang diharapkan Diandra.Tapi, Diandra bukanlah orang yang mudah menyerah.Dia terus mendatangi Lukman dan memberinya semangat, sampai sebulan penuh dan akhirnya Lukman menerima tantangan tersebut.Alhasil semua desain Lukman menjadi yang terbaik.Dia diajari oleh Dian
Calya dan Bima sudah berada di ruangan lain saat Gala masuk lebih dulu ke kamar, semantara Nala dan Bi Darmi masih sibuk berkutat di dapur.Calya yang duduk dengan kaki kanan di silangkan mendekap kedua tangannya di dada dengan wajah angkuh dan ekspresi mencibir berkata pada Bima yang masih berdiri dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.“Kamu nggak usah bikin gara-gara kalau mau menetap di sini Bim.”Bima mengacuhkan ucapan Calya.Ini adalah ruang kerja keluarga Wistara, Bima membayangkan pastinya dulu ini adalah ruangan favorit ayahnya. Meski Bima tidak bisa mengingat semua kenangan masa kecil dengan ayahnya tapi dia bisa merasakannya.Calya kesal diacukan oleh Bima, dia berteriak, “Bima, dengerin aku jangan sok belagu ya. Kamu …”Bima menundukkan pandangannya, ada senyum sinis di sudut bibirnya melihat ekspresi marah Calya.Lalu dia berjalan mendekati Calya, sedikit membungkuk dengan wajahnya yang masih tersenyum Bima menjawab, “Gue emang bakalan stay di rumah ini … sel
“Oke, kalau begitu, kamu mau kan bantu seseorang?” tanya Diandra, kali ini ekspresi wajahnya terlihat lebih serius dari sebelumnya.Totok yang melihat itu diam sejenak lalu menganggukkan kepalanya dan berkata dengan suara pelan, “Insha Allah Mas, saya akan bantu kalau saya bisa.”“Bagus, ada seseorang yang butuh bantuan kamu, Tok.”“Semoga bisa ya Mas. Karena dulu waktu di pondok ustad saya juga pernah cerita ada banyak kasus serupa yang dia tangani, beberapa bisa berhasil dengan rujuk kembali, banyak sekali Mas kayak gitu.”“Oh, gitu ya. Aku juga tahu dari beberapa teman dan nonton di tv Tok.”“Iya, sekarang sudah banyak yang paham dengan pengobatan metode Ruqyah meski belum semuanya karena banyak yang masih ragu juga, semua tergantung keyakinan di sini Mas.”Totok menekan dadanya saat berkata.Diandra mengangguk.Diandra dalam hatinya merasa senang dan juga tenang, dengan begitu dia bisa membantu masalah Nala, setelah ini dia akan memberi kabar pada Bi Darmi.“Tok, kalau yang mau be
Di lain tempat ….Diandra yang sudah selesai olahraga mengambil ponsel miliknya di atas meja, melihat ada banyak pesan Whatsapp sejak beberapa jam yang lalu salah satunya ada nama Bi Darmi.Dengan cepat dia menscroll lalu dengan sekali klik pesan dari Bi Darmi terbaca olehnya.[Mas Diandra, ada kejadian aneh pagi ini … tapi Bibi belum pastikan apa yang terjadi, semoga saja Mbak Calya cari orang pintar lagi buat melakukan sesuatu. Oh ya, Mas bisa bantu saya carikan ustad yang bisa bantu Non Nala, dia pengen belajar ngaji katanya.]Lama Diandra membaca pesan itu.Sampai pada akhirnya dia menghapusnya tanpa membalas.Pria bertubuh tinggi dengan wajah kebapakan itu melepaskan kaos yang basah oleh keringat lalu pergi mandi.Setelah memikirkan lebih jauh pesan dari Bi Darmi, Diandra merasa masalah dari semua kejadian di rumah tangga antara Gala dan Nala adalah kakaknya Gala.Meski Diandra masih menyimpan perasaan dan belum menerima sepenuhnya pernikahan mereka berdua tetap saja Diandra suda
Mendenger ancaman dari Calya, Bima hanya tersenyum lalu berkata, “Ah, Mbak Calya kenapa galak sekali sih.”Bima melirik meja makan yang sudah tersedia menu sarapan pagi, dia menemukan ide dan berkata lagi, “Aku numpang sarapan di sini ya.”Dia berjalan melangkah mendekati meja makan, seolah acuh dengan apa yang baru saja Calya katakan, menarik kursi lalu duduk menghadap makanan yang sudah tersaji.‘Ini adalah cara terbaik, gue harus bisa bertahan di sini dulu.’Bima bergumam dalam hati.Calya mendengus melihat Bima sepertinya tidak mendengar apa yang dikatakannya.‘Kenapa bocah tengil ini jadi berani sama aku? Apa yang sebenarnya terjadi pada dia akhir-akhir ini?’Alis Calya mengerut saat dia memikirkan Bima yang berubah menjadi anak yang tidak menurut kepadanya.Ayunda yang masih memegang tangan Bi Darmi berbisik pada wanita paruh baya itu, “Bi, dia siapa?”Wajar gadis kecil itu bertanya, karena memang selama ini Bima tidak pernah ada di sekitar mereka.Sejak SMA Bima sudah diungsika
Mobil sedan warna silver melaju kencang di pagi hari, semburat matahari yang jingga baru saja menyembul di langit mengenai wajah tampan Bima Wistara dari kaca mobil bagian depan, mengenakan kaos kasual berkerah V neck, Bima mengemudi sendiri.Wajahnya bak pinang dibelah dua dengan Gala, itu mengapa dulu saat mereka berdua sama-sama masih di bangku kuliah banyak yang mengira Bima dan Gala adalah saudara kembar, padahal nyatanya mereka adalah saudara sepupu.Bima dan Gala lahir hanya selang beberapa hari. Bima lahir lebih dulu dari pada Gala.Tapi sayang nasib Bima Wistara sangat berbeda dengan Gala.Sejak usia lima tahun Bima sudah hidup sendiri dan tinggal di rumah kedua orang tua Gala.Ayah ibunya Bima meninggal karena kecelakaan mobil di jalan tol menuju Bandung kala itu, tidak ada yang tahu penyebab kecelakaan tersebut sampai sekarang kasusnya ditutup oleh pihak yang berwajib.Mengenakan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya yang mancung, Bima terus tersenyum sambil bibirnya
Yang jadi pertanyaan di hati Calya adalah … bagaimana bisa perekam suara yang dia sembunyikan di kamar Gala bisa mati saat mereka berdua sedang melakukan hubungan intim, seharusnya Calya bisa tahu kan?‘Siapa yang matiin perekam suaranya? Apa jangan-jangan Gala tahu? Nggak, aku nggak akan biarkan dia tahu apa yang sudah aku lakukan.’Dia melemparkan ponsel miliknya ke tempat tidur.Dengan panik Calya berlari keluar kamar dan menuruni anak tangga.Saat dia sedang terburu-buru, ada Bi Darmi dan Ayunda sudah berdiri di depan pintu kamar Gala, mereka berdua sedang berpelukan, melihat itu Calya hanya memperhatikan saja dan lalu mengacuhkan keduanya, dia terlihat lebih panik dari Bi Darmi dan Ayunda.“Bi, mama sama papa nggak papa, kan? Mereka berantem hebat Bi, kenapa? Apa masalanya?”“Bibi juga nggak tahu.”“Terus gimana Bi, ayo buka pintunya.”“Bibi nggak berani Non.”“Kasihan mama, Bi, kalau terjadi sesuatu di dalam.”Calya juga mendengar mereka sedang berbicara.Berdiri di depan pintu,