Berusaha tersenyum Nala menjawab, “Dian, aku baik-baik saja. Apa yang kamu lihat sekarang nggak seperti apa yang kamu bayangkan. Aku tadi tuh buru-buru, mendengar Ayu masuk rumah sakit jadi aku nggak sempat ganti baju masih dalam keadaan seperti ini, biasalah namanya juga ibu-ibu kalau di rumah enaknya kan dasteran.”Diandra mengerutkan dahinya mendengar ucapan Nala, dan wajah wanita di depannya itu tersenyum.“Nala, kamu …”“Hm, nggak papa. Beneran!”“Tapi, kata Calya kalian berdua …”“Benar, Gala ingin menceraikan aku, tapi … aku nggak akan menerimanya.”“Nala …”“Bukannya dulu kamu bilang ke aku, jadi wanita harus nurut sama suami dan kalau ada masalah suami istri harus diselesaikan bagaimana pun caranya. Aku nggak akan melepaskan suamiku dan anakku.”“Tapi Nala ….”“Dian, aku baik-baik saja, ini urusan keluargaku, sebaiknya kamu pergi dan jangan ikut campur ya.”Calya dan Gala yang berdiri agak jauh hanya bisa melihat Nala dan Diandra sedang berbicara, senyum istrinya yang tulus m
Calya buru-buru menahan cairan bening yang tiba-tiba mengembang di sudut matanya lalu dia berusaha tersenyum pada Bima dan berkata dengan suara pelan, “Aku tahu kamu itu hanya bisa menggertak aku saja kan, Bim, udahlah jangan melakukan hal yang bisa membuat merugikan kamu sendiri, aku peringatkan sama kamu, jangan pernah datang mengganggu Gala lagi atau …”“Atau apa? Lo pikir gue akan nurut kali ini, nggak! Ingat juga Mbak, gue uda punya bukti semua yang …”“Bima ….” Calya melotot giginya bergemeretak saat dia merasa Bima berusaha mengancam dirinya.“Mbak Calya, semua yang sudah lo lakuin selama ini, semuanya … tentang Nala juga, kalau sampai Mbak nyentuh dia lagi, gue nggak akan segan ngabisin lo sama Gala, adik lo yang pengecut dan nggak punya sikap itu.”“Bima, jangan ngaco! Jangan main-main sama aku1”“Siapa yang main-main? Gue serius kali ini, dan juga … masalah perusahaan semua yang dilakukan Diandra adalah atas usulan gue, asal lo tahu aja.”Mendengar itu membuat Calya semakin
Gala membawa mobilnya dengan kencang menuju ke rumahnya, dia melirik baju daster yang dikenakan Nala lalu menatap istrinya itu dengan pandangan sedikit miris dan berkata, “Apa kamu nggak pernah mikir sama penampilan kamu kayak gini?”Nala yang mendengar tidak menjawab, pandangannya lurus ke depan.Gala melirik lagi, dahinya berkerut, “Nala, aku ngomong sama kamu.”“Hm …” jawab Nala dengan suara pelan.“Kamu sengaja ya bikin aku sama Mbak Calya malu di depan orang banyak, sengaja pakai baju kek gini.”Nala menoleh menatap suaminya itu lalu tersenyum kecut.Gala yang melihat istrinya tersenyum itu makin mengerutkan dahinya, “Kenapa? Natap aku kek gitu? Nggak suka aku ngomong kek gini?”“Sejak kapan kamu merhatiin baju aku? Emang penting buat kamu sama Mbak Calya? Lagian kamu mau ngajuin gugatan ceraikan? Aku nggak akan tanda tangan sampai kapan pun.”“Nala …”“Apa? Apa kamu bosan dan jijik lihat aku? Atau kamu mau ngikutin semua ucapan kakak kamu itu.”“Jangan menjelekkan Mbak Calya, ak
Totok yang berjalan kembali ke arah ruang UGD, berbelok ke arah lain setelah tak jauh dari pintu masuk, dari sudut tak jauh dari jendela kaca bening, dia lalu berusaha mengambil gambar di mana tempat Ayunda dirawat dengan ponsel pintar miliknya.Di sana masih ada Bi Darmi, Ayunda dan ibu guru Ayunda yang masih mengawasi Ayunda, ada juga Karina.Setelah mengambil gambar beberapa kali Totok kembali.Di halaman parkir Abian Diandra duduk dengan tenang sedang membaca artikel pada tablet miliknya, dia mengerutkan dahinya beberapa saat dengan ekspresi serius dia membaca sebuah berita yang baru saja di posting.‘Festival Pameran Perhiasan Perak Terbesar Asia Mulai Mengalami Kemunduran.’Dia penasaran dengan judul berita tersebut, baru saja jari tangannya berniat mengklik lanjutan dari berita tersebut, suara ketukan kaca mobil terdengar.Diandra menoleh, melihat sosok pria yang di kenali sedang membungkuk menatapnya dari luar.Tanpa membuka pintu mobil, tangan Diandra membuka kacanya saja.Bi
Mobil di yang kendarai Gala masuk halaman rumah besar keluarga Wistara.Di dalam mobil itu kedua penumpang saling terdiam.Nala sejak dalam perjalanan tidak lagi banyak bicara, dia memikirkan sesuatu tentang kejadian beberapa tahun ini.Bagaimana dia selalu celaka dan penemuan bungkus kain putih.Dia melirik Gala yang ada di sampingnya.Merasa ada sesuatu selama beberapa tahun terakhir.Nala jadi teringat apa yang dikatakan Bi Darmi.‘Apa benar Mbak Calya melakukan itu? Dia orang berpendidikan dan modern, apa dia percaya tentang hal-hal seperti itu?’Memikirkan itu Nala merasa … sepertinya tidak mungkin!Tapi, melihat sikap suaminya yang sangat menurut pada Calya, dan dia selalu menjadi korban Calya, bisa jadi ….Mobil berhenti, parkir dengan baik di halaman depan rumah besar itu.Pintu gerbang otomatis terbuka dengan sendirinya saat mobil yang dikendarai Gala memasuki halaman rumah.Saat mobil berhenti Nala langsung membuka pintu.Dia baru saja hendak keluar Gala berkata kepadanya, “
Nala terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Gala, dia berusaha mendorong Gala tapi sayang tenaga Gala lebih kuat darinya.Gala terus menyerang Nala, seolah Gala tidak bisa mengdendalikan dirinya sendiri.“Hm … Ga-gal …”Nala berontak, tubuhnya menggeliat dan berusaha menarik wajahnya tapi Gala tidak akan melepaskan Nala.‘Bukannya selama ini dia selalu menolakku? Kenapa? Ada apa dengan Gala sekarang?’‘Dia bahkan sudah menalak aku.’Dalam kukungan Gala dan mulutnya tidak bisa bersuara Nala akhirnya punya ide saat dia tidak bisa bernapas.“ADOW …”Suara keras Gala terdengar, saat bersamaan Nala mendorong tubuh Gala menjauh, menyentuh bibirnya, terasa sakit karena Gala menggigitnya dengan kuat.Mendengus kesal Nala berkata, “Bukannya kamu udah nalak aku.”“Aku belum mengatakan kata talak, aku baru ngomong kalau aku mau ajuin surat cerai. Nala …”Gala melangkah maju lagi, Nala mundur ke belakang.Kali ini Gala merasa kenapa Nala terlihat sangat cantik dan seksi, selama ini …“Nala … maafkan
“Gala, Ayunda cepetan udah kesiangan nih, kalian lama banget sih!”“Bentar ….”“Iya tunggu ….”Suara teriakan di pagi hari di rumah besar keluarga Wistara.“Mbak, sarapannya udah aku sediain, nggak sarapan dulu?” tanya Nala pada sang kakak iparnya.Calya, wanita berusia empat puluh tahun beberapa hari lagi itu menoleh ke meja makan, ada banyak makanan di sana, tapi dia lalu menggeleng dengan kuat dan menatap Nala yang berdiri di pinggir meja makan dengan daster dan rambut berantakan serta wajahnya yang berminyak.Calya mendengus lalu mengacuhkan sambil berkata, “Kita mau sarapan di jalan aja, bosan sarapan itu-itu muluk, emangnya nggak ada menu lain apa selain itu lagi-itu lagi.”Nala menarik napas panjang mendengar ucapan pedas kakak iparnya itu.Sudah biasa, sudah sepuluh tahun Nala diperlakukan seperti ini oleh kakak iparnya tersebut.Hanya bisa menahan di dalam hati Nala mengerjapkan matanya.Ini adalah untuk yang kesekian kalinya dia diperlakukan seperti pembantu oleh kakak iparn
Nala masih menatap penuh rasa kasihan dan jijik pada dirinya sendiri di cermin besar yang ada di dalam kamar tidurnya.Dia teringat sepuluh tahun yang lalu saat pertama kali pertemuan dirinya dengan Gala, di Yogyakarta.Nala bekerja di sebuah perusahaan industri pengrajin perak di Kotagede, Yogyakarta.Sejak kecil Nala suka sekali dengan desain perhiasaan, saat lulus kuliah dia langsung bekerja di perusahaan milik keluarga Diandra, yang tak lain adalah sahabat dari almarhum ayahnya.Keluarga Diandra sudah menganggap Nala seperti putrinya sendiri karena sejak kecil dia memang sering melihat para pengrajin perak di sana setiap kali ayahnya mengajak berlibur ke Yogyakarta.Sampai akhirnya cita-cita Nala tercapai dan bekerja di perusahaan tersebut.Putra pertama Diandra, Abian Diandra adalah teman Gala.Dari Abian-lah Nala diperkenalkan oleh Gala.Mereka bertemu dan Gala menyukai Nala, akhirnya mereka menikah.Pertemuan keduanya memang sangat singkat, sampai akhirnya mereka menikah.Padah