KUBELI KESOMBONGANMU, GUNDIK SUAMIKU
05. Kunjungan Risa! (Bagian A)
"Tetap saja, jika memang dia beneran mencintaimu dan menyayangimu, tentu dia pasti akan setia padamu. Dan tidak akan pernah mengkhianati mu. Tapi nyatanya? Kamu lihat sendiri bukan? Bisa-bisanya dia membuka hati untukku secara terang-terangan. Dan itu berarti, dia lebih memilihku daripada kamu, Mas Rengga bahkan tidak takut untuk kehilangan jabatan dengan posisi menjanjikan sekarang ini. Kita lihat saja nanti, aku berani bertaruh. Bahkan, aku juga tidak takut untuk bersaing denganmu. Kita lihat, siapa yang akan dipilih oleh Mas Rengga sebagai wanita satu-satunya!" ucap Risa seraya mengangkat dagunya dengan yakin.
Aku hanya menanggapinya dengan senyum tak kalah angkuh, di samping tak tahu malu, rupanya dia minim sekali attitude. Aku jadi tahu sekarang, bahwa tak selamanya orang yang berilmu itu juga beradab, padahal haus lebih didahulukan ilmu baru adab.
"Silakan. Kita akan sama-sama memastikan. Dan kita lihat, benarkah yang kau agung-agungkan akan menjadi kenyataan? Apa kau sudah selesai berbicara? Aku tak punya cukup waktu untuk melayani obrolan tak bermutu dengan kau, kita beda level!" ujarku seraya mengibaskan tangan ke arahnya, hingga tak terasa outer di tanganku tersingkap pelan, sehingga tampak dengan jelas, Risa memandang pergelangan tanganku.
Di sana, tersemat dengan elegan sebuah i-watch series terbaru yang baru saja launching beberapa minggu yang lalu. Ditambah pula bracelet seharga puluhan juta dari produk artis papan atas yang sedang hits. Tentu saja aku mendapatkan semuanya dari hasil bonus endorse. Hanya saja Risa mungkin tidak mengetahuinya.
"Wah, boleh juga seleramu! Apa menjadi dosen membuatmu jadi pecinta barang-barang branded? Hati-hati, banyak sekali aku lihat seorang tenaga honorer apalagi ASN, yang terlilit hutang ratusan juta bahkan milyaran. Hanya karena memenuhi gaya hidupnya yang sosialita. Mungkin, satu atau dua, hingga angsuran kelima kali kamu sanggup bayar. Tapi, tidak menutup kemungkinan. Berikutnya malah keteteran. Alhasil, jadi kelimpungan deh, cari putaran gali lubang tutup lubang. Jangan buat suamimu malu lah, bergayalah sesuai keadaan saja! Kasihan jika dipaksakan, nanti jatuhnya BPJS! Budget Pas-pasan Jiwa Sosialita! Ups! Kan nggak lucu, seorang istri dari abdi negara yang merupakan komandan batalyon melarikan diri karena dikejar debt collector, diduga sang istri menggadaikan SK, untuk hidup dengan hedon demi terlihat sosialita! Hahaha!" ujar Risa kali ini tertawa lebar. Bahkan, matanya hingga mengeluarkan beberapa tetes air. Rupanya, dia sedang bahagia karena berhasil menghina ku.
"Semakin ke sini, kau semakin menunjukkan jati dirimu. Sama sekali kampungan dan tidak elegan. Aku baru tahu, seorang Risa Andromeda ternyata wanita murahan yang rela menjadi gundik demi mendapat semprotan hangat di tidur malamnya! Haha!" Kali ini, aku yang giliran terbahak.
Bisa kulihat dari sini, bahwa wajahnya kembali memerah. Dia menatapku dengan pandangan seakan ingin membunuh. Aku pun tidak takut, ku tantang balik tatapan matanya yang begitu tajam.
"Apa? Kau pikir aku akan takut? Seorang influencer sepertiku, tidak cocok berargumen dengan wanita tidak berkelas seperti kau! Sekali lagi, jika memang tidak ada hal lain lagi yang ingin kau katakan, aku pamit pergi. Suamiku sudah menunggu di rumah, kasihan dia sudah menunggu di ranjang hangat kami!" kataku seraya beranjak berdiri.
Tak lupa, aku menyemprotkan hand sanitizer ke telapak tangan dan mengusapnya secara perlahan. Risa menatapku dengan sinis.
"Percaya diri sekali kamu mengatakan hal itu! Ingat, aku tidak akan pernah main-main dengan ucapan ku. Tunggu saja di dalam rumah, aku akan menemui Mas Rengga untuk memastikan. Mari, kita lihat! Siapa yang akan dia pilih besok! Dan aku akan membuatmu bercerai, hingga kamu bersimpuh sampai nangis darah, memohon padaku untuk mengembalikan Mas Rengga! Lihat saja!" Risa merotasikan bola matanya dengan congkak. Wanita itu asyik menikmati segelas wine yang berada dalam tangannya.
"Aku tunggu dengan tangan terbuka. Kau tak perlu membawa oleh-oleh, aku akan menyiapkan kudapan yang istimewa untuk menyambut kedatanganmu!" balasku seraya tersenyum.
"Sombong sekali kamu! Aku rasa ... tidak akan lama lagi, kamu pasti akan meminta tolong padaku untuk meminta penggalangan dana, sebagai penutup gaya mewah mu, tunggu saja!" Risa tersenyum licik, jarinya yang lentik dia arahkan padaku dengan senyum angkuh. Pergilah! Aku tidak tahan lama-lama memandang wajahmu yang biasa saja itu! Bahkan, dari aroma tubuhmu saja aku bisa mencium parfum lokal yang kamu gunakan seharga di bawah dua jutaan!" katanya seraya menyilang kan kaki tanpa berniat menatapku lagi.
"Kamu memang benar, harga parfum ku tergolong murah. Tapi, aku rasa parfum ku lebih mahal daripada harga isi celana dalam mu yang kau obral murah pada suamiku, atau bahkan pada suami orang lain pula, haha. Ya sudah, aku pergi, Assalamualaikum!" Dengan langkah yang mantap, aku meninggalkan Risa yang masih duduk dengan sebotol wine di depannya.
"Bangsat! Aku akan membalas semua penghinaan ini, wanita sialan. Lihat saja!"
Sayup-sayup masih bisa kudengar dia mengomel, seperti merutuk diri ini. Entahlah, aku tidak mau mempedulikan omongannya lagi. Yang jelas, aku akan menunggu kedatangannya esok.
Aku ingin tahu, bagaimana reaksi suamiku esok ketika Risa benar-benar menghampiri nya ke rumah? Aku juga ingin memastikan, sebesar apa nyali wanita bertajuk Crazy Rich itu untuk menantang ku?
Kita sama-sama lihat saja nanti!
06. Kunjungan Risa! (Bagian B)"Tumben, pesan makanan segini banyak nya? Kamu ada acara, Key?" tanya Mas Rengga saat melihatku menata aneka masakan di atas meja. Hari ini kebetulan aku sedang tidak sibuk. Tidak ada jadwal mata kuliah yang aku isi hari ini. Hanya ada satu podcast sebagai narasumber pukul dua siang nanti selama satu jam. Masih bisalah bersantai sejenak."Ada teman perempuanku mau datang ke sini nanti, lebih baik kamu bersiaplah, Mas!" jawabku seraya memastikan kembali tidak ada yang kurang di atas meja dengan alas berbahan import khas brand dengan lambang LV. Biar saja, aku rela merogoh kocek cukup dalam untuk memesan alas meja dengan brand terkenal. Dan tunggu saja, apa yang akan aku lakukan nanti padanya!"Oh, gitu. Oke, acara santai kan? Bukan pertemuan formal? Apa dia membawa suaminya turut serta?" tanya Mas Rengga untuk memastikan."Entahlah, mungkin iya. Pakai saja pakaian terbaikmu, Mas. Yang terkesan santai, namun tetap terlihat sopan!" sahutku tanpa berniat m
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU07. Mengerjai Pelakor (Bagian A)"Bagaimana? Masak hanya untuk memutuskan iya atau tidak nya saja kalian tidak bisa? Atau mungkin kau keberatan? Katanya cinta dengan Mas Rengga. Cintah sehidup sematih dan selamanyaaaaah hingga relahh merebutnyahh dari bini sahh!" ujarku dengan nada mendesah menirukan suara Risa yang dibuat-buat. "'Kan kalau cinta dan sayang, harusnya rela, dong ... apalagi, ini hanya ginjal, loh? Masak pengusaha sekelas Risa Andromeda yang dikenal sebagai Crazy Rich Pulau Kalimantan nggak bisa kasih kekasihnya sebuah ginjal? Bukannya kalau orang cinta itu, maka akan rela berkorban? Bahkan untuk bertaruh nyawa juga, kan, ya?" sambung ku dengan dada yang membusung."Nggak waras istrimu itu, Mas!" balas Risa sambil menggelengkan kepala. Aku tahu, dari tadi leher wanita itu terlihat sekali naik turun, sehingga liontin dengan mata berlian itu ikut menari seakan mengejekku. Mungkin dia sedang kepayahan untuk menelan air liur dari bibir bu
08. Mengerjai Pelakor (Bagian B)Bahkan, Mas Rengga sudah mengambil tempat duduk di tengah. Sedangkan Risa berada tepat di depanku. Kami sudah layaknya keluarga harmonis yang hidup akur berpoligami. Amit-amit jabang bayi! Aku hanya mengelus dada dengan pelan.Aku mengambil satu apel dan dikupas menggunakan pisau kecil dengan ujungnya yang begitu lancip. Dengan kekuatan ekstra, aku membelah apel menjadi dua bagian. "Mas, apa kamu nggak punya uang untuk memberikan ilmu table manner kepada istrimu? Aku rasa, dia lebih mirip menjadi istri tukang jagal daripada Jalasenastri!" ketus Risa seraya melirik ke arahku."Risa ... kau belum mengenalku. Ayahku memang berprofesi sebagai jagal. Ibuku, penjual daging sapi di pasar. Jadi, sudah menjadi keahlian ku untuk mencincang apa saja menjadi seperti ini!" Dengan cekatan dan cepat, aku memotong daging apel yang sudah dikupas kulitnya menjadi beberapa potongan kecil. Aku sudah seperti kerasukan jagal ahli yang mencincang daging dengan kasar. Hingga
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU10. Ningrum Sastrowijoyo (Bagian A)"Waalaikumsalam!" balasku seraya beranjak dari kursi. Salad yang baru saja aku santap setengah, terpaksa harus ku tinggalkan begitu saja. Demi orang tua.Rupanya, Ibu mertua bersama dengan Mas Rengga yang tadi terdengar sedikit gaduh. Ibu kandung Mas Rengga yang ku ketahui masih keturunan darah biru itu bernama Ningrum, dengan nama lengkap Ningrum Sastrowijoyo."Apa kabarmu, Key? Apik wae, toh? Sehat? Kok kurusan, Key?" tanya Ibu mertua dengan kening mengkerut. Seperti biasa, tatapan matanya akan menindak tubuhku dari atas ke bawah, kembali lagi dari bawah ke atas dengan pandangan yang ... entahlah. Karena sulit untuk ku artikan."Alhamdulillah, baik!" jawabku singkat. Sebelum ditanya dan dikomplain berbagai hal. Aku memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan."Datang kok nggak ngabarin, Bu?" tanyaku seraya menghampirinya. Ku raih punggung tangannya dan kucium dengan takzim."Loh, kenopo harus ngabarin, toh? Ibu
11. Ningrum Sastrowijoyo (Bagian B)"Oh, iya, Bu. Ayo! Ibu mau makan dulu. Atau istirahat? Tapi, tunggu sebentar, ya. Keysa siapkan dulu kamarnya untuk Ibu kalau mau beristirahat. Biar rapi!" ujarku dengan penuh kelembutan."Ibu tadi wes kenyang, makan mampir ndek rest area. Tapi, nggak papa. Ibu nggak butuh istirahat dulu. Ibu tak lihat kalian makan aja sambil kita ngobrol. Kalau tidur dan istirahat yo bisa di Jogja. Tujuan Ibu ke sini kan, pengen tahu kabar kalian dan mendengar cerita juga pengalaman tolenya si Ibu ini selama jadi raja laut!" kekeh Ibu mertua dengan mata berbinar."Nggeh pun, ayo, Bu! Kita ke meja makan!" ajakku seraya menuntunnya. Aku berusaha mengambil posisi di samping Bu Ningrum. Namun, dengan lembut dia melepaskan tangannya dari lenganku. Dan dengan tatapan tegas, Ibu mertuaku malah berjalan mendahului ku."Udah. Ibu ini nggak stroke atau diabet yang harus dituntun jalannya. Ini, loh. Bisa kan Ibu?" katanya seraya berjalan dengan arah satu garis lurus yang tert
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU12. Spot Jantung! (Bagian A)"Loh, kok wajah Ibu jadi heran begitu?" tanyaku kini seraya menaikkan satu alis. Biar saja, aku memang sengaja memancing untuk membuat Ibu dan Mas Rengga merasa bahwa aku sedang mencurigakan dan pantas untuk ditelusuri. Padahal, aku hanya ingin bercanda dengan mereka."Ya, pertanyaan kamu itu aneh, loh, Key! Wajar kalau Ibu sampai bertanya. Aku sendiri pun begitu!" timpal Mas Rengga kini ikut memandangku dengan tajam. Apa maksudnya? Dia malah sok-sokan menatapku seperti itu! Nggak jelas banget!"Lah, kok jadi serius? Benar kan apa yang aku bilang? Akan lebih menakutkan lagi, kalau aku hamil pas kamu sedang bertugas di luar!" ulang ku dengan santai. Kenapa dua orang itu menatapku seakan menguliti? Aku rasa, tidak ada yang aneh dengan ucapan ku tadi. Ini aneh! Eh, aku yang aneh, atau mereka yang aneh karena tak tahu selera humor?"Jangan kurang ajar! Maksud kamu apa? Kamu berniat main belakang dari aku? Waktu aku tugas ke l
13. Spot Jantung! (Bagian B)"Keysa!" bentak Mas Rengga yang cukup terdengar memekakkan di telinga."Maksudnya apa, Key? Kamu dari tadi sukses loh, bikin Ibu ini spot jantung. Untung Ibu nggak punya riwayat asma atau kelainan jantung. Amit-amit jabang bayi lanang wedhok!" ujarnya seraya melotot tajam ke arahku."Ya ampun, segitunya kalian. Ya, tai lalat dong! Lihat tuh! Ibu punya lebih dari dua biji di wajah, ada di bawah mata, hidung, pipi sebelah kiri, atas alis, sebelah kanan sudut bibir dan di dagu. Sedangkan aku, juga ada beberapa biji di sekitar pipi dan bibir. Tiga biji mungkin. Benar toh, apa yang tak bilang? Aku dan Ibu wajah nya dipenuhi oleh tai, yaitu tai nya lalat!" ujarku seraya terkekeh.Mas Rengga hanya mengelus dada pelan, dia terlihat mengatur napasnya yang kurasa sedang memburu."Oalah dalah, Ibu pikir kenapa toh. Kamu ini, ya. Sanggup buat Ibu ini kaget dan ketar-ketir. Hampir saja Ibu kaget, jantung Ibu rasanya dag dig dug ser. Udah kayak speaker salon gede nya or
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKUBab 7Dia …."Key ....""Keysa ....""Gimana, dong, Bu. Ini Keysa kenapa, ya? Nggak biasanya dia pingsan-pingsan terus!" "Sabar. Kamu kok malah nanya Ibu, lah kamu jadi suami piye tindakannya kalau istri sakit!" Samar, aku bisa mendengar suara panik dari Mas Rengga dan juga Ibu."Key ...."Kali ini suara Ibu yang bisa ku dengar, diiringi dengan tepukan lembut di pipi sebelah kanan. Aku memutuskan untuk membuka mata, walaupun masih terasa sangat berat."Heum?""Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar, Nduk!" ujar Ibu dengan wajah yang terlihat berbinar. Tersirat seulas senyum di bibirnya yang agak tebal."Key, kamu kenapa? Apa yang kamu rasakan? Mual, muntah, pusing?" tanya Mas Rengga dengan wajah panik. Kini, dia menggenggam tanganku dengan lembut."Aku ... hanya sedikit pusing. Rasanya lemas!" jawabku seraya mencoba melepaskan tangan ini dari genggamannya."Loh, Bu! Sekarang jam berapa?" tanyaku dengan wajah yang berubah panik. Aku baru ingat, nanti se