KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU12. Spot Jantung! (Bagian A)"Loh, kok wajah Ibu jadi heran begitu?" tanyaku kini seraya menaikkan satu alis. Biar saja, aku memang sengaja memancing untuk membuat Ibu dan Mas Rengga merasa bahwa aku sedang mencurigakan dan pantas untuk ditelusuri. Padahal, aku hanya ingin bercanda dengan mereka."Ya, pertanyaan kamu itu aneh, loh, Key! Wajar kalau Ibu sampai bertanya. Aku sendiri pun begitu!" timpal Mas Rengga kini ikut memandangku dengan tajam. Apa maksudnya? Dia malah sok-sokan menatapku seperti itu! Nggak jelas banget!"Lah, kok jadi serius? Benar kan apa yang aku bilang? Akan lebih menakutkan lagi, kalau aku hamil pas kamu sedang bertugas di luar!" ulang ku dengan santai. Kenapa dua orang itu menatapku seakan menguliti? Aku rasa, tidak ada yang aneh dengan ucapan ku tadi. Ini aneh! Eh, aku yang aneh, atau mereka yang aneh karena tak tahu selera humor?"Jangan kurang ajar! Maksud kamu apa? Kamu berniat main belakang dari aku? Waktu aku tugas ke l
13. Spot Jantung! (Bagian B)"Keysa!" bentak Mas Rengga yang cukup terdengar memekakkan di telinga."Maksudnya apa, Key? Kamu dari tadi sukses loh, bikin Ibu ini spot jantung. Untung Ibu nggak punya riwayat asma atau kelainan jantung. Amit-amit jabang bayi lanang wedhok!" ujarnya seraya melotot tajam ke arahku."Ya ampun, segitunya kalian. Ya, tai lalat dong! Lihat tuh! Ibu punya lebih dari dua biji di wajah, ada di bawah mata, hidung, pipi sebelah kiri, atas alis, sebelah kanan sudut bibir dan di dagu. Sedangkan aku, juga ada beberapa biji di sekitar pipi dan bibir. Tiga biji mungkin. Benar toh, apa yang tak bilang? Aku dan Ibu wajah nya dipenuhi oleh tai, yaitu tai nya lalat!" ujarku seraya terkekeh.Mas Rengga hanya mengelus dada pelan, dia terlihat mengatur napasnya yang kurasa sedang memburu."Oalah dalah, Ibu pikir kenapa toh. Kamu ini, ya. Sanggup buat Ibu ini kaget dan ketar-ketir. Hampir saja Ibu kaget, jantung Ibu rasanya dag dig dug ser. Udah kayak speaker salon gede nya or
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKUBab 7Dia …."Key ....""Keysa ....""Gimana, dong, Bu. Ini Keysa kenapa, ya? Nggak biasanya dia pingsan-pingsan terus!" "Sabar. Kamu kok malah nanya Ibu, lah kamu jadi suami piye tindakannya kalau istri sakit!" Samar, aku bisa mendengar suara panik dari Mas Rengga dan juga Ibu."Key ...."Kali ini suara Ibu yang bisa ku dengar, diiringi dengan tepukan lembut di pipi sebelah kanan. Aku memutuskan untuk membuka mata, walaupun masih terasa sangat berat."Heum?""Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar, Nduk!" ujar Ibu dengan wajah yang terlihat berbinar. Tersirat seulas senyum di bibirnya yang agak tebal."Key, kamu kenapa? Apa yang kamu rasakan? Mual, muntah, pusing?" tanya Mas Rengga dengan wajah panik. Kini, dia menggenggam tanganku dengan lembut."Aku ... hanya sedikit pusing. Rasanya lemas!" jawabku seraya mencoba melepaskan tangan ini dari genggamannya."Loh, Bu! Sekarang jam berapa?" tanyaku dengan wajah yang berubah panik. Aku baru ingat, nanti se
15. Dia …. (Bagian B)"Apa sih, Key? Berhenti untuk menebak-nebak. Aku tidak bertukar pesan dengannya. Siapa juga yang berhubungan dengannya!" ketus Mas Rengga, namun masih dengan suara yang nyaris berbisik."Aku nggak ada bilang kamu bertukar pesan dengannya. Kamu sendiri yang mengambil kesimpulan. Ayo, Mas! Kita lakukan!" bisikku seraya tersenyum tipis."Apa?" lirihnya tanpa memandang ku."Sekalian kita ke Rumah Sakit. Kamu bisa mengembalikan ginjal ku hari ini juga kalau kamu mau! Bagaimana?" tanyaku dengan kalimat penuh penekanan. Biar saja, biar Mas Rengga bisa lebih terbuka pikirannya."Nggak usah macem-macem, Key. Lagi pula, aku nggak aneh-aneh kok. Percayalah, udah ya. Jangan dibahas. Fokus sama anak kita!" ujarnya dengan percaya diri yang tinggi."Idih, apa kamu bilang? Anak ki–""Kalian ini ngapain? Lama sekali! Ayo!" kata Ibu seraya melotot ke arah kami. Aku pun hanya menanggapi dengan seulas senyum tipis."Tuh, kan. Ibu jadi marah!" ucapan Mas Rengga yang langsung membawa
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU16. Rengga Cemburu! (Bagian A)"Eh, maaf. Benar kan ini Keysa?" ulang lelaki itu lagi.Aku pun beranjak berdiri. Menyudahi aksi drama kali ini, agar tak terlihat lebay seperti di telenovela kebanyakan."Iya, Mas. Ini aku Keysa! Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja!" sahutku dengan tenang. "Periksa klinik kandungan? Atau?" tanya lelaki yang tak asing di depanku ini."Iya, istriku diduga sedang hamil. Jadi, kami mau ke klinik kandungan. Kamu dokternya?" Suara itu, berasal dari Mas Rengga, yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingku dengan wajah tak bersahabat."Hai, Rengga. Apa kabar?" tanyanya yang bahkan masih dengan gaya sopan dan ramahnya yang menjadi ciri khas sejak dulu kala. Dialah Mas Alif, mantan kekasihku semenjak duduk di bangku putih abu-abu dulu. Lelaki yang berada di kisah masa lalu."Alhamdulillah, baik. Kamu belum jawab pertanyaan ku loh, Lif. Kamu dokternya?" tanya Mas Rengga lagi."Eh, bukan. Kebetulan aku
17. Rengga Cemburu! (Bagian B)Sehingga waktu berkualitas kami menjadi berkurang dan membuatku lebih banyak di kampus dan rumah. Serta setumpuk kegiatan lainnya yang akhirnya sanggup tak memikirkan hal-hal yang kurang bermanfaat. Seperti, profesi Mas Alif sekarang ini. Aku juga tidak menyangka dia berprofesi menjadi dokter spesialis anak."Halah, buktinya sekarang itu melamun. Flashback terus!" katanya seraya mengibaskan tangan ke depan wajah."Mas, jangan gitu! Berhenti untuk bersikap kekanakan lah. Malu! Kalau nanti istrinya dengar atau curiga bagaimana? Padahal kita nggak ada hubungan apa pun!" sahutku dengan kesal. Jujur saja, aku sudah malas berdebat dengannya. Apalagi, ku tahu jika Liona, istri Mas Alif begitu mudah curiga dan tipe wanita pencemburu. Aku hanya tidak ingin, semua kesalahpahaman ini malah menjadi malapetaka untuk kehidupan rumah tangganya."Kalian ini meributkan apa toh? Dari tadi sahut-sahutan udah kayak rombongan soang!" ucap Ibu dengan suara yang cukup keras.
18. Rengga Cemburu! (Bagian C)Tak lama kemudian, Dokter Rena memeriksa tekanan darahku, berat badan, tinggi badan dan juga seputar pertanyaan dasar lainnya. Hingga beberapa menit kemudian, barulah aku disuruh rebahan di atas brankar dengan alat komputer dan alat medis berupa pendeteksi lainnya."Bismillahirrahmanirrahim ... kita cek sekarang, ya!" Dokter Rena pun mulai menyingkap atasan pakaianku, Suster pun membantu mengoleskan gel untuk kemudian diratakan ke seluruh permukaan perutku. Sensasi dingin pun mulai ku rasakan.Dokter Rena tampak serius menatap ke layar komputer yang berada di depannya."Gimana, Dok? Kelihatan janin nya? Sudah berapa bulan, Dok?" tanya Ibu bertubi-tubi. Wajahnya begitu terlihat antusias. Sedangkan aku? Tak bisa ku lukiskan perasaan ini. Rasanya deg degan dan bingung tak karuan."Dok, kok lama? Apa sudah kelihatan sekarang sebesar apa jabang bayi? Kok layar nya hitam semua itu!" tunjuk Ibu yang kini berdiri di samping Dokter."Maaf, Bu Keysa. Apa sebelumn
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKUBab 9Tantangan untuk Risa!"Garisnya satu berwarna merah. Itu berarti, Bu Keysa saat ini belum bisa dikatakan positif hamil. Mungkin, keluhan yang terjadi bisa saja masuk angin, gejala asam lambung atau bisa jadi kecapekan. Bu Keysa memerlukan waktu istirahat yang cukup dan juga pola makan dan pola hidup yang baik! Tapi, tidak ada salahnya juga, jika memang dalam waktu dua minggu ke depan, Bu Keysa tidak mengalami tanda-tanda akan menstruasi. Ibu bisa kembali memeriksakan, nanti saya coba dengan metode USG transvaginal! Nggak papa, selamat mencoba, ya! Semangat!" ujar Dokter Rena yang kini menatapku dengan senyum hangat."Coba itu di tes lagi, aja, Dok! Kemungkinan alatnya yang salah! Saya sebagai calon Eyang Putri kok merasakan aura berbeda. Saya yakin itu mantu saya hamil. Ada calon cucu di perutnya!" ujar Ibu dengan penuh penekanan."Bu, kan tadi sudah dua kali dilakukan pemeriksaan. Nggak mungkin seorang dokter salah menganalisa. Ayo, Bu, kita p