121. Rencana Keysa (Bagian B)"Iya, siap! Aku mengerti, Key, aku paham dengan semua rencana ini. Semoga berhasil, lebih cepat lebih baik, Key! Terima kasih banyak, kamu selalu menolong dan membantu ku hingga begini!" kata Mas Rengga seraya memelukku."Udah, ya, pelukannya!" ujarku berusaha untuk menghindar. Aku hanya menyunggingkan seulas senyum tipis padanya. "Yuk, kita bersiap berangkat! Aku akan mengatakan padanya bahwa kita sudah siap berangkat sebentar lagi. Aku akan menunjukkan padanya, di hadapan media dan semua orang yang sudah hadir untuk menonton, aku akan memamerkan ke seluruh dunia, siapa pemilik mu yang sebenarnya!" seruku dengan mata yang berbinar. Mas Rengga mengangguk antusias. Sementara aku, langsung saja mandi dan bersiap."Key, plakat dan id card serta surat ini sementara akan ku letakkan di dalam brankas kita saja, ya? Boleh?" tanya Mas Rengga sebelum aku benar-benar beranjak dari tempat."Oke, terserah! Letakkan di tempat paling aman yang kamu rasa bisa dijadika
122. Rencana Keysa (Bagian C)Sontak, aku menoleh, ternyata dia tak benar-benar menutup pintu kamar mandi hanya karena ingin melihat aksiku di belakangnya. Ah, suamiku memang unik!"Udah, deh, Mas, jangan bercanda terus! Ayo, buruan! Nggak enak kalau kita nanti terlambat," kataku yang akhirnya memilih untuk tak menggubris candaannya lagi."Key, kamu cantik deh, serius!" ujar Mas Rengga saat aku mulai mengenakan pakaian. Kemeja modern berwarna peach, dipadu dengan celana kulot putih susu. Senada pula dengan hem berwarna peach dan celana kain berwarna putih yang akan dipakai oleh Mas Rengga nanti. "Serius, kita pakai baju couple yang itu, Key? Itu kan warnanya peach gitu. Masak iya aku pakai pink sih, Key?" tanya Mas Rengga masih setia di balik pintu kamar mandi. Dengan melongokkan setengah kepalanya, dia menggeleng seakan keberatan dengan outfit yang kupilih saat ini."Nggak papa, ini bagus banget tahu Mas! Ini kan peach, bukan pink! Siapa pula yang mencetuskan pertama kali, bahwa le
Bab 48 ENDINGPov Author"Alhamdulillah, akhirnya konferensi pers berjalan dengan lancar. Kita nggak harus buka aib ataupun masalah baru lagi. Beruntungnya juga mereka percaya kalau kejadian waktu itu di Restoran memang diperlukan untuk adegan syuting suatu serial nanti. Padahal, nggak tahu juga itu serial akan tayang kapan dan dimana juga, ya, Mas?" Keysa menghela napas lega. Dia beberapa kali mengusap dadanya dengan lembut. Keduanya saat ini sedang berada di gedung, tepatnya di belakang ruangan yang digunakan untuk jumpa pers tadi."Iya, Sayang. Alhamdulillah! Aku nggak nyangka juga, tanpa briefing pun Keysa bisa dan tahu kapan dia harus buka suara atau tidaknya. Tapi, aku butuh angin segar ini, Sayang. Tadi di dalam udah berasa sidang KPK. Bikin grogi banget, aku sampai mau napas aja susah, loh!" tanggap Rengga kini memandang ke wajah istrinya."Halo, apa kabar kalian? Gimana-gimana acaranya tadi? Lancar kan? Harusnya kalian sih, berterima kasih denganku, ya! Sebab, bibirku yang se
"Jangan berbelit, sebaiknya katakan saja semuanya! Apa saja yang ingin kamu sampaikan, maka sampaikanlah! Aku udah nggak peduli lagi kok. Andai saja proses perceraian dengan abdi negara mudah untuk dilakukan, tentu saja aku sudah melakukannya sejak lama!" tantang Keysa tanpa gentar. "A-apa? Nggak! Keysa, kamu nggak boleh bilang seperti itu, karena kita nggak akan pernah pisah, kita nggak akan pernah cerai, aku bersumpah!" ujar Rengga sungguh-sungguh. Hal itu tentu saja membuat Risa semakin marah, wajah wanita dengan dress berwarna peach itu pun memerah. Tangannya mengepal dengan kuat. "Bagaimana jika kesepakatan yang pernah kau berikan padaku, akan ku sanggupi secepatnya? Bagaimana jika tawaran yang pernah kau ucapkan padaku, sanggup untuk aku penuhi sekarang juga? Apa kau akan tetap bersedia memberikan Mas Rengga untukku? Aku tahu kau seorang wanita cerdas, berpendidikan tinggi dan mempunyai popularitas yang cukup diagungkan di seluruh sosial media. Jadi, aku harap semua tantanganm
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU01. Telepon Misterius (Bagian A)[Percuma punya perut rata, kalau nggak bisa goyang patah-patah, buat apa?🤪] Mataku membelalak seketika saat melihat satu pesan yang muncul di ponsel Mas Rengga, suamiku.Memang sudah menjadi rutinitas bagiku, memeriksa isi ponsel Mas Rengga ketika ia pulang berdinas.Oh, ya. Kita kenalan dulu. Namaku Keysa Anindita, umurku baru saja menginjak 28 tahun. Aku sudah menikah selama 5 tahun dengan Mas Rengga, ketika usiaku masih 23 tahun. Namun, di usia pernikahan kami tersebut, Allah belum juga mempercayakan buah hati untuk melengkapi kehidupan kami.Aku bekerja sebagai dosen di Universitas yang cukup ternama. Sesekali, juga mengisi acara seminar sebagai narasumber maupun motivator. Kegiatanku itulah yang menjadikan namaku sering bertebaran di sosial media. Padahal, aku hanya membagikan aktivitas ku saja. Ternyata, media dan netizen melebihkannya dan seringkali memviralkan nya, sehingga kerap kali jika aku mendapatkan
02. Telepon Misterius (Bagian B)"Alah, ribet kamu lama-lama! Suami pulang bukannya disiapin makan enak, atau sambutan yang hangat. Malah ditodong dengan kecemburuan yang tak ada ujung. Kamu itu terlalu lebay! Perasaan istri-istri temanku santai aja, tuh. Nggak ada yang rewel kayak kamu! Harus lapor ini itu, izin dulu kalo mau ke sini ke situ, bosen tau nggak lama-lama. Hidupku sudah terlalu banyak laporan, eh ... bini di rumah juga minta laporan. Nggak sekalian sambil ditulis berita acaranya?" sindir Mas Rengga yang membuatku semakin sebal."Kamu kenapa, sih, Mas? Kenapa jadi berubah gini? Empat bulan lalu pas kamu mau balik juga nggak kayak gini deh. Kamu santai-santai aja. Kenapa sekarang berubah?" tanyaku seraya merendahkan sedikit nada bicaraku."Ya karena aku bosan hidup selalu terkekang. Nggak bisa bebas kayak temen-temen aku! Padahal mereka juga sudah berkeluarga. Apalagi punya anak, tapi istrinya nggak ribet bin rempong yang banyak aturan kayak kamu!" kata Mas Rengga pedas."
KUBELI KESOMBONGAN, GUNDIK SUAMIKU03. Bertemu Pelakor (Bagian A)"Ini kan ...."Mataku cukup lebar untuk melihat gambar yang kini sudah berhasil aku unduh. Bukan ... bukan foto bugil ataupun foto tidak senonoh seperti yang ada di dalam bayangan kalian saat ini, bukan foto itu yang berhasil aku zoom beberapa kali dari ponsel keluaran Apple terbaru dengan harga yang begitu fantastis dalam genggamanku kali ini. Foto itu hanya berupa kedua tangan yang saling bertautan dan menggenggam dengan mesra. Jika saja tidak ada hal yang mencurigakan di dalam tangan kekar itu, tentu aku sudah menilai dan berpikiran bahwa foto itu mungkin bisa saja diambil dari Google atau aplikasi gambar lainnya yang saat ini sedang marak untuk diedit.Tapi, gelang yang melingkar di pergelangan tangan milik lelaki itu berhasil membuat mataku nyaris meloncat keluar dari tempatnya. Ya, gelang tali model bracelet berwarna hitam legam itu mempunyai liontin dengan lambang jala dan huruf KA. Yang berarti inisial namaku.
04. Bertemu Pelakor (Bagian B)[With pleasure, Bestie! Jangan lupa untuk dandan secantik mungkin, yah, karena aku ingin tahu, secantik apa dirimu sehingga berniat menyaingi diriku!] Begitu lah isi pesan yang aku kirim padanya. Tak lupa, aku juga membubuhkan tiga emoticon tertawa lebar sebagai penutup.Hanya centang dua berwarna biru, rupanya dia hanya membaca pesanku tanpa berniat membalasnya. Oke, aku pun bersiap untuk menemuinya. Jika mungkin kalian berpikir aku akan marah, tersulut emosi, mencak-mencak atau bahkan memaki-maki suamiku saat di rumah nanti, maka kalian salah. Aku tidak suka keramaian, atau keributan. Karena aku rasa itu bukan cara hormat yang diberikan oleh wanita elegan.* Mas Rengga yang sedang menonton Televisi di ruang tengah, tiba-tiba terpaku menatapku dengan pandangan tak berkedip. Entahlah, seperti takjub, kagum ... atau mungkin ingin? Karena setelah kepulangannya tadi malam, kami belum 'melakukannya' selama hampir empat bulan lamanya. Aku juga malas untuk me