Share

KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA
KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA
Penulis: Anna Sahara

Hati Yang Hancur

Penulis: Anna Sahara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-19 19:37:16

Siang itu, langit terlihat cerah, namun terangnya cahaya matahari seakan tidak mampu menyinari hati dan pikiran Jihan. Dia tampak rapuh setelah mengetahui kabar yang baru didapatkannya.

Jihan yang hanya memegang map berisi setumpuk foto itu seakan sedang memikul puluhan kilo beban yang teramat berat. Setelah pandangannya mulai meredup, perlahan tubuh Jihan pun tumbang.

Bruuuk.

Jihan terjatuh di lantai halte, tempat dia berdiri selama beberapa menit itu.

"Jihan ...!"

Seorang pria berteriak sambil berlari mendekati Jihan. Dia adalah Samuel, pria yang sedari tadi mengikuti Jihan dan juga memantau pergerakan wanita itu dari jarak yang tidak terlalu jauh.

Setelah mendapat pengobatan seadanya, Jihan tersadar dan mendapati dirinya berada di sebuah bilik. Entah rumah milik siapa, dia tidak mengenalnya sama sekali.

Ruangan itu cukup mewah dan Jihan tidak dapat mengenali tempat tersebut.

"Di mana aku?" Sambil memijit kepalanya, Jihan berusaha mengangkat tubuhnya. "Siapa yang membawaku ke sini?"

Karena tidak ada siapapun di sana, Jihan pun berniat untuk meninggalkan tempat itu. Tepat ketika Jihan mengenakan sendalnya, dia mendengar suara pintu berderit.

Detik kemudian, seorang pria sudah memasuki ruangan tersebut.

"Sam ...!" Jihan kaget karena pria itu adalah salah satu orang yang pernah mengincarnya.

"Kamu sudah bangun?" Sam berbasa-basi.

Merasa buruk berduaan di dalam kamar, Jihan yang sudah bersuami langsung berdiri. "Apa yang kamu lakukan, kenapa aku bisa ada di sini?"

Dengan santainya, Samuel yang membawa sebotol minuman masuk ke dalam ruangan itu. Sembari melebarkan senyum terbaiknya, dia juga menyerahkan air mineral itu pada Jihan. "Minum dulu!" tawarnya.

Jihan tidak menerimanya. Dia memang haus, tapi dia hanya memandangi botol minuman itu, lalu bertanya lagi. "Kenapa kamu membawaku ke sini?"

"Kamu pingsan, dan aku tahu ibumu tidak menyukai aku, jadi aku tidak berani membawamu pulang ke rumah orang tuamu." Beberapa tahun sebelumnya, Sam pernah melamar Jihan, tapi ditolak mentah-mentah karena saat itu, orang tua Jihan lebih memilih lamaran pria tajir daripada Sam yang belum memiliki penghasilan fantastis.

Namun demikian, Samuel masih memperlakukan Jihan dengan baik. Dia juga yang mengenalkan Jihan pada teman-temannya yang berasal dari kota.

"Aku tahu Bram sedang ada pekerjaan penting, jadi aku juga tidak berani langsung membawamu ke kontrakan kalian, ini adalah tempat terdekat dan aku lihat kamu butuh penanganan cepat," Sam menambahkan lagi.

"Kalau begitu aku harus segera pulang." Jihan tidak ingin larut dalam prasangka buruk. Dia pun berbalik untuk mencari barangnya.

Ketika Jihan meraih tasnya dari atas meja nakas, dia melihat kembali setumpuk foto yang diberikan oleh seorang wanita padanya.

Hati Jihan kembali hancur. Beberapa lembar foto itu sudah cukup melukai perasaannya hingga dia harus jatuh tak sadarkan diri.

Bagi Jihan, suami yang dicintainya telah berkhianat. Tidak hanya dengan satu wanita saja, tumpukan foto di depannya telah membuktikan jika suami yang dicintainya itu telah tidur dengan banyak wanita.

Meski merasa sakit hati, Jihan masih saja memungut foto itu. Dengan bukti itu, dia akan meminta penjelasan dari suaminya.

"Setelah mengetahui semua kelakuan buruknya, apa kamu masih akan bertahan dengan Bram?" Sam bertanya dengan lembut seakan-akan pertanyaan itu adalah sebuah bentuk perhatian.

"Jadi kamu sudah melihat semua foto ini?" Jihan balik bertanya.

"Tanpa melihatnya pun aku sudah tahu," jawab Sam dengan santai. "Aku jauh lebih mengenalnya dengan baik. Bram memang seorang casanova, dia sudah terbiasa bermain dengan banyak perempuan. Bahkan kamu harus tahu sesuatu, mendapatkan hatimu, itu artinya Bram telah memenangkan sebuah pertandingan."

Tubuh Jihan seketika bergetar mendengarkan penjelasan Sam, tapi dia menahan diri agar tetap bisa terlihat kuat. "Apa maksudmu?" tanyanya pelan.

"Jihan, kamu tahu alasannya kenapa Bram belum meresmikan pernikahan kalian, kenapa dia belum juga mengenalkanmu pada keluarganya, dia sengaja menunda-nunda semuanya, padahal pernikahan kalian sudah memasuki minggu ketiga, itu sudah cukup membuktikan jika dia tidak pernah serius menjalin hubungan denganmu, dia hanya ingin bermain-main denganmu," Sam memberikan penjelasan lagi agar Jihan segera mengambil keputusan.

"Apa kamu juga ikut?" Jihan bertanya canggung.

Mulut Sam seketika terkatup. Dia terdiam cukup lama. Tidak bisa dipungkiri, jika Sam juga turut serta dalam perlombaan merebut hati Jihan.

Siapa yang tidak jatuh hati dengan pesona seorang Jihan yang terkenal cantik, polos dan bersahaja itu?

Jihan adalah bunga desa, primadona kampung yang membuat banyak pria tergila-gila padanya.

Bersama dengan Bram, Farouk dan beberapa teman lainnya, Sam berlomba untuk meluluhkan gadis desa nan cantik itu. Sebagai seorang playboy yang paham dalam urusan wanita, Bram menjadi pemenangnya.

Namun saat ini, bagi Sam sendiri, sulit rasanya untuk berkata jujur. Itu hanya akan menyakiti perasaan Jihan dan membuat wanita itu ikut membencinya.

Diamnya Sam sudah cukup memberi jawaban untuk Jihan. "Aku membenci kalian semua," ucapnya sedih. Dengan membawa rasa sakit hatinya, Jihan meninggalkan tempat itu.

"Jihan ... tunggu ...!" Sam berusaha mengejar, tapi Jihan telah berlari meninggalkannya.

***

Di dalam rumah kontrakannya, Jihan duduk termenung seorang diri. Ingatan tentang Bram yang paling mendominasi, di mana hari-hari yang mereka lalui sangat indah beberapa minggu terakhir ini.

Setelah yakin dengan perasaannya, Jihan yang sudah terpikat dengan pesona Bram setuju untuk menikah diam-diam dengan pria tampan yang penuh dengan kharisma itu. Mereka kemudian tinggal di sebuah rumah kontrakan, lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal orang tua Jihan.

"Aku akan membawamu terlebih dulu pada orangtuaku, setelah itu kami akan datang bersama untuk menemui orang tuamu. Di situ orang tuaku akan mengajukan lamaran resmi, dan kita akan segera melakukan pesta pernikahan yang meriah." Itu adalah janji Bram yang masih dipegang Jihan dengan erat.

Bram berdalih jika orang tuanya sedang sibuk dengan bisnis baru keluarga, jadi harus menunggu beberapa minggu untuk mempublikasikan hubungan mereka.

Selain ketulusan dan keseriusan yang ditunjukkan Bram, Jihan yang polos pun begitu mudah dibutakan oleh cinta. Pada kedua orang tuanya, dia bahkan rela menutupi hubungan mereka untuk sementara waktu.

Tepat di hari yang dijanjikan Bram, Jihan justru didatangi oleh seorang wanita asing.

Seorang wanita berpenampilan anggun mengajak Jihan untuk berbicara empat mata. Wanita bernama Nafa itu membeberkan tingkah laku Bram yang sebenarnya dan juga memberikan bukti-bukti yang lengkap.

Jihan menatap sedih layar ponselnya. Barang bermerk itu adalah salah satu pemberian Bram. Di atas layarnya juga terpampang foto mesra mereka berdua. Dia kembali menitikkan air mata, mengingat pengkhianatan Bram yang menyakitkan hati.

Kenapa Bram harus berbohong?

Sebelumnya, Jihan sudah menghubungi Bram, dia masih berharap besar agar pria itu segera pulang dan menjelaskan semuanya.

Tit.

Bunyi pesan masuk.

[Jihan, cepat pulang, ayahmu masuk rumah sakit.]

Hati Jihan semakin tidak tenang. Dia menunggu kabar dari suaminya, tapi yang datang adalah kabar buruk dari ibunya.

Secepat kilat, Jihan menekan nomor ibunya.

Panggilan itu langsung tersambung.

"Ibu, apa yang terjadi dengan ayah?" tanya Jihan dengan cepat.

[Ayahmu ....]

Percakapan itu terjeda untuk beberapa saat. Sona, sang ibu terasa berat untuk berkata jujur jika suaminya terlanjur mengambil sejumlah uang dari seorang pria tajir dan menjadikan Jihan sebagai jaminan.

Malangnya, orang tua Jihan tidak mampu menepati janji. Ayah Jihan pun dikeroyok oleh preman dan nyaris mati saat dilarikan ke rumah sakit.

"Aku akan segera pulang, Bu." Jihan menutup panggilan.

Ketika hendak keluar rumah, Jihan mendengar bunyi sebuah mobil berhenti. Dia buru-buru membukakan pintu dan melangkah keluar dengan cepat.

"Bram ...."

Meski perasaannya tidak menentu saat ini, tapi Jihan merasa sedikit tenang setelah melihat Bram turun dari sebuah mobil mewah.

Bab terkait

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Terlilit Hutang

    Tidak seperti yang diharapkan Jihan, Bram justru melewati istrinya ketika akan memasuki rumah kontrakan tersebut. Aura yang dipancarkan pria itu juga terlihat berbeda dari hari sebelumnya. Mereka seperti orang asing saja, bertemu tanpa saling bertegur sapa. "Bram ...!" Jihan segera mengejar suaminya. Dia juga berusaha menepis prasangka buruknya saat ini agar bisa bicara dengan kepala dingin. Tampak jika Bram mempercepat langkahnya menuju kamar. Di sana dia mengeluarkan beberapa lembar pakaian dan langsung memasukkannya ke dalam koper mini. "Bram ... kamu mau ke mana?" Jihan bertanya dengan khawatir. Dia belum mendapat penjelasan apapun, tapi suaminya sudah lebih dulu mengabaikannya. Apa lagi yang terjadi? "Aku ada urusan penting." Bram menarik seretan koper miliknya. Setelah itu, dia menatap Jihan yang nyaris menangis. "Tidak usah menghubungiku dulu, kepergianku sekaligus untuk menenangkan diri." "Menenangkan diri?" Jihan menatap heran suaminya. Harusnya dia yang butuh p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Hamil

    Tidak hanya terkejut, Jihan juga shock berat mendengar pengakuan ibunya. Tubuhnya lemas seketika dan dia terduduk lesu di samping ayahnya. Saat itu juga, perut Jihan terasa keram, tapi rasa sakitnya segera ditepis akibat terlalu fokus memikirkan keadaan orang tuanya."Hutang apa saja itu, Bu?" Jihan menangis sambil bertanya pada ibu dan ayahnya. "Kenapa kalian sampai berhutang sebanyak itu? Dari mana kita bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?"Sona merasa bersalah. Dia bersimpuh di hadapan putrinya. "Maafkan ibu, Jihan, ini salah ibu, harusnya ibu tidak mengizinkan ayahmu melakukan semua itu?""Apa maksud Ibu?" Jihan bingung dengan pengakuan ibunya yang berbelit-belit.Karena merasa iba dengan putrinya, Sona yang tidak punya pilihan lagi akhirnya mengakui segala perbuatan suaminya yang selama ini ditutup-tutupi dengan rapat. Dengan pengakuan ini, dia juga berharap jika Jihan akan menerima salah satu pria yang telah membuat janji dengan suaminya."Apa-apaan ini, Bu?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Jebakan

    Karena tidak ada balasan apapun dari Bram, Jihan memutuskan untuk menghubungi Farouk. Pria itu pun memberikan alamat baru yang ditempati Bram dan belum diketahui Jihan sebelumnya. "Aku ingin bertemu dengan Bram, apa kamu belum memberitahukannya tentang kedatanganku ini?" ucap Jihan saat bertatap muka dengan Farouk. "Ada perlu apa?" balas Farouk dengan sinis. "Tentu saja ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengannya." "Sayangnya Bram sudah tidak ingin bertemu denganmu," balasan Farouk semakin menyakitkan. "Jihan, aku sarankan kamu segera meminta cerai pada Bram, itu lebih baik daripada Bram yang menceraikan kamu!" "Apa maksudmu mengatakan itu?" Tidak ada kata menyerah untuk Jihan. "Kami masih suami istri, tolong jangan halangi aku untuk bertemu dengan suamiku sendiri!""Jika kamu mau, aku bisa membantumu untuk mendapatkan uang dari Bram, hitung-hitung sebagai biaya kompensasi selama kamu menjadi istrinya." Farouk berkata demikian karena sulit baginya untuk mempengaruhi Bram.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Tidak Akan Melepaskan Jihan

    Jihan berusaha berontak dari dekapan Sam, tapi tubuhnya yang jauh lebih kecil tidak memungkinkan untuk melepaskan diri. Bahkan dia terlihat kesulitan untuk bergerak bebas. Usahanya sia-sia belaka. Sementara itu, Sam tampak menyunggingkan senyum kemenangan. Sambil memeluk Jihan, dia menatap ke arah Bram. Tindakan Sam seperti mencemooh salah satu teman baiknya itu. Selama ini Sam dan Bram adalah dua orang yang paling gencar menarik perhatian Jihan. Tidak heran jika mereka berdua selalu bersaing secara ketat. Kesal, Jihan akhirnya berteriak kencang, "Lepaskan aku, Sam ... lepaskan aku!" Jihan meronta-ronta, namun Sam semakin mengeratkan pelukannya. Pria berkumis tipis itu baru akan melonggarkan dekapannya setelah melihat mobil Bram meninggalkan tempat tersebut. 'Berhasil juga,' pikir Sam dengan tenang. Jihan tidak sanggup mengontrol diri lagi. Amarah yang ditahan-tahan sejak tadi meledak seketika. Dia segera mengangkat tangan dan melayangkan tamparannya yang sangat kuat pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Menyusul

    Sona bergegas menuju rumahnya. Malam itu sedang hujan lebat, tapi dia berkeras untuk menemui Jihan yang mana putrinya itu baru saja menjawab panggilan darinya dan mengatakan akan kembali ke rumah mereka.Ketika Sona tiba di kediamannya, dia tidak menemukan siapa-siapa di sana. Rumahnya tampak sunyi lengang. "Ke mana kamu Jihan?" Sona terduduk lesu di atas ubin.Di tengah kekecewaannya, seorang tetangga kemudian datang mengetuk pintu. Sania, nama gadis itu. Dia memberitahu dan menceritakan apa yang terjadi pada Jihan."Anakku sudah dibawa tuan tanah itu. Bahkan dia tidak mengatakan apapun sebelum membawa putriku." Sona keluar rumah sambil mengotak-atik ponselnya. "Kalau dia membawa Jihan, bagaimana dengan nasib suamiku? Dari mana lagi aku bisa mendapatkan uang dalam waktu singkat?"Ketika sedang panik di tengah jalan, Sona didatangi seorang wanita cantik. Langkah wanita paruh baya itu seketika terhenti saat bertatap muka dengan wanita di depannya."Siapa kamu?" Sona bertanya karena ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Rasanya Sangat Sakit

    Bab 7."Aku tahu saat ini kamu masih membenciku, Bram, tapi tidak bisakah kita membicarakan semuanya secara baik-baik?" Wajah Jihan masih basah, air matanya bercampur dengan air hujan. Selagi Bram memberinya kesempatan bicara, dia masih berusaha untuk mencoba membujuk suaminya itu. "Ini hanya salah paham, aku akan menjelaskan semuanya, tolong kembalilah, berikan aku waktu untuk menjelaskan semuanya!"Kesal, Farouk maju lebih dulu. "Apa yang ingin kamu jelaskan?" Bram langsung mengangkat tangan untuk menghadang. "Diam di tempatmu!" seru Bram dengan tegas, kemudian kembali fokus pada Jihan. Untuk sejenak, Bram mengamati raut wajah Jihan yang terlihat menyedihkan itu."Bram ...." Jihan maju beberapa langkah, tapi dia juga langsung dihentikan oleh suaminya itu."Jangan mendekat, bicara saja dari situ!" Ucapan Bram terdengar singkat dan dingin. Hal itu tentu sangat menyakitkan untuk Jihan. Namun, dia sadar kesalahpahaman lah yang telah membuat suaminya berubah. Maka detik itu juga, J

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Gugurkan Kandunganmu

    Pada pukul 11 siang Jihan terbangun. Perlahan dia membuka kelopak matanya yang masih terasa berat. Ketika kesadarannya mulai stabil, Jihan bisa mendengar dengan jelas percakapan dua orang wanita. Jihan mengenal salah satu di antara kedua suara itu. Ya, itu adalah milik Sona, ibu Jihan sendiri. Sedangkan satu lainnya, Jihan tidak begitu familiar."Bagaimana bisa kamu membiarkan anakmu hamil tanpa seorang suami? Anak cuma sebiji tidak bisa kamu jaga, hahhh ..." Velove adalah wanita asing itu. Dia seenaknya mencemooh seakan dia adalah orang yang bertanggung jawab pada Jihan.Jihan tidak mengenalnya, namun wanita yang dia lihat itu sangat berani membentak ibunya. Bahkan Sona terlihat pasrah dan tak berkutik dengan gertakan Velove."Ibu seperti apa kamu ini?" Velove kembali menegur dengan sombongnya. Dia terlihat berani karena telah menjadi penyelamat terakhir untuk Jihan. "Kamu tahu sendiri selama ini banyak pria di luar sana yang mengincar putrimu, kalau sudah seperti ini, mana ada lagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Mendapat Pembelaan

    Orang pertama yang Jihan tatap dan ingin dimintai pembelaan adalah Sona. Apa ini juga bagian dari rencana ibunya?Apakah Sona, wanita yang sudah pernah mengandung dan melahirkan itu sanggup menyuruh Jihan untuk membuang darah dagingnya sendiri?"Ibu ...!" Dengan suara yang lemah, Jihan memanggil ibunya. Dia masih menunggu Sona bicara. Mengingat perintah yang baru saja disebutkan ibunya tadi, tentu Jihan harus mengikuti setiap perkataan Velove tanpa terkecuali.Jihan berharap ibunya berpikiran bijak, karena ini berkaitan dengan nyawa seseorang.Sona tidak punya pilihan lain. Di bawah tekanan Velove, dia berkata dengan jelas. "Turuti saja apa yang dikatakan bibimu!" Dengan atau tidak adanya anak itu, Jihan sudah tidak menjadi tanggung jawab Sona lagi. Bahkan menurutnya, membuang anak dalam kandungan Jihan adalah solusi yang lebih baik.Jihan sontak panik mendengarnya. Wajahnya terlihat tegang. Meski kondisinya masih lemah, dia memaksakan diri untuk bergerak. Karena berusaha menggapai

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19

Bab terbaru

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Aku Memanggil

    Jihan tidak berharap masa seperti ini terulang lagi. Kembali duduk berduaan bersama Sam, itu adalah sebuah malapetaka bagi Jihan."Ayo minum tehnya!" sambil mengangkat gelas minumannya, Sam berkata pada Jihan. "Teh di sini sangat enak, sayang jika kamu lewatkan," lanjutnya dengan polos. Seperti tidak mengenal lelah, Sam masih saja bersikap sama pada Jihan. Penuh ambisi untuk mendapatkan perhatian wanita itu.Sudah tentu Jihan mengabaikan ucapan Sam. Alih-alih minum bersama, dia langsung bertanya pada intinya. "Malam itu, bukankah kamu yang mengantarkan aku ke rumah sakit?" tanya Jihan dengan penuh selidik. Jihan ingat bagaimana perjuangan Sam yang masih datang membujuknya meski kondisinya dalam keadaan hamil. Dalam kondisi kurang fit juga Jihan terpaksa dilarikan ke rumah sakit hingga harus melahirkan secara prematur.Seperti biasa, Sam selalu terlihat tenang. Tidak ada perasaan bersalah dalam dirinya. Setelah meletakkan gelas di atas meja, dia berkata pelan, "Ya, aku lah yang memb

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Pertemuan Yang Ingin Dihindari

    Jihan sontak menghentikan langkahnya. Suara pria di depan sana terdengar familiar baginya. Dan sejujurnya, dia sudah tidak ingin bertatap muka lagi dengan pria yang sangat dibencinya itu. Akan tetapi, ketika ingatan Jihan tertuju pada anaknya, sesuatu yang mengganjal dalam dirinya kembali berkecamuk. Ada satu hal yang membuat Jihan harus bertemu kembali dengan pria itu. "Ada apa, Jihan?" bibi Mary menegur saat melihat Jihan mematung. "Bagaimana kalau aku tunggu di luar saja, Bibi?" Jihan beralasan, lalu berpura-pura sibuk memandangi ponselnya. "Kenapa?" Tidak ingin membuat kegaduhan di depan bibi Mary, Jihan kembali membuat alasan yang baru. "Aku lupa, ternyata ada banyak pesan yang harus segera aku balas. Biarlah bibi sendiri yang masuk ke dalam, aku akan menunggumu di luar." "Kamu tidak bohong kan?" bibi Mary mulai terlihat curiga dengan gelagat Jihan. "Kamu tidak sedang menghindar dari tamu itu?" "Tentu saja tidak, Bibi." Jihan melebarkan senyumnya yang lembut, lalu

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Dari Kota Yang Sama

    "Aku salut melihat kesetiaanmu, begitu banyak datang tawaran padamu, tapi kamu masih saja bertahan dengan Alex," kata Ariel yang sudah berulang kali mempengaruhi Jihan. "Aku tidak tertarik," hanya itu yang diucapkan Jihan. Dia berjalan cepat menuju mobil. "What ...?" Ariel tercengang dengan pengakuan singkat itu. "Dihadiahkan pulau dan uang ratusan milyar masih tidak membuatmu tertarik." Karena Jihan telah meninggalkannya, Ariel pun mengejar. Baik Jihan dan Ariel sama-sama duduk di bangku penumpang. Seorang sopir mengemudikan mobil setelah Ariel memberi perintah. Jihan dengan pikirannya sendiri membuang muka ke samping. Dia terlalu bosan untuk membicarakan masalah kesetiaan mereka pada Alex. Jika bukan karena ibunya berada di tangan Velove yang merupakan anak buah Alex, mana mungkin Jihan bertahan dan mengabdikan hidupnya untuk seorang kriminal seperti Alex. Masih penasaran, Ariel menggoda lagi. "Mengingat bisnis Alex yang tidak seluruhnya bergerak secara legal, apa kamu

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Sang Pemikat

    "Segera bawa Jihan keluar dari negara itu!" Melalui panggilan telepon, Alex memberi perintah pada Simon."Kenapa begitu, Lex?" Simon protes. Masih ada tugas yang harus mereka kerjakan dan sebagai salah satu pelatih Jihan, dia rasa wanita itu adalah orang yang pantas untuk menjalankan misi berikutnya."Turuti saja perintah dariku, tidak usah banyak tanya!" Setelah mengatakan itu, Alex memutuskan panggilan secara sepihak. Dia sangat mengenal perangai Bram yang dulu. Pria itu sangat berambisi untuk mendapatkan wanita yang diinginkannya. Karena sejak awal hubungan mereka terjalin dengan baik, Alex pun tidak ingin bermasalah dengan temannya itu.Pada sore hari, Bram dan Mikha tiba di kota Bangaria. Keduanya disambut oleh anggota keluarga dengan sukacita."Akhirnya kamu pulang juga." Freya memeluk putri bungsunya itu. "Mama sangat mengkhawatirkanmu selama setahun ini, kamu bahkan melarang kami untuk mengunjungimu, entah apa maksudmu melakukan hal bodoh itu," lanjutnya dengan sedikit kesal

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Tidak Ada Satu Orang Pun Yang Boleh Merebut Jihan

    "Untuk apa kamu melihatnya?" Jihan menegur dengan kesal. "Apa kamu tidak pernah melihat orang yang berciuman?" "Aku hanya memastikan saja." Ariel tersenyum hambar melihat ekspresi Jihan."Memastikan apa maksudmu?" Jihan semakin geram dengan sikap rekannya itu."Aku kira pria itu sungguh-sungguh menyukaimu tadi, tapi ternyata perasaannya sangat cepat berubah." Ariel menghidupkan mesin mobil dan bersiap meluncur.Sedangkan Jihan bersandar santai sambil melipat kedua tangan di dada. "Kurang kerjaan saja." Seperti apapun perasaan Jihan saat ini, dia berusaha menekan emosinya di hadapan Ariel.Ketika hendak mendaratkan sebuah ciuman, tiba-tiba bayangan Jihan muncul dalam pikiran Bram. Segera dia menarik dirinya untuk menjauh."Maaf ...!" ucap Bram dengan suara yang lirih."Kenapa ...?" Mikha merasa kecewa.Lagi-lagi Bram merasa sangat buruk. Berkali-kali sudah dia ingin melakukan hal yang sama, tapi selalu saja gagal. Sebuah peringatan akan selalu muncul bahwa dia tidak boleh melakukan

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Kecurigaan

    "Bukankah itu Jihan?" Mikha begitu yakin. Sebelum Bram menjawab pertanyaannya, dia sudah lebih dulu mengambil keputusan. "Tolong ambil obatku, aku mau ketemu Jihan dulu.""Ah ... baiklah." Bram tampak pasrah walau sebenarnya ingin melarang pertemuan di antara kedua wanita itu.Mikha segera berjalan mendekati Jihan. Antusias gadis itu begitu tinggi. Sebelum meninggalkan negara itu, dia ingin bertukar telepon dan juga meminta alamat Jihan di tanah air. Dengan begitu, mereka masih bisa menjalin pertemanan di lain waktu.Akan tetapi, angan itu seketika buyar tatkala Mikha melihat jaket yang dikenakan oleh Jihan. Itu sama persis dengan milik Bram saat mereka memasuki rumah sakit tersebut."Kenapa Jihan memakai jaket Kak Bram? Bukannya tadi Kak Bram bilang sedang dilaundry?" Sembari berpikir, langkah Mikha terhenti sesaat. Dia ingat Bram menggunakan jaket, sedangkan Jihan hanya menggunakan kemeja berwarna abu-abu. Dia juga ingat Bram menghilangkan diri tepat ketika mereka akan memasuki ru

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Ceroboh

    Bram terhenyak mendengar tuduhan Jihan. Tubuhnya membeku, namun otaknya masih berputar.Meninggalkan Jihan karena salah paham? Bram tidak merasa melakukan itu.Sudah jelas Jihan yang berkhianat, kenapa masih berpikir seolah-olah menjadi korban dalam hubungan mereka. Bahkan dalam benak seorang Bram, Jihan adalah wanita yang kejam, di mana wanita itu tega mengugurkan anak dalam kandungannya sendiri. Terlepas dari siapapun ayahnya, tidak sepantasnya Jihan membunuh darah dagingnya sendiri.Tentang Mikha, itu adalah urusan pribadi Bram. Dia tidak ingin membahasnya di depan Jihan. Namun yang membuat penasaran adalah wanita-wanita yang pernah bercinta dengan Bram di waktu sebelumnya."Apa maksud kamu mengatakan wanita-wanita sebelumnya?" Sepengetahuan Bram, dia belum pernah bercerita tentang masa lalunya pada Jihan. "Siapa yang memberitahumu?" sentak Bram tidak terima. "Apa ini alasanmu berselingkuh dariku?" tuduhnya kemudian.Dengan semua itu, Bram justru berspekulasi bahwa Jihan sengaja m

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Tampan tapi tidak berperasaan

    Sesampainya di rumah sakit, Bram buru-buru membukakan pintu untuk Mikha. Tak lupa, dia menyerahkan sebuah kartu pada gadis itu."Pergilah duluan, aku sudah mendaftarkanmu," kata Bram dengan buru-buru."Kamu mau ke mana?""Aku mau ke toilet sebentar, nanti aku akan datang menyusulmu."Dengan alasan itu, Mikha menurut saja. Dia berjalan menuju ruangan praktek dokter jantung yang biasa menangani kesehatannya. Selama menyusuri koridor rumah sakit, matanya tak berhenti melirik ke sana ke mari, berharap bertemu dengan Jihan di tempat tersebut.Sedang Bram langsung berlari mencari keberadaan Jihan. Dia masih ingat ke mana arah wanita itu melangkah.Tak lama setelah Jihan memasuki rumah sakit, Bram juga melihat kemunculan Ariel. Pria itu datang seorang diri. Wajahnya terlihat santai, namun cara berjalannya tampak buru-buru.Apa yang dilakukan Jihan selama ini?Apa yang disembunyikan Jihan? Bram semakin penasaran.Sementara itu, Jihan dibawa seorang pria menuju ruangan yang terbengkalai. Di s

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Mengikuti Jihan

    Bab 23.Tangan Ariel rasanya sudah gatal untuk menghajar seseorang. Dengan tubuhnya yang tinggi besar, dia sudah terbiasa dengan pertarungan.Sejak bertemu di dalam pesawat, Ariel sudah ingin memberi pelajaran pada Bram yang telah berani mengganggu Jihan. Biar bagaimanapun, urusan wanita itu menjadi tanggung jawabnya. Tanpa meminta izin pada Alex, Ariel bisa saja membuat perhitungan pada Bram.Jihan gelisah memikirkannya. Dia pun berkata dengan jujur. "Lupakan tentang pria tadi, ini semua hanya kesalahpahaman, dan apa yang kamu lihat tadi, semua adalah salahku. Aku yang mendatangi kekasihnya, mungkin saja dia merasa terganggu dengan kemunculanku yang tiba-tiba, jadi niat pria itu hanya untuk melindungi wanitanya," ungkap Jihan."Kamu yakin?" Ariel tidak dapat melihat hubungan kekasih antara Bram dan Mikha. "Mereka sepasang kekasih?""Itu yang dikatakan wanitanya."Di lain tempat.Bram juga sedang menginterogasi Mikha. Segala pertanyaan yang diajukannya berkaitan dengan Jihan. "Jihan

DMCA.com Protection Status