Home / Romansa / KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA / Tidak Akan Melepaskan Jihan

Share

Tidak Akan Melepaskan Jihan

Author: Anna Sahara
last update Last Updated: 2024-07-19 21:13:12

Jihan berusaha berontak dari dekapan Sam, tapi tubuhnya yang jauh lebih kecil tidak memungkinkan untuk melepaskan diri. Bahkan dia terlihat kesulitan untuk bergerak bebas. Usahanya sia-sia belaka.

Sementara itu, Sam tampak menyunggingkan senyum kemenangan. Sambil memeluk Jihan, dia menatap ke arah Bram.

Tindakan Sam seperti mencemooh salah satu teman baiknya itu. Selama ini Sam dan Bram adalah dua orang yang paling gencar menarik perhatian Jihan. Tidak heran jika mereka berdua selalu bersaing secara ketat.

Kesal, Jihan akhirnya berteriak kencang, "Lepaskan aku, Sam ... lepaskan aku!"

Jihan meronta-ronta, namun Sam semakin mengeratkan pelukannya. Pria berkumis tipis itu baru akan melonggarkan dekapannya setelah melihat mobil Bram meninggalkan tempat tersebut.

'Berhasil juga,' pikir Sam dengan tenang.

Jihan tidak sanggup mengontrol diri lagi. Amarah yang ditahan-tahan sejak tadi meledak seketika. Dia segera mengangkat tangan dan melayangkan tamparannya yang sangat kuat pada wajah Sam hingga telapak tangannya sendiri terasa panas dan kebas.

Plak.

"Kamu benar-benar kelewatan, Sam, sangat tidak sopan!" marah Jihan dengan berapi-api.

Sembari mengelus pipinya yang memerah, Sam berkata dengan jujur, "Aku sangat mencintaimu, Jihan, bahkan perasaanku melebihi cinta Bram padamu, apa salahnya kamu memberikan aku kesempatan untuk menggantikan posisi Bram, dia juga sudah mengkhianatimu, jadi biarkan aku membantumu untuk membalaskan rasa sakit hatimu," Sam menjelaskan secara terang-terangan bahwa cintanya dalam untuk wanita di depannya.

"Itu benar, Jihan, lebih baik lupakan Bram, ceraikan dia dan hidup tenang bersama dengan Sam!" Nafa turut menimpali, memberi dukungan untuk hubungan Sam dan Jihan

"Aku tidak akan pernah memaafkan kalian berdua." Jawaban Jihan membuat Sam dan Nafa terdiam. Dia mengambil keputusan, kemudian memberi peringatan untuk Sam. "Selagi hubunganku tidak membaik dengan Bram, jangan harap kita bisa berbaikan lagi. Aku sangat membencimu, Sam, mulai hari ini dan seterusnya, aku tidak ingin melihatmu lagi."

Jihan merasa tubuhnya kian letih. Kondisinya yang tengah hamil lagi-lagi membuatnya mengalah. Dia memutuskan untuk segera pergi.

Dengan perasaan sedih, Jihan berbalik dan tempat tujuannya kali ini adalah rumah orang tuanya.

Ketika tiba di depan rumah, Jihan terkejut melihat seorang pria tua duduk santai di teras rumah.

"Siapa kamu?" tanya Jihan tanpa ada rasa takut. "Apa yang kamu lakukan di sini?"

Jeremy, si tuan tanah yang sudah memiliki empat orang istri itu segera berdiri. "Aku adalah calon suamimu, gadis cantik," jawab Jeremy dan tatapannya penuh dengan hasrat.

"Aku tidak mengenalmu," Jihan tidak ingin meladeni pria mesum di depannya. "Tolong segera pergi dari sini, tidak ada yang menerima kalian bertamu di rumah ini!"

"Kurang ajar, tidak sopan!" Jeremy menjadi gusar dibuatnya. Dia menggertak dengan keras. "Apa orang tuamu belum memberitahumu? Kamu sudah aku beli dengan harga yang mahal, tidak pantas kamu bicara seperti itu!"

Ucapan Jeremy membuat Jihan tersadar akan sesuatu. Bersamaan dengan itu, kata-kata sang ibu pun langsung terngiang-ngiang di telinga Jihan. Dia ingat ibunya telah menceritakan sifat buruk sang ayah.

Namun, begitu meneliti kembali tampang Jeremy, Jihan merasa jijik dengan penampilan pria tua itu.

Bagaimana bisa ayah ingin menikahkan aku dengan pria yang lebih cocok menjadi kakekku?

Air mata Jihan nyaris tumpah meratapi nasibnya. "Ayahku masih terbaring di rumah sakit, dan ibuku masih berduka untuk itu, bagaimana bisa kalian menagih janji padaku, aku bahkan tidak tahu menahu tentang perjanjian kalian."

"Persetan dengan orang tuamu, aku tidak peduli dengan mereka, sekarang yang penting bagiku adalah kamu," balas Jeremy dengan menggebu-gebu.

Bertemu dengan wanita yang membuatnya tergila-gila adalah tujuan utama Jeremy. Dia pun memberi perintah pada anak buahnya. "Bawa dia segera, aku tidak ingin mengulur waktu lagi, pokoknya gadis ini harus segera menjadi milikku!"

Di lain tempat.

Dalam keadaan emosi, Bram kembali ke villa pribadinya. Tadinya, dia ingin menemui Sam dan bicara langsung dengan pria itu tentang hubungannya bersama Jihan.

Namun, setibanya di tempat Sam, Bram justru mendapati istrinya tengah bermesraan dengan salah satu teman baiknya. Parahnya, Bram melihat sendiri jika Jihan adalah orang yang mendatangi Sam.

Jihan dan Sam bahkan terlihat intim di depan pintu. Hal itu sudah cukup menyakiti perasaan Bram. Setelah tiba di kediamannya, Bram melempar ponselnya ke arah lemari kaca.

Prang ....

Suara yang cukup keras mengagetkan Farouk yang saat itu tengah berada di dalam sebuah kamar. Dia bergegas turun untuk melihat apa yang terjadi dengan sahabatnya.

"Bram, ada apa?" Farouk bertanya serius. Dari ekspresi Bram, dia bisa memahami jika penyebabnya pasti Jihan. "Apa yang terjadi, kenapa kamu harus merusak barang pribadimu hanya karena wanita itu?"

"Kita berangkat ke kota sekarang juga!" Bram memerintah tanpa memberi alasan. "Segera pesan tiket dan kabari orang tuaku tentang perjodohan yang mereka rencanakan, aku sudah mempertimbangkannya."

Farouk senang mendengarnya, tapi dia masih penasaran dengan akhir hubungan sepasang suami isteri itu. Dia pun bertanya dengan bersemangat.

"Bagaimana dengan Jihan? Apa aku perlu mengutus pengacara untuk mengurus perceraian kalian?" Farouk menawarkan karena dia sendiri ingin melihat Jihan segera berpisah dengan Bram.

"Tidak akan pernah." Meski Bram membenci kelakuan Jihan, tapi dia juga tidak ingin melepaskan wanita itu dengan mudah. Dia punya pemikirannya sendiri. "Cukup lakukan apa yang aku perintahkan, selebihnya, jangan ikut campur dengan masalah pribadiku!"

Farouk terlihat kecewa. "Baiklah, akan aku ingat."

Setelah kepergian Farouk, Bram bicara pada dirinya sendiri. "Kamu berani mempermainkan perasaanku, Jihan, baru hitungan hari kita berpisah, kamu sudah ingin bersama dengan pria lain. Setelah pengkhianatan yang kamu lakukan, jangan harap kamu bisa lepas begitu saja dariku!"

Pada malam harinya.

Jihan terbangun dan mendapati dirinya berada di sebuah kamar hotel. Ranjang tempat duduknya saat ini terlihat mewah, tapi itu tidak mungkin membuatnya nyaman.

"Pasti si tua bangka itu yang membawaku ke sini." Jihan ingat dia berusaha berontak dan akhirnya mulutnya dibekap oleh orang suruhan Jeremy. "Aku harus segera pergi."

Jihan baru saja akan menyentuh kenop pintu, namun daun pintu di depannya sudah lebih dulu terbuka dari luar.

Related chapters

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Menyusul

    Sona bergegas menuju rumahnya. Malam itu sedang hujan lebat, tapi dia berkeras untuk menemui Jihan yang mana putrinya itu baru saja menjawab panggilan darinya dan mengatakan akan kembali ke rumah mereka.Ketika Sona tiba di kediamannya, dia tidak menemukan siapa-siapa di sana. Rumahnya tampak sunyi lengang. "Ke mana kamu Jihan?" Sona terduduk lesu di atas ubin.Di tengah kekecewaannya, seorang tetangga kemudian datang mengetuk pintu. Sania, nama gadis itu. Dia memberitahu dan menceritakan apa yang terjadi pada Jihan."Anakku sudah dibawa tuan tanah itu. Bahkan dia tidak mengatakan apapun sebelum membawa putriku." Sona keluar rumah sambil mengotak-atik ponselnya. "Kalau dia membawa Jihan, bagaimana dengan nasib suamiku? Dari mana lagi aku bisa mendapatkan uang dalam waktu singkat?"Ketika sedang panik di tengah jalan, Sona didatangi seorang wanita cantik. Langkah wanita paruh baya itu seketika terhenti saat bertatap muka dengan wanita di depannya."Siapa kamu?" Sona bertanya karena ti

    Last Updated : 2024-08-16
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Rasanya Sangat Sakit

    Bab 7."Aku tahu saat ini kamu masih membenciku, Bram, tapi tidak bisakah kita membicarakan semuanya secara baik-baik?" Wajah Jihan masih basah, air matanya bercampur dengan air hujan. Selagi Bram memberinya kesempatan bicara, dia masih berusaha untuk mencoba membujuk suaminya itu. "Ini hanya salah paham, aku akan menjelaskan semuanya, tolong kembalilah, berikan aku waktu untuk menjelaskan semuanya!"Kesal, Farouk maju lebih dulu. "Apa yang ingin kamu jelaskan?" Bram langsung mengangkat tangan untuk menghadang. "Diam di tempatmu!" seru Bram dengan tegas, kemudian kembali fokus pada Jihan. Untuk sejenak, Bram mengamati raut wajah Jihan yang terlihat menyedihkan itu."Bram ...." Jihan maju beberapa langkah, tapi dia juga langsung dihentikan oleh suaminya itu."Jangan mendekat, bicara saja dari situ!" Ucapan Bram terdengar singkat dan dingin. Hal itu tentu sangat menyakitkan untuk Jihan. Namun, dia sadar kesalahpahaman lah yang telah membuat suaminya berubah. Maka detik itu juga, J

    Last Updated : 2024-08-17
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Gugurkan Kandunganmu

    Pada pukul 11 siang Jihan terbangun. Perlahan dia membuka kelopak matanya yang masih terasa berat. Ketika kesadarannya mulai stabil, Jihan bisa mendengar dengan jelas percakapan dua orang wanita. Jihan mengenal salah satu di antara kedua suara itu. Ya, itu adalah milik Sona, ibu Jihan sendiri. Sedangkan satu lainnya, Jihan tidak begitu familiar."Bagaimana bisa kamu membiarkan anakmu hamil tanpa seorang suami? Anak cuma sebiji tidak bisa kamu jaga, hahhh ..." Velove adalah wanita asing itu. Dia seenaknya mencemooh seakan dia adalah orang yang bertanggung jawab pada Jihan.Jihan tidak mengenalnya, namun wanita yang dia lihat itu sangat berani membentak ibunya. Bahkan Sona terlihat pasrah dan tak berkutik dengan gertakan Velove."Ibu seperti apa kamu ini?" Velove kembali menegur dengan sombongnya. Dia terlihat berani karena telah menjadi penyelamat terakhir untuk Jihan. "Kamu tahu sendiri selama ini banyak pria di luar sana yang mengincar putrimu, kalau sudah seperti ini, mana ada lagi

    Last Updated : 2024-08-18
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Mendapat Pembelaan

    Orang pertama yang Jihan tatap dan ingin dimintai pembelaan adalah Sona. Apa ini juga bagian dari rencana ibunya?Apakah Sona, wanita yang sudah pernah mengandung dan melahirkan itu sanggup menyuruh Jihan untuk membuang darah dagingnya sendiri?"Ibu ...!" Dengan suara yang lemah, Jihan memanggil ibunya. Dia masih menunggu Sona bicara. Mengingat perintah yang baru saja disebutkan ibunya tadi, tentu Jihan harus mengikuti setiap perkataan Velove tanpa terkecuali.Jihan berharap ibunya berpikiran bijak, karena ini berkaitan dengan nyawa seseorang.Sona tidak punya pilihan lain. Di bawah tekanan Velove, dia berkata dengan jelas. "Turuti saja apa yang dikatakan bibimu!" Dengan atau tidak adanya anak itu, Jihan sudah tidak menjadi tanggung jawab Sona lagi. Bahkan menurutnya, membuang anak dalam kandungan Jihan adalah solusi yang lebih baik.Jihan sontak panik mendengarnya. Wajahnya terlihat tegang. Meski kondisinya masih lemah, dia memaksakan diri untuk bergerak. Karena berusaha menggapai

    Last Updated : 2024-08-19
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Tidak Ada Yang Bisa Diandalkan

    Bab 10 "Apa yang kalian lakukan di sini?" Jihan mengepalkan kedua tangan. Tatapannya penuh dengan awas. Tampak jika dia mengambil sikap hati-hati begitu melihat kedatangan Sam dan Nafa. Kedua manusia licik itu yang menyebabkan kebencian Bram terhadapnya, tentu dia langsung berpikiran negatif. Ketika Sam dan Nafa berjalan mendekat, Jihan juga langsung berseru. "Jangan mendekat, atau aku akan teriak!" Dia sangat waspada, tangannya berusaha meraih bel yang berada di atas kepalanya. "Jihan, kami datang untuk mengunjungimu," sama berkata dengan enteng seakan hubungan mereka masih baik-baik saja. Dia juga menunjukkan cedera mata yang mereka bawa. "Lihat, ini adalah buah-buahan segar kesukaanmu, aku membelikannya khusus untukmu." Untuk meyakinkan Jihan, Nafa segera menimpali. "Itu benar, Jihan, Sam sampai rela turun tangan mencari aneka buah segar untuk wanita hamil hanya untuk menyenangkan hatimu." "Aku tidak butuh semua itu. Tolong pergi dari hadapanku!" Jihan sungguh tida

    Last Updated : 2024-08-20
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Prasangka Buruk

    Daripada mengandalkan Farouk, Bram lebih memilih seorang detektif yang dipercayainya. Dia turun tangan langsung tanpa memberitahu sahabatnya itu."Jangan beritahu siapapun tentang ini!" Bram berkata pelan, lalu menyerahkan amplop berisi uang. "Terutama Farouk, jangan sampai dia mengetahui tentang tugas yang aku berikan padamu!"Dia hanya ingin menjaga hubungan persahabatannya dengan Farouk."Siap, Bos." Varun menerima upahnya, lalu berpamitan. "Kalau begitu saya permisi dulu!"Sepeninggal Varun, Bram kembali memeriksa satu persatu berkas di mejanya. Karena kondisi Jihan menjadi pusat perhatiannyaa, dahi Bram seketika mengkerut."Kamu hamil dan tak memberitahunya padaku." Kedua tangan Bram mengepal sempurna. "Apa kamu ragu tentang siapa ayah dari anakmu itu?" Prasangka buruk masih melekat dalam diri Bram. Penyebabnya karena Farouk selalu mempengaruhinya sepanjang waktu. Setiap ada kesempatan, Farouk akan membahas tentang kejelekan Jihan. Entah dari mana, pria itu akan selalu mendapat

    Last Updated : 2024-08-21
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Memberontak

    Tekad Bram sudah bulat. Pria itu berniat menemui Jihan secara langsung. Tujuannya tak lain hanya untuk memastikan ayah dari bayi yang dikandung Jihan.Meskipun sang ibu sempat menahan kepergiannya, tapi Bram bersikeras untuk meninggalkan rumah saat itu juga."Ini sudah pukul 10 malam, tapi dia belum juga kembali." Yuda mondar-mandir di ruang tamu. "Jangan sampai perangai buruknya kambuh i lagi setelah setuju dengan pernikahan ini."Kekhawatiran jelas terlukis di wajah Yuda. Saat mengetahui keputusan sepihak dari Bram, dia masih ingin bicara banyak dengan sang anak terkait jadwal pernikahan yang tiba-tiba ditunda oleh putranya sendiri. Marisa juga merasa cemas. Tampak jika wanita itu tidak sanggup duduk berlama-lama. Sebelumnya, Bram sudah memberikan alasan yang tepat untuk Marisa. Maka dia pun menjelaskan hal yang sama pada suaminya. "Bram ingin ke kampung, katanya ada pekerjaan mendadak di sana, jika dibiarkan, usahanya itu akan berantakan dan sia-sia, itu sebabnya dia ngotot ber

    Last Updated : 2024-08-22
  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Kedatangan Bram

    Bab 13.Pada malam sebelumnya.Bram tiba di desa Siama pada dini hari. Begitu menginjakkan kaki di perkampungan tersebut, tiba-tiba dia merasa asing dengan tanah kelahiran ibunya itu.Mungkin karena penampilan Bram terlihat berbeda saat ini, membuat pria itu dipandang aneh saat akan memasuki area rumah kontrakan yang pernah dia tempati bersama Jihan."Maaf, tujuan bapak mau ke mana ya?" Seorang satpam yang biasa keliling desa menegur Bram. "Ini sudah lebih dari tengah malam, orang luar tidak boleh berkeliaran di sini!"Bram menatap rumah di depannya. Jaraknya hanya sekitar beberapa meter saja. Namun dia tersadar jika mereka mungkin tidak berhak atas rumah itu lagi . Rumah kontrakan itu sudah mereka tinggalkan, harusnya dia tidak kembali ke sana.Kepada Jihan, Bram mengenalkan diri sebagai orang biasa. Dia selalu mengatakan jika pekerjaan orang tuanya hanyalah pegawai biasa dan menjalankan bisnis seadanya."Maaf, sepertinya aku salah alamat."Karena Jihan masih dirawat di rumah sakit

    Last Updated : 2024-08-23

Latest chapter

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Aku Memanggil

    Jihan tidak berharap masa seperti ini terulang lagi. Kembali duduk berduaan bersama Sam, itu adalah sebuah malapetaka bagi Jihan."Ayo minum tehnya!" sambil mengangkat gelas minumannya, Sam berkata pada Jihan. "Teh di sini sangat enak, sayang jika kamu lewatkan," lanjutnya dengan polos. Seperti tidak mengenal lelah, Sam masih saja bersikap sama pada Jihan. Penuh ambisi untuk mendapatkan perhatian wanita itu.Sudah tentu Jihan mengabaikan ucapan Sam. Alih-alih minum bersama, dia langsung bertanya pada intinya. "Malam itu, bukankah kamu yang mengantarkan aku ke rumah sakit?" tanya Jihan dengan penuh selidik. Jihan ingat bagaimana perjuangan Sam yang masih datang membujuknya meski kondisinya dalam keadaan hamil. Dalam kondisi kurang fit juga Jihan terpaksa dilarikan ke rumah sakit hingga harus melahirkan secara prematur.Seperti biasa, Sam selalu terlihat tenang. Tidak ada perasaan bersalah dalam dirinya. Setelah meletakkan gelas di atas meja, dia berkata pelan, "Ya, aku lah yang memb

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Pertemuan Yang Ingin Dihindari

    Jihan sontak menghentikan langkahnya. Suara pria di depan sana terdengar familiar baginya. Dan sejujurnya, dia sudah tidak ingin bertatap muka lagi dengan pria yang sangat dibencinya itu. Akan tetapi, ketika ingatan Jihan tertuju pada anaknya, sesuatu yang mengganjal dalam dirinya kembali berkecamuk. Ada satu hal yang membuat Jihan harus bertemu kembali dengan pria itu. "Ada apa, Jihan?" bibi Mary menegur saat melihat Jihan mematung. "Bagaimana kalau aku tunggu di luar saja, Bibi?" Jihan beralasan, lalu berpura-pura sibuk memandangi ponselnya. "Kenapa?" Tidak ingin membuat kegaduhan di depan bibi Mary, Jihan kembali membuat alasan yang baru. "Aku lupa, ternyata ada banyak pesan yang harus segera aku balas. Biarlah bibi sendiri yang masuk ke dalam, aku akan menunggumu di luar." "Kamu tidak bohong kan?" bibi Mary mulai terlihat curiga dengan gelagat Jihan. "Kamu tidak sedang menghindar dari tamu itu?" "Tentu saja tidak, Bibi." Jihan melebarkan senyumnya yang lembut, lalu

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Dari Kota Yang Sama

    "Aku salut melihat kesetiaanmu, begitu banyak datang tawaran padamu, tapi kamu masih saja bertahan dengan Alex," kata Ariel yang sudah berulang kali mempengaruhi Jihan. "Aku tidak tertarik," hanya itu yang diucapkan Jihan. Dia berjalan cepat menuju mobil. "What ...?" Ariel tercengang dengan pengakuan singkat itu. "Dihadiahkan pulau dan uang ratusan milyar masih tidak membuatmu tertarik." Karena Jihan telah meninggalkannya, Ariel pun mengejar. Baik Jihan dan Ariel sama-sama duduk di bangku penumpang. Seorang sopir mengemudikan mobil setelah Ariel memberi perintah. Jihan dengan pikirannya sendiri membuang muka ke samping. Dia terlalu bosan untuk membicarakan masalah kesetiaan mereka pada Alex. Jika bukan karena ibunya berada di tangan Velove yang merupakan anak buah Alex, mana mungkin Jihan bertahan dan mengabdikan hidupnya untuk seorang kriminal seperti Alex. Masih penasaran, Ariel menggoda lagi. "Mengingat bisnis Alex yang tidak seluruhnya bergerak secara legal, apa kamu

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Sang Pemikat

    "Segera bawa Jihan keluar dari negara itu!" Melalui panggilan telepon, Alex memberi perintah pada Simon."Kenapa begitu, Lex?" Simon protes. Masih ada tugas yang harus mereka kerjakan dan sebagai salah satu pelatih Jihan, dia rasa wanita itu adalah orang yang pantas untuk menjalankan misi berikutnya."Turuti saja perintah dariku, tidak usah banyak tanya!" Setelah mengatakan itu, Alex memutuskan panggilan secara sepihak. Dia sangat mengenal perangai Bram yang dulu. Pria itu sangat berambisi untuk mendapatkan wanita yang diinginkannya. Karena sejak awal hubungan mereka terjalin dengan baik, Alex pun tidak ingin bermasalah dengan temannya itu.Pada sore hari, Bram dan Mikha tiba di kota Bangaria. Keduanya disambut oleh anggota keluarga dengan sukacita."Akhirnya kamu pulang juga." Freya memeluk putri bungsunya itu. "Mama sangat mengkhawatirkanmu selama setahun ini, kamu bahkan melarang kami untuk mengunjungimu, entah apa maksudmu melakukan hal bodoh itu," lanjutnya dengan sedikit kesal

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Tidak Ada Satu Orang Pun Yang Boleh Merebut Jihan

    "Untuk apa kamu melihatnya?" Jihan menegur dengan kesal. "Apa kamu tidak pernah melihat orang yang berciuman?" "Aku hanya memastikan saja." Ariel tersenyum hambar melihat ekspresi Jihan."Memastikan apa maksudmu?" Jihan semakin geram dengan sikap rekannya itu."Aku kira pria itu sungguh-sungguh menyukaimu tadi, tapi ternyata perasaannya sangat cepat berubah." Ariel menghidupkan mesin mobil dan bersiap meluncur.Sedangkan Jihan bersandar santai sambil melipat kedua tangan di dada. "Kurang kerjaan saja." Seperti apapun perasaan Jihan saat ini, dia berusaha menekan emosinya di hadapan Ariel.Ketika hendak mendaratkan sebuah ciuman, tiba-tiba bayangan Jihan muncul dalam pikiran Bram. Segera dia menarik dirinya untuk menjauh."Maaf ...!" ucap Bram dengan suara yang lirih."Kenapa ...?" Mikha merasa kecewa.Lagi-lagi Bram merasa sangat buruk. Berkali-kali sudah dia ingin melakukan hal yang sama, tapi selalu saja gagal. Sebuah peringatan akan selalu muncul bahwa dia tidak boleh melakukan

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Kecurigaan

    "Bukankah itu Jihan?" Mikha begitu yakin. Sebelum Bram menjawab pertanyaannya, dia sudah lebih dulu mengambil keputusan. "Tolong ambil obatku, aku mau ketemu Jihan dulu.""Ah ... baiklah." Bram tampak pasrah walau sebenarnya ingin melarang pertemuan di antara kedua wanita itu.Mikha segera berjalan mendekati Jihan. Antusias gadis itu begitu tinggi. Sebelum meninggalkan negara itu, dia ingin bertukar telepon dan juga meminta alamat Jihan di tanah air. Dengan begitu, mereka masih bisa menjalin pertemanan di lain waktu.Akan tetapi, angan itu seketika buyar tatkala Mikha melihat jaket yang dikenakan oleh Jihan. Itu sama persis dengan milik Bram saat mereka memasuki rumah sakit tersebut."Kenapa Jihan memakai jaket Kak Bram? Bukannya tadi Kak Bram bilang sedang dilaundry?" Sembari berpikir, langkah Mikha terhenti sesaat. Dia ingat Bram menggunakan jaket, sedangkan Jihan hanya menggunakan kemeja berwarna abu-abu. Dia juga ingat Bram menghilangkan diri tepat ketika mereka akan memasuki ru

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Ceroboh

    Bram terhenyak mendengar tuduhan Jihan. Tubuhnya membeku, namun otaknya masih berputar.Meninggalkan Jihan karena salah paham? Bram tidak merasa melakukan itu.Sudah jelas Jihan yang berkhianat, kenapa masih berpikir seolah-olah menjadi korban dalam hubungan mereka. Bahkan dalam benak seorang Bram, Jihan adalah wanita yang kejam, di mana wanita itu tega mengugurkan anak dalam kandungannya sendiri. Terlepas dari siapapun ayahnya, tidak sepantasnya Jihan membunuh darah dagingnya sendiri.Tentang Mikha, itu adalah urusan pribadi Bram. Dia tidak ingin membahasnya di depan Jihan. Namun yang membuat penasaran adalah wanita-wanita yang pernah bercinta dengan Bram di waktu sebelumnya."Apa maksud kamu mengatakan wanita-wanita sebelumnya?" Sepengetahuan Bram, dia belum pernah bercerita tentang masa lalunya pada Jihan. "Siapa yang memberitahumu?" sentak Bram tidak terima. "Apa ini alasanmu berselingkuh dariku?" tuduhnya kemudian.Dengan semua itu, Bram justru berspekulasi bahwa Jihan sengaja m

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Tampan tapi tidak berperasaan

    Sesampainya di rumah sakit, Bram buru-buru membukakan pintu untuk Mikha. Tak lupa, dia menyerahkan sebuah kartu pada gadis itu."Pergilah duluan, aku sudah mendaftarkanmu," kata Bram dengan buru-buru."Kamu mau ke mana?""Aku mau ke toilet sebentar, nanti aku akan datang menyusulmu."Dengan alasan itu, Mikha menurut saja. Dia berjalan menuju ruangan praktek dokter jantung yang biasa menangani kesehatannya. Selama menyusuri koridor rumah sakit, matanya tak berhenti melirik ke sana ke mari, berharap bertemu dengan Jihan di tempat tersebut.Sedang Bram langsung berlari mencari keberadaan Jihan. Dia masih ingat ke mana arah wanita itu melangkah.Tak lama setelah Jihan memasuki rumah sakit, Bram juga melihat kemunculan Ariel. Pria itu datang seorang diri. Wajahnya terlihat santai, namun cara berjalannya tampak buru-buru.Apa yang dilakukan Jihan selama ini?Apa yang disembunyikan Jihan? Bram semakin penasaran.Sementara itu, Jihan dibawa seorang pria menuju ruangan yang terbengkalai. Di s

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Mengikuti Jihan

    Bab 23.Tangan Ariel rasanya sudah gatal untuk menghajar seseorang. Dengan tubuhnya yang tinggi besar, dia sudah terbiasa dengan pertarungan.Sejak bertemu di dalam pesawat, Ariel sudah ingin memberi pelajaran pada Bram yang telah berani mengganggu Jihan. Biar bagaimanapun, urusan wanita itu menjadi tanggung jawabnya. Tanpa meminta izin pada Alex, Ariel bisa saja membuat perhitungan pada Bram.Jihan gelisah memikirkannya. Dia pun berkata dengan jujur. "Lupakan tentang pria tadi, ini semua hanya kesalahpahaman, dan apa yang kamu lihat tadi, semua adalah salahku. Aku yang mendatangi kekasihnya, mungkin saja dia merasa terganggu dengan kemunculanku yang tiba-tiba, jadi niat pria itu hanya untuk melindungi wanitanya," ungkap Jihan."Kamu yakin?" Ariel tidak dapat melihat hubungan kekasih antara Bram dan Mikha. "Mereka sepasang kekasih?""Itu yang dikatakan wanitanya."Di lain tempat.Bram juga sedang menginterogasi Mikha. Segala pertanyaan yang diajukannya berkaitan dengan Jihan. "Jihan

DMCA.com Protection Status