Share

Kecurigaan

Penulis: Anna Sahara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bukankah itu Jihan?"

Mikha begitu yakin. Sebelum Bram menjawab pertanyaannya, dia sudah lebih dulu mengambil keputusan. "Tolong ambil obatku, aku mau ketemu Jihan dulu."

"Ah ... baiklah." Bram tampak pasrah walau sebenarnya ingin melarang pertemuan di antara kedua wanita itu.

Mikha segera berjalan mendekati Jihan. Antusias gadis itu begitu tinggi. Sebelum meninggalkan negara itu, dia ingin bertukar telepon dan juga meminta alamat Jihan di tanah air. Dengan begitu, mereka masih bisa menjalin pertemanan di lain waktu.

Akan tetapi, angan itu seketika buyar tatkala Mikha melihat jaket yang dikenakan oleh Jihan. Itu sama persis dengan milik Bram saat mereka memasuki rumah sakit tersebut.

"Kenapa Jihan memakai jaket Kak Bram? Bukannya tadi Kak Bram bilang sedang dilaundry?"

Sembari berpikir, langkah Mikha terhenti sesaat. Dia ingat Bram menggunakan jaket, sedangkan Jihan hanya menggunakan kemeja berwarna abu-abu. Dia juga ingat Bram menghilangkan diri tepat ketika mereka akan memasuki ru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Tidak Ada Satu Orang Pun Yang Boleh Merebut Jihan

    "Untuk apa kamu melihatnya?" Jihan menegur dengan kesal. "Apa kamu tidak pernah melihat orang yang berciuman?" "Aku hanya memastikan saja." Ariel tersenyum hambar melihat ekspresi Jihan."Memastikan apa maksudmu?" Jihan semakin geram dengan sikap rekannya itu."Aku kira pria itu sungguh-sungguh menyukaimu tadi, tapi ternyata perasaannya sangat cepat berubah." Ariel menghidupkan mesin mobil dan bersiap meluncur.Sedangkan Jihan bersandar santai sambil melipat kedua tangan di dada. "Kurang kerjaan saja." Seperti apapun perasaan Jihan saat ini, dia berusaha menekan emosinya di hadapan Ariel.Ketika hendak mendaratkan sebuah ciuman, tiba-tiba bayangan Jihan muncul dalam pikiran Bram. Segera dia menarik dirinya untuk menjauh."Maaf ...!" ucap Bram dengan suara yang lirih."Kenapa ...?" Mikha merasa kecewa.Lagi-lagi Bram merasa sangat buruk. Berkali-kali sudah dia ingin melakukan hal yang sama, tapi selalu saja gagal. Sebuah peringatan akan selalu muncul bahwa dia tidak boleh melakukan

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Sang Pemikat

    "Segera bawa Jihan keluar dari negara itu!" Melalui panggilan telepon, Alex memberi perintah pada Simon."Kenapa begitu, Lex?" Simon protes. Masih ada tugas yang harus mereka kerjakan dan sebagai salah satu pelatih Jihan, dia rasa wanita itu adalah orang yang pantas untuk menjalankan misi berikutnya."Turuti saja perintah dariku, tidak usah banyak tanya!" Setelah mengatakan itu, Alex memutuskan panggilan secara sepihak. Dia sangat mengenal perangai Bram yang dulu. Pria itu sangat berambisi untuk mendapatkan wanita yang diinginkannya. Karena sejak awal hubungan mereka terjalin dengan baik, Alex pun tidak ingin bermasalah dengan temannya itu.Pada sore hari, Bram dan Mikha tiba di kota Bangaria. Keduanya disambut oleh anggota keluarga dengan sukacita."Akhirnya kamu pulang juga." Freya memeluk putri bungsunya itu. "Mama sangat mengkhawatirkanmu selama setahun ini, kamu bahkan melarang kami untuk mengunjungimu, entah apa maksudmu melakukan hal bodoh itu," lanjutnya dengan sedikit kesal

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Dari Kota Yang Sama

    "Aku salut melihat kesetiaanmu, begitu banyak datang tawaran padamu, tapi kamu masih saja bertahan dengan Alex," kata Ariel yang sudah berulang kali mempengaruhi Jihan. "Aku tidak tertarik," hanya itu yang diucapkan Jihan. Dia berjalan cepat menuju mobil. "What ...?" Ariel tercengang dengan pengakuan singkat itu. "Dihadiahkan pulau dan uang ratusan milyar masih tidak membuatmu tertarik." Karena Jihan telah meninggalkannya, Ariel pun mengejar. Baik Jihan dan Ariel sama-sama duduk di bangku penumpang. Seorang sopir mengemudikan mobil setelah Ariel memberi perintah. Jihan dengan pikirannya sendiri membuang muka ke samping. Dia terlalu bosan untuk membicarakan masalah kesetiaan mereka pada Alex. Jika bukan karena ibunya berada di tangan Velove yang merupakan anak buah Alex, mana mungkin Jihan bertahan dan mengabdikan hidupnya untuk seorang kriminal seperti Alex. Masih penasaran, Ariel menggoda lagi. "Mengingat bisnis Alex yang tidak seluruhnya bergerak secara legal, apa kamu

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Pertemuan Yang Ingin Dihindari

    Jihan sontak menghentikan langkahnya. Suara pria di depan sana terdengar familiar baginya. Dan sejujurnya, dia sudah tidak ingin bertatap muka lagi dengan pria yang sangat dibencinya itu. Akan tetapi, ketika ingatan Jihan tertuju pada anaknya, sesuatu yang mengganjal dalam dirinya kembali berkecamuk. Ada satu hal yang membuat Jihan harus bertemu kembali dengan pria itu. "Ada apa, Jihan?" bibi Mary menegur saat melihat Jihan mematung. "Bagaimana kalau aku tunggu di luar saja, Bibi?" Jihan beralasan, lalu berpura-pura sibuk memandangi ponselnya. "Kenapa?" Tidak ingin membuat kegaduhan di depan bibi Mary, Jihan kembali membuat alasan yang baru. "Aku lupa, ternyata ada banyak pesan yang harus segera aku balas. Biarlah bibi sendiri yang masuk ke dalam, aku akan menunggumu di luar." "Kamu tidak bohong kan?" bibi Mary mulai terlihat curiga dengan gelagat Jihan. "Kamu tidak sedang menghindar dari tamu itu?" "Tentu saja tidak, Bibi." Jihan melebarkan senyumnya yang lembut, lalu

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Aku Memanggil

    Jihan tidak berharap masa seperti ini terulang lagi. Kembali duduk berduaan bersama Sam, itu adalah sebuah malapetaka bagi Jihan."Ayo minum tehnya!" sambil mengangkat gelas minumannya, Sam berkata pada Jihan. "Teh di sini sangat enak, sayang jika kamu lewatkan," lanjutnya dengan polos. Seperti tidak mengenal lelah, Sam masih saja bersikap sama pada Jihan. Penuh ambisi untuk mendapatkan perhatian wanita itu.Sudah tentu Jihan mengabaikan ucapan Sam. Alih-alih minum bersama, dia langsung bertanya pada intinya. "Malam itu, bukankah kamu yang mengantarkan aku ke rumah sakit?" tanya Jihan dengan penuh selidik. Jihan ingat bagaimana perjuangan Sam yang masih datang membujuknya meski kondisinya dalam keadaan hamil. Dalam kondisi kurang fit juga Jihan terpaksa dilarikan ke rumah sakit hingga harus melahirkan secara prematur.Seperti biasa, Sam selalu terlihat tenang. Tidak ada perasaan bersalah dalam dirinya. Setelah meletakkan gelas di atas meja, dia berkata pelan, "Ya, aku lah yang memb

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Hati Yang Hancur

    Siang itu, langit terlihat cerah, namun terangnya cahaya matahari seakan tidak mampu menyinari hati dan pikiran Jihan. Dia tampak rapuh setelah mengetahui kabar yang baru didapatkannya. Jihan yang hanya memegang map berisi setumpuk foto itu seakan sedang memikul puluhan kilo beban yang teramat berat. Setelah pandangannya mulai meredup, perlahan tubuh Jihan pun tumbang. Bruuuk. Jihan terjatuh di lantai halte, tempat dia berdiri selama beberapa menit itu. "Jihan ...!" Seorang pria berteriak sambil berlari mendekati Jihan. Dia adalah Samuel, pria yang sedari tadi mengikuti Jihan dan juga memantau pergerakan wanita itu dari jarak yang tidak terlalu jauh. Setelah mendapat pengobatan seadanya, Jihan tersadar dan mendapati dirinya berada di sebuah bilik. Entah rumah milik siapa, dia tidak mengenalnya sama sekali. Ruangan itu cukup mewah dan Jihan tidak dapat mengenali tempat tersebut. "Di mana aku?" Sambil memijit kepalanya, Jihan berusaha mengangkat tubuhnya. "Siapa yang mem

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Terlilit Hutang

    Tidak seperti yang diharapkan Jihan, Bram justru melewati istrinya ketika akan memasuki rumah kontrakan tersebut. Aura yang dipancarkan pria itu juga terlihat berbeda dari hari sebelumnya. Mereka seperti orang asing saja, bertemu tanpa saling bertegur sapa. "Bram ...!" Jihan segera mengejar suaminya. Dia juga berusaha menepis prasangka buruknya saat ini agar bisa bicara dengan kepala dingin. Tampak jika Bram mempercepat langkahnya menuju kamar. Di sana dia mengeluarkan beberapa lembar pakaian dan langsung memasukkannya ke dalam koper mini. "Bram ... kamu mau ke mana?" Jihan bertanya dengan khawatir. Dia belum mendapat penjelasan apapun, tapi suaminya sudah lebih dulu mengabaikannya. Apa lagi yang terjadi? "Aku ada urusan penting." Bram menarik seretan koper miliknya. Setelah itu, dia menatap Jihan yang nyaris menangis. "Tidak usah menghubungiku dulu, kepergianku sekaligus untuk menenangkan diri." "Menenangkan diri?" Jihan menatap heran suaminya. Harusnya dia yang butuh p

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Hamil

    Tidak hanya terkejut, Jihan juga shock berat mendengar pengakuan ibunya. Tubuhnya lemas seketika dan dia terduduk lesu di samping ayahnya. Saat itu juga, perut Jihan terasa keram, tapi rasa sakitnya segera ditepis akibat terlalu fokus memikirkan keadaan orang tuanya."Hutang apa saja itu, Bu?" Jihan menangis sambil bertanya pada ibu dan ayahnya. "Kenapa kalian sampai berhutang sebanyak itu? Dari mana kita bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?"Sona merasa bersalah. Dia bersimpuh di hadapan putrinya. "Maafkan ibu, Jihan, ini salah ibu, harusnya ibu tidak mengizinkan ayahmu melakukan semua itu?""Apa maksud Ibu?" Jihan bingung dengan pengakuan ibunya yang berbelit-belit.Karena merasa iba dengan putrinya, Sona yang tidak punya pilihan lagi akhirnya mengakui segala perbuatan suaminya yang selama ini ditutup-tutupi dengan rapat. Dengan pengakuan ini, dia juga berharap jika Jihan akan menerima salah satu pria yang telah membuat janji dengan suaminya."Apa-apaan ini, Bu?"

Bab terbaru

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Aku Memanggil

    Jihan tidak berharap masa seperti ini terulang lagi. Kembali duduk berduaan bersama Sam, itu adalah sebuah malapetaka bagi Jihan."Ayo minum tehnya!" sambil mengangkat gelas minumannya, Sam berkata pada Jihan. "Teh di sini sangat enak, sayang jika kamu lewatkan," lanjutnya dengan polos. Seperti tidak mengenal lelah, Sam masih saja bersikap sama pada Jihan. Penuh ambisi untuk mendapatkan perhatian wanita itu.Sudah tentu Jihan mengabaikan ucapan Sam. Alih-alih minum bersama, dia langsung bertanya pada intinya. "Malam itu, bukankah kamu yang mengantarkan aku ke rumah sakit?" tanya Jihan dengan penuh selidik. Jihan ingat bagaimana perjuangan Sam yang masih datang membujuknya meski kondisinya dalam keadaan hamil. Dalam kondisi kurang fit juga Jihan terpaksa dilarikan ke rumah sakit hingga harus melahirkan secara prematur.Seperti biasa, Sam selalu terlihat tenang. Tidak ada perasaan bersalah dalam dirinya. Setelah meletakkan gelas di atas meja, dia berkata pelan, "Ya, aku lah yang memb

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Pertemuan Yang Ingin Dihindari

    Jihan sontak menghentikan langkahnya. Suara pria di depan sana terdengar familiar baginya. Dan sejujurnya, dia sudah tidak ingin bertatap muka lagi dengan pria yang sangat dibencinya itu. Akan tetapi, ketika ingatan Jihan tertuju pada anaknya, sesuatu yang mengganjal dalam dirinya kembali berkecamuk. Ada satu hal yang membuat Jihan harus bertemu kembali dengan pria itu. "Ada apa, Jihan?" bibi Mary menegur saat melihat Jihan mematung. "Bagaimana kalau aku tunggu di luar saja, Bibi?" Jihan beralasan, lalu berpura-pura sibuk memandangi ponselnya. "Kenapa?" Tidak ingin membuat kegaduhan di depan bibi Mary, Jihan kembali membuat alasan yang baru. "Aku lupa, ternyata ada banyak pesan yang harus segera aku balas. Biarlah bibi sendiri yang masuk ke dalam, aku akan menunggumu di luar." "Kamu tidak bohong kan?" bibi Mary mulai terlihat curiga dengan gelagat Jihan. "Kamu tidak sedang menghindar dari tamu itu?" "Tentu saja tidak, Bibi." Jihan melebarkan senyumnya yang lembut, lalu

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Dari Kota Yang Sama

    "Aku salut melihat kesetiaanmu, begitu banyak datang tawaran padamu, tapi kamu masih saja bertahan dengan Alex," kata Ariel yang sudah berulang kali mempengaruhi Jihan. "Aku tidak tertarik," hanya itu yang diucapkan Jihan. Dia berjalan cepat menuju mobil. "What ...?" Ariel tercengang dengan pengakuan singkat itu. "Dihadiahkan pulau dan uang ratusan milyar masih tidak membuatmu tertarik." Karena Jihan telah meninggalkannya, Ariel pun mengejar. Baik Jihan dan Ariel sama-sama duduk di bangku penumpang. Seorang sopir mengemudikan mobil setelah Ariel memberi perintah. Jihan dengan pikirannya sendiri membuang muka ke samping. Dia terlalu bosan untuk membicarakan masalah kesetiaan mereka pada Alex. Jika bukan karena ibunya berada di tangan Velove yang merupakan anak buah Alex, mana mungkin Jihan bertahan dan mengabdikan hidupnya untuk seorang kriminal seperti Alex. Masih penasaran, Ariel menggoda lagi. "Mengingat bisnis Alex yang tidak seluruhnya bergerak secara legal, apa kamu

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Sang Pemikat

    "Segera bawa Jihan keluar dari negara itu!" Melalui panggilan telepon, Alex memberi perintah pada Simon."Kenapa begitu, Lex?" Simon protes. Masih ada tugas yang harus mereka kerjakan dan sebagai salah satu pelatih Jihan, dia rasa wanita itu adalah orang yang pantas untuk menjalankan misi berikutnya."Turuti saja perintah dariku, tidak usah banyak tanya!" Setelah mengatakan itu, Alex memutuskan panggilan secara sepihak. Dia sangat mengenal perangai Bram yang dulu. Pria itu sangat berambisi untuk mendapatkan wanita yang diinginkannya. Karena sejak awal hubungan mereka terjalin dengan baik, Alex pun tidak ingin bermasalah dengan temannya itu.Pada sore hari, Bram dan Mikha tiba di kota Bangaria. Keduanya disambut oleh anggota keluarga dengan sukacita."Akhirnya kamu pulang juga." Freya memeluk putri bungsunya itu. "Mama sangat mengkhawatirkanmu selama setahun ini, kamu bahkan melarang kami untuk mengunjungimu, entah apa maksudmu melakukan hal bodoh itu," lanjutnya dengan sedikit kesal

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Tidak Ada Satu Orang Pun Yang Boleh Merebut Jihan

    "Untuk apa kamu melihatnya?" Jihan menegur dengan kesal. "Apa kamu tidak pernah melihat orang yang berciuman?" "Aku hanya memastikan saja." Ariel tersenyum hambar melihat ekspresi Jihan."Memastikan apa maksudmu?" Jihan semakin geram dengan sikap rekannya itu."Aku kira pria itu sungguh-sungguh menyukaimu tadi, tapi ternyata perasaannya sangat cepat berubah." Ariel menghidupkan mesin mobil dan bersiap meluncur.Sedangkan Jihan bersandar santai sambil melipat kedua tangan di dada. "Kurang kerjaan saja." Seperti apapun perasaan Jihan saat ini, dia berusaha menekan emosinya di hadapan Ariel.Ketika hendak mendaratkan sebuah ciuman, tiba-tiba bayangan Jihan muncul dalam pikiran Bram. Segera dia menarik dirinya untuk menjauh."Maaf ...!" ucap Bram dengan suara yang lirih."Kenapa ...?" Mikha merasa kecewa.Lagi-lagi Bram merasa sangat buruk. Berkali-kali sudah dia ingin melakukan hal yang sama, tapi selalu saja gagal. Sebuah peringatan akan selalu muncul bahwa dia tidak boleh melakukan

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Kecurigaan

    "Bukankah itu Jihan?" Mikha begitu yakin. Sebelum Bram menjawab pertanyaannya, dia sudah lebih dulu mengambil keputusan. "Tolong ambil obatku, aku mau ketemu Jihan dulu.""Ah ... baiklah." Bram tampak pasrah walau sebenarnya ingin melarang pertemuan di antara kedua wanita itu.Mikha segera berjalan mendekati Jihan. Antusias gadis itu begitu tinggi. Sebelum meninggalkan negara itu, dia ingin bertukar telepon dan juga meminta alamat Jihan di tanah air. Dengan begitu, mereka masih bisa menjalin pertemanan di lain waktu.Akan tetapi, angan itu seketika buyar tatkala Mikha melihat jaket yang dikenakan oleh Jihan. Itu sama persis dengan milik Bram saat mereka memasuki rumah sakit tersebut."Kenapa Jihan memakai jaket Kak Bram? Bukannya tadi Kak Bram bilang sedang dilaundry?" Sembari berpikir, langkah Mikha terhenti sesaat. Dia ingat Bram menggunakan jaket, sedangkan Jihan hanya menggunakan kemeja berwarna abu-abu. Dia juga ingat Bram menghilangkan diri tepat ketika mereka akan memasuki ru

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Ceroboh

    Bram terhenyak mendengar tuduhan Jihan. Tubuhnya membeku, namun otaknya masih berputar.Meninggalkan Jihan karena salah paham? Bram tidak merasa melakukan itu.Sudah jelas Jihan yang berkhianat, kenapa masih berpikir seolah-olah menjadi korban dalam hubungan mereka. Bahkan dalam benak seorang Bram, Jihan adalah wanita yang kejam, di mana wanita itu tega mengugurkan anak dalam kandungannya sendiri. Terlepas dari siapapun ayahnya, tidak sepantasnya Jihan membunuh darah dagingnya sendiri.Tentang Mikha, itu adalah urusan pribadi Bram. Dia tidak ingin membahasnya di depan Jihan. Namun yang membuat penasaran adalah wanita-wanita yang pernah bercinta dengan Bram di waktu sebelumnya."Apa maksud kamu mengatakan wanita-wanita sebelumnya?" Sepengetahuan Bram, dia belum pernah bercerita tentang masa lalunya pada Jihan. "Siapa yang memberitahumu?" sentak Bram tidak terima. "Apa ini alasanmu berselingkuh dariku?" tuduhnya kemudian.Dengan semua itu, Bram justru berspekulasi bahwa Jihan sengaja m

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Tampan tapi tidak berperasaan

    Sesampainya di rumah sakit, Bram buru-buru membukakan pintu untuk Mikha. Tak lupa, dia menyerahkan sebuah kartu pada gadis itu."Pergilah duluan, aku sudah mendaftarkanmu," kata Bram dengan buru-buru."Kamu mau ke mana?""Aku mau ke toilet sebentar, nanti aku akan datang menyusulmu."Dengan alasan itu, Mikha menurut saja. Dia berjalan menuju ruangan praktek dokter jantung yang biasa menangani kesehatannya. Selama menyusuri koridor rumah sakit, matanya tak berhenti melirik ke sana ke mari, berharap bertemu dengan Jihan di tempat tersebut.Sedang Bram langsung berlari mencari keberadaan Jihan. Dia masih ingat ke mana arah wanita itu melangkah.Tak lama setelah Jihan memasuki rumah sakit, Bram juga melihat kemunculan Ariel. Pria itu datang seorang diri. Wajahnya terlihat santai, namun cara berjalannya tampak buru-buru.Apa yang dilakukan Jihan selama ini?Apa yang disembunyikan Jihan? Bram semakin penasaran.Sementara itu, Jihan dibawa seorang pria menuju ruangan yang terbengkalai. Di s

  • KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA   Mengikuti Jihan

    Bab 23.Tangan Ariel rasanya sudah gatal untuk menghajar seseorang. Dengan tubuhnya yang tinggi besar, dia sudah terbiasa dengan pertarungan.Sejak bertemu di dalam pesawat, Ariel sudah ingin memberi pelajaran pada Bram yang telah berani mengganggu Jihan. Biar bagaimanapun, urusan wanita itu menjadi tanggung jawabnya. Tanpa meminta izin pada Alex, Ariel bisa saja membuat perhitungan pada Bram.Jihan gelisah memikirkannya. Dia pun berkata dengan jujur. "Lupakan tentang pria tadi, ini semua hanya kesalahpahaman, dan apa yang kamu lihat tadi, semua adalah salahku. Aku yang mendatangi kekasihnya, mungkin saja dia merasa terganggu dengan kemunculanku yang tiba-tiba, jadi niat pria itu hanya untuk melindungi wanitanya," ungkap Jihan."Kamu yakin?" Ariel tidak dapat melihat hubungan kekasih antara Bram dan Mikha. "Mereka sepasang kekasih?""Itu yang dikatakan wanitanya."Di lain tempat.Bram juga sedang menginterogasi Mikha. Segala pertanyaan yang diajukannya berkaitan dengan Jihan. "Jihan

DMCA.com Protection Status