Share

TAMU TAK DIUNDANG

"Jangan gegabah. Tenangkan diri, Mas. Ingat jika kita menikah nggak boleh memaksakan diri."

Nami merapikan pakaiannya dan ia harus pamit detik itu juga. Bahaya jika ia terus bersama Samudra. Di bawah atap dan dilindungi dinding adalah tempat yang berbahaya untuk dua sejoli yang dimabuk asmara.

"Mas, aku pulang sekarang."

"Jangan. Nasi gorengnya belum habis."

"Udah kenyang, Mas."

Samudra menahan Nami agar tidak langsung pergi.

"Maaf, tadi aku khilaf."

Nami hanya nyengir. Sama sekali tidak ingin memperpanjang. Akan tetapi, Samudra keliru mengartikannya. Menduga jika Nami marah, karena ia berlebihan kurang ajar

"Nggak papa, Mas. Soalnya aku juga kepancing."

Malu mengakuinya. Namun Nami harus menghilangkan prasangka Samudra. Nami tidak menganggap itu sesuatu yang kurang ajar, karena Nami juga mengizinkan.

"Aku antar."

Tanpa menunggu persetujuan Nami, Samudra bergegas mengambil kunci mobil.

Perjalanan ke rumah Nami kebanyakan diisi sepi yang kikuk. Mereka tetap mengobrol, tapi Samudra
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status