"Kakak naksir Nami."Samudra membantah apa yang dikatakan Arson dengan gamblang. Samudra awalnya cuma curhat tentang mengapa dirinya suka aneh saat melihat Nami belakangan ini."Tidak seperti itu.""Ah, aku salah. Kakak memang nggak naksir Nami, tapi jatuh cinta sama Nona Nami."Arson merevisi perkataannya yang tentu saja semakin dibantah Samudra. "Apa bedanya naksir dan jatuh cinta?""Jelas beda, lah. Naksir cuma sebatas suka. Belum ugal-ugalan. Kalau jatuh cinta debarannya beda," ujar Arson yang entah mengutip ilmu dari mana. "Ini tidak sama dengan saat aku jatuh cinta dengan Raline.""Hah? Yakin sama Raline dulu cinta?" sahut Junot yang sejak tadi terkesan malas mendengarkan cerita Samudra mengenai Nami."Cinta macam apa yang nyuekkin separah itu? Kalau beneran cinta, sesibuk apapun pasti bakalan meluangkan waktu untuk ketemu. Seperti apa yang kakak lakuin ke Nami sekarang." Perkataan Junot disetujui oleh Arson."Perhatian banget sama Nami. Kirain emang udah naksir dan coba pede
“So, do you miss her, Mas Dirga?” Umang menggoda Samudra yang sudah seminggu tidak menemui Nona Nami. Tiba-tiba saja hari ini, Samudra reflek menyebut kata Nona Nami saat Umang datang ke studionya dengan wangi parfum Nami yang melekat. Tanpa menoleh, Samudra menyebut Nona Nami dengan tanda tanya diujung kalimat. Wajahnya sumringah dan seketika melunturkan senyum dengan kecewa saat yang ia lihat di ambang pintu adalah Umang. “Hey, Bim. Sudah makan? Beli sarapan dulu kita.”“Dah, Mas. Mas mandi aja sekarang. Terus temuin Kak Nami.”Umang menghempaskan dirinya di sofa dan menyomot keripik kentang yang terabaikan di meja. “kamu ingin rekaman, Bim?”“Santai, lah, Mas Dirga.” Umang tampaknya ingin membuat Samudra semakin ingin kepikiran Nami. “Kata Kak Junot, Mas Dirga udah punya lagu baru sealbum, ya?”“Jangan memanggilku seperti itu, Bim.”“Kenapa? Yang boleh manggil begitu, si Kak Nami aja, ya?” Umang tertawa penuh kemenangan saat wajah Samudra memerah sampai ke telinganya. “Terim
“Mas?”“Maaf, Nona! Maksud saya setirnya cantik.”Samudra ingin menepuk mulutnya yang sudah menyeletuk tidak tahu diri. Memang yang ia katakan secara spontan tadi adalah kata pujian yang baik. Akan tetapi, tetap saja Samudra terlanjur malu sampai harus mengklarifikasi. Nami yang mendengar penjelasan lebih lanjut itu hanya tersenyum maklum. “Apa kabar, Mas Dirga? Seminggu nggak ada kabar. Oh, iya. Konser Squirrel Crush di New City International Studion udah dirilis infonya di semua sosial media resmi Squirrel Crush dan Ocean Entertainment.”“Tiketnya nona masih ada, bukan? Nona harus meluangkan waktu saat itu untuk melihat penampilan kami.”“Pasti, lah! Kabarnya mas gimana?” Nami mengulang pertanyaannya. Tanpa sadar senyum lebar Samudra semakin sumringah. “Baik. Nona Nami ada di kost?”“Ada.”“Boleh mampir?”Nami mengangguk. Dari wajahnya seperti menahan diri untuk tidak menarik kedua sudut bibir secara berlebihan. “Saya tunggu, Mas.”“Oke. Saya akan tiba dalam beberapa menit lagi
Nami tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa sepanjang jalan. Samudra sungguh diluar dugaan. Tidak ada rasa malu sama sekali saat menggenjot becak yang katanya ia sewa dari seorang bapak yang sedang menunggu penumpang."Mas, pasti paparazzi yang ngintipin mas, dapat foto estetik."Meski Nami juga was-was akan keberadaan dirinya di samping Samudra. Jarak dari Indo April dan indekost tidak terlalu jauh. Selepas menurunkan belanjaan, Samudra mengembalikan becak pada pemiliknya. Tak lupa ongkos sewa dan bingkisan kecil untuk bapak yang spontan berterima kasih banyak pada Samudra. Sekembalinya Samudra ke indekost Nami. Ia langsung berdiri di depan kulkas dan mulai menyusun satu per satu minuman, es krim, coklat, dan belanjaan lain yang sekiranya muat di kulkas kecil Nami. "Mas, kenapa ditaroh di kulkas?""Biar dingin." Samudra merapikan cemilan lain agar Nami lebih gampang memilih dan tidak makan tempat. "Saya minta kantongan plastik dulu sama Pak Sarkojin.""Untuk apa kantongan p
("Ayah, ibu, Kak Benua.")("Aku melakukan kesalahan besar hari ini terhadap Nona Nami.")("Aku sudah meminta maaf secara langsung dan lewat chat. Ditelepon juga. Sayangnya tidak digubris.")Rasa bersalah Samudra tidak hanya dicurahkan Samudra lewat grup chat keluarga. Akan tetapi, Samudra juga berkeluh kesah hal yang sama di grup chat Squirrel Crush.JUNOT("Lah, kenapa, Kak? Jangan aneh-aneh. Mulai besok kita udah nambah jam latihan buat konser dan persiapan tampil di nikahannya Raline.")ARI("Coba cerita detailnya gimana? Kakak ngapain si nona?")SAMUDRA("Aku merendahkan dia. Dia enggan menggubris telepon dan chatku.")ARSON("Merendahkan gimana, Kak? Kakak ngatain dia?")BIMA("Kakak nggak mungkin menghina orang lain. Kak Nami salah paham aja pasti, kan?")Samudra sulit untuk bicara jujur tentang apa yang ia perbuat pada Nami. Tidak hanya teman-temannya yang menunggu penjelasannya. Ayah, ibu, dan kakaknya juga sedang menunggu. Semuanya membutuhkan cerita yang lebih detail.IBU("
Bertemu dan meminta maaf? Nyatanya tidak segampang itu. Nami malah melakukan hal yang tidak dibayangkan oleh Samudra. Semua akses Samudra diblokir. Tidak hanya whatsapp. Sosial media sampai telepon biasa pun diblokir.Nami menjalani hidup usai ciuman dengan perasaan yang galau. Bukannya bahagia, karena hatinya sendiri yakin bila Samudra saat itu hanya terbawa suasana. Nami tentu sadar diri sampai sesedih itu.Nami menyesali hati yang memilih Samudra.Samudra itu layaknya sosok sempurna yang mungkin tidak untuk dimiliki siapa-siapa. Dia seorang bintang dengan pemuja dimana-mana. Salah satunya adalah Nami yang entah maksud Tuhan apa malah menyajikan takdir bak roaler coaster dalam hidupnya.Dan pertemuan pertama terjadi di resepsi pernikahan Raline. Nami malu setengah mampus, karena bisa-bisanya menenteng tas hadiah dari Samudra di sana. Tidak hanya itu, Nami harus menghadapi Chef David dan Davin juga di sana. "Setelah ini saya diberi libur seminggu. Nona punya waktu bertemu?" ucap C
Apa mentang-mentang Nami berada di pesta pernikahan, jadi sudah ada tiga pria single yang mendadak membicarakan pernikahan?"Nona, saya sudah merenungi perasaan saya. Sepertinya ... ah, tidak! Saya yakin jika saya telah jatuh hati pada nona."Nami mendengar pengakuan Samudra dengan teramat jelas. Kebetulan juga tadi pagi sebelum berangkat ke pesta pernikahan Raline dan Rauf, ia menyempatkan untuk membersihkan kotoran telinganya."Apa, Mas?"Ah, Nami mendadak khawatir kalau telinganya otomatis kehilangan fungsi. Siapa tau tadi hanyalah tipuan otak yang menghasilkan halusinasi."Apa nona bersedia menerima perasaan saya?"Nami tidak salah dengar. Jadi kegalauannya selama beberapa hari ini hanyalah buah dari overthinking yang tidak dicrosscheck semata?"Mas, jangan bercanda." kekeh Nami yang siap mengguyur Samudra dengan segelas air jika memang pria itu melakukan prank.Ya. Nami akan melakukan adegan yang sering ia lihat di ftv azab tersebut, saat adegan pemeran utama prianya ketahuan se
"Kak Samudra, Raline boleh ngomong sebentar, nggak?"Nami dan Samudra selesai bicara. Mereka kembali berbaur dengan pesta yang semakin meriah. Di tengah pesta tersebut, sang mempelai wanita yang juga adalah mantan kekasih Samudra. Tiba-tiba meminta bicara dengan Samudra. Disamping Raline, berdiri suaminya yang melempar senyum pada Nami. "Ngomong soal apa, Raline?""Tentang ... Tama, Megumi, dan Jelo."Samudra mengangguk. Raline dan suaminya menepi bersama Samudra yang juga mengajak Nami. Namun Nami memilih untuk tidak terlalu mepet dengan Samudra.Nami memilih jarak aman dari pantauan orang lain. Namun ia masih bisa mendengar dengan jelas apa saja yang dibicarakan oleh Samudra dan Raline. "Soal anak-anak, aku izin mengadopsi mereka.""Tidak bisa. Saya yang ingin mengadopsi mereka."Nami dan Rauf bertatapan. Keduanya bisa membaca tension yang ada antara Raline dan Samudra. Vibesnya bukan seperti dua orang yang pernah pacaran lalu putus. Namun lebih ke dua orang yang kesannya pernah