("Ayah, ibu, Kak Benua.")("Aku melakukan kesalahan besar hari ini terhadap Nona Nami.")("Aku sudah meminta maaf secara langsung dan lewat chat. Ditelepon juga. Sayangnya tidak digubris.")Rasa bersalah Samudra tidak hanya dicurahkan Samudra lewat grup chat keluarga. Akan tetapi, Samudra juga berkeluh kesah hal yang sama di grup chat Squirrel Crush.JUNOT("Lah, kenapa, Kak? Jangan aneh-aneh. Mulai besok kita udah nambah jam latihan buat konser dan persiapan tampil di nikahannya Raline.")ARI("Coba cerita detailnya gimana? Kakak ngapain si nona?")SAMUDRA("Aku merendahkan dia. Dia enggan menggubris telepon dan chatku.")ARSON("Merendahkan gimana, Kak? Kakak ngatain dia?")BIMA("Kakak nggak mungkin menghina orang lain. Kak Nami salah paham aja pasti, kan?")Samudra sulit untuk bicara jujur tentang apa yang ia perbuat pada Nami. Tidak hanya teman-temannya yang menunggu penjelasannya. Ayah, ibu, dan kakaknya juga sedang menunggu. Semuanya membutuhkan cerita yang lebih detail.IBU("
Bertemu dan meminta maaf? Nyatanya tidak segampang itu. Nami malah melakukan hal yang tidak dibayangkan oleh Samudra. Semua akses Samudra diblokir. Tidak hanya whatsapp. Sosial media sampai telepon biasa pun diblokir.Nami menjalani hidup usai ciuman dengan perasaan yang galau. Bukannya bahagia, karena hatinya sendiri yakin bila Samudra saat itu hanya terbawa suasana. Nami tentu sadar diri sampai sesedih itu.Nami menyesali hati yang memilih Samudra.Samudra itu layaknya sosok sempurna yang mungkin tidak untuk dimiliki siapa-siapa. Dia seorang bintang dengan pemuja dimana-mana. Salah satunya adalah Nami yang entah maksud Tuhan apa malah menyajikan takdir bak roaler coaster dalam hidupnya.Dan pertemuan pertama terjadi di resepsi pernikahan Raline. Nami malu setengah mampus, karena bisa-bisanya menenteng tas hadiah dari Samudra di sana. Tidak hanya itu, Nami harus menghadapi Chef David dan Davin juga di sana. "Setelah ini saya diberi libur seminggu. Nona punya waktu bertemu?" ucap C
Apa mentang-mentang Nami berada di pesta pernikahan, jadi sudah ada tiga pria single yang mendadak membicarakan pernikahan?"Nona, saya sudah merenungi perasaan saya. Sepertinya ... ah, tidak! Saya yakin jika saya telah jatuh hati pada nona."Nami mendengar pengakuan Samudra dengan teramat jelas. Kebetulan juga tadi pagi sebelum berangkat ke pesta pernikahan Raline dan Rauf, ia menyempatkan untuk membersihkan kotoran telinganya."Apa, Mas?"Ah, Nami mendadak khawatir kalau telinganya otomatis kehilangan fungsi. Siapa tau tadi hanyalah tipuan otak yang menghasilkan halusinasi."Apa nona bersedia menerima perasaan saya?"Nami tidak salah dengar. Jadi kegalauannya selama beberapa hari ini hanyalah buah dari overthinking yang tidak dicrosscheck semata?"Mas, jangan bercanda." kekeh Nami yang siap mengguyur Samudra dengan segelas air jika memang pria itu melakukan prank.Ya. Nami akan melakukan adegan yang sering ia lihat di ftv azab tersebut, saat adegan pemeran utama prianya ketahuan se
"Kak Samudra, Raline boleh ngomong sebentar, nggak?"Nami dan Samudra selesai bicara. Mereka kembali berbaur dengan pesta yang semakin meriah. Di tengah pesta tersebut, sang mempelai wanita yang juga adalah mantan kekasih Samudra. Tiba-tiba meminta bicara dengan Samudra. Disamping Raline, berdiri suaminya yang melempar senyum pada Nami. "Ngomong soal apa, Raline?""Tentang ... Tama, Megumi, dan Jelo."Samudra mengangguk. Raline dan suaminya menepi bersama Samudra yang juga mengajak Nami. Namun Nami memilih untuk tidak terlalu mepet dengan Samudra.Nami memilih jarak aman dari pantauan orang lain. Namun ia masih bisa mendengar dengan jelas apa saja yang dibicarakan oleh Samudra dan Raline. "Soal anak-anak, aku izin mengadopsi mereka.""Tidak bisa. Saya yang ingin mengadopsi mereka."Nami dan Rauf bertatapan. Keduanya bisa membaca tension yang ada antara Raline dan Samudra. Vibesnya bukan seperti dua orang yang pernah pacaran lalu putus. Namun lebih ke dua orang yang kesannya pernah
Nami reflek menjatuhkan ponselnya, karena Samudra yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Melihat semua foto yang ia ambil diam-diam dan membuatnya kaget bukan kepalang saat tertangkap basah."Maaf, Sayang."Samudra mengambil ponsel Nami dan memeriksanya. Untung saja tidak rusak. Nami merebut ponsel dan menyembunyikannya di pangkuan. Wajahnya berpaling dari Samudra, karena malu."Sayang?""Biasa aja manggilnya, Mas.""Kenapa? Kamu mau dipanggil dengan sebutan lain? Seperti panggilan sayang? Bagaimana kalau marmut? Pacarku imut seperti marmut."Nami menempelkan telapak tangannya di jidat. Nami kurang suka gaya pacaran yang memanggil satu sama lain menggunakan julukan begitu."Mas, aku kalau minta mas manggilnya seperti sebelumnya aja, bisa?""Sebelumnya? Maksudnya nona? Kau suka dipanggil seperti itu?"Nami mengangguk malu-malu,"Tidak ada yang memanggilku seperti itu sebelumnya."Samudra mau-mau saja melakukannya."Jadi nonaku sayang ... ayo, kita mengoleksi foto yang banyak mulai sekar
Konser Squirrel Crush sukses diadakan malam itu. Nami tidak pernah rasanya sebahagia itu di sepanjang hidupnya. Ia seakan-akan melepaskan beban di pundaknya dan bersenang-senang di sana. Menyanyikan lirik demi lirik bersama Mellifluous lain. Niat Nami yang tadinya ingin mengambil banyak foto dan video Squirrel Crush, terkhusus Samudra. Malah hanya mengabadikan beberapa. Nami benar-benar menjadi penonton yang menikmati penampilan Squirrel Crush yang spektakuler. ("Sini, ke backstage.")Pesan Samudra masuk ke ponsel Nami. Konser baru saja usai sekitar lima belas menit yang lalu. Nami sedang asyik berkumpul bersama mellifluous yang lain.Itu hal normal yang terjadi saat konser musik. Penggemar akan mudah akrab satu sama lain, meski sebelumnya asing. Itulah yang terjadi pada Nami sekarang.Bertemu dengan orang asing yang memiliki kesukaan dan hobi yang sama, biasanya akan mudah akrab. Dan itulah yang terjadi pada Nami.("Mas masih lama di backstage? Nggak enak sama mellifluous lain ka
("Nona, angkat teleponnya.")("Nona, kamu marah? Saya melakukan sesuatu malam tadi?")("Nona, saya minta maaf. Ayo, kita bicara!")("Nona, jangan marah. Lebih baik pukul saya kalau saya melakukan hal yang tak beradap malam tadi.")Nami menahan tawa melihat pesan beruntun dari Samudra. Nami tak bermaksud mengabaikan padahal. Dia memang baru bangun dan baru saja membuka ponsel. Makanya baru tahu bila semua pesan dari Samudra masuk beruntun ke ponsel yang baru ia aktifkan. Nami memang sebelum tidur malam tadi, mengisi baterai ponselnya yang nyaris low battery. Setelahnya Nami tidur dan baru terbangun di jam sepuluh pagi lewat sebelas menit. Nami tidak langsung membalas dan menelepon balik Samudra. Ia malah memilih mandi terlebih dahulu dan sekitar setengah jam kemudian, membuka connecting door yang menghubungkan kamar Nami dengan kamar Samudra.Ya. Mereka berada di hotel tepatnya. Malam tadi Samudra mabuk dan Rajasa mengantarnya ke hotel terdekat saja. Sekalian meminta Nami untuk men
"Nona marah?"Nami banyak diam sesudah momen yang membuatnya malu barusan. Nami menggeleng. Tentu saja ia tidak marah sama sekali. Nami hanya sibuk mengalihkan rasa malunya saja. "Kenapa diam saja? Maaf kalau membuat suasana hatinya tidak nyaman.""Eh, nggak gitu, kok, Mas."Samudra tidak sadar rupanya jika ia sudah membuat Nami super baper. Andai tidak ada orang sama sekali, pasti Nami sudah menari-nari seperti orang gila. "Aku malu, Mas." Nami mengakuinya. Mengakuinya pun juga malu-malu."Kenapa malu? Nona Nami kan memakai baju?"Nami butuh beberapa detik mencerna jawaban tidak nyambung yang berbuah pertanyaan baru tersebut. Nami tertawa, meski sedikit telat. Samudra sudah cekikikan sejak tadi. "Maksudnya aku malu, karena candaan Mas Dirga tadi.""Yang mana?" Samudra ingin sedikit menggoda Nami."Yang tadi." Nami semakin malu kalau menyebutkannya lagi. "Coba bantu aku untuk mengingatnya."Nami mencubit pelan lengan Samudra. Saat sudah jadi pacar, tak sekali dua kali Samudra men