Konser Squirrel Crush sukses diadakan malam itu. Nami tidak pernah rasanya sebahagia itu di sepanjang hidupnya. Ia seakan-akan melepaskan beban di pundaknya dan bersenang-senang di sana. Menyanyikan lirik demi lirik bersama Mellifluous lain. Niat Nami yang tadinya ingin mengambil banyak foto dan video Squirrel Crush, terkhusus Samudra. Malah hanya mengabadikan beberapa. Nami benar-benar menjadi penonton yang menikmati penampilan Squirrel Crush yang spektakuler. ("Sini, ke backstage.")Pesan Samudra masuk ke ponsel Nami. Konser baru saja usai sekitar lima belas menit yang lalu. Nami sedang asyik berkumpul bersama mellifluous yang lain.Itu hal normal yang terjadi saat konser musik. Penggemar akan mudah akrab satu sama lain, meski sebelumnya asing. Itulah yang terjadi pada Nami sekarang.Bertemu dengan orang asing yang memiliki kesukaan dan hobi yang sama, biasanya akan mudah akrab. Dan itulah yang terjadi pada Nami.("Mas masih lama di backstage? Nggak enak sama mellifluous lain ka
("Nona, angkat teleponnya.")("Nona, kamu marah? Saya melakukan sesuatu malam tadi?")("Nona, saya minta maaf. Ayo, kita bicara!")("Nona, jangan marah. Lebih baik pukul saya kalau saya melakukan hal yang tak beradap malam tadi.")Nami menahan tawa melihat pesan beruntun dari Samudra. Nami tak bermaksud mengabaikan padahal. Dia memang baru bangun dan baru saja membuka ponsel. Makanya baru tahu bila semua pesan dari Samudra masuk beruntun ke ponsel yang baru ia aktifkan. Nami memang sebelum tidur malam tadi, mengisi baterai ponselnya yang nyaris low battery. Setelahnya Nami tidur dan baru terbangun di jam sepuluh pagi lewat sebelas menit. Nami tidak langsung membalas dan menelepon balik Samudra. Ia malah memilih mandi terlebih dahulu dan sekitar setengah jam kemudian, membuka connecting door yang menghubungkan kamar Nami dengan kamar Samudra.Ya. Mereka berada di hotel tepatnya. Malam tadi Samudra mabuk dan Rajasa mengantarnya ke hotel terdekat saja. Sekalian meminta Nami untuk men
"Nona marah?"Nami banyak diam sesudah momen yang membuatnya malu barusan. Nami menggeleng. Tentu saja ia tidak marah sama sekali. Nami hanya sibuk mengalihkan rasa malunya saja. "Kenapa diam saja? Maaf kalau membuat suasana hatinya tidak nyaman.""Eh, nggak gitu, kok, Mas."Samudra tidak sadar rupanya jika ia sudah membuat Nami super baper. Andai tidak ada orang sama sekali, pasti Nami sudah menari-nari seperti orang gila. "Aku malu, Mas." Nami mengakuinya. Mengakuinya pun juga malu-malu."Kenapa malu? Nona Nami kan memakai baju?"Nami butuh beberapa detik mencerna jawaban tidak nyambung yang berbuah pertanyaan baru tersebut. Nami tertawa, meski sedikit telat. Samudra sudah cekikikan sejak tadi. "Maksudnya aku malu, karena candaan Mas Dirga tadi.""Yang mana?" Samudra ingin sedikit menggoda Nami."Yang tadi." Nami semakin malu kalau menyebutkannya lagi. "Coba bantu aku untuk mengingatnya."Nami mencubit pelan lengan Samudra. Saat sudah jadi pacar, tak sekali dua kali Samudra men
"Nona marah?""Udah, jumpa fans dadakannya?"Nami menunggu di mobil sampai satu jam lebih. Untung saja kunci mobil ada di tas Nami. Jadi Nami tidak harus keliling mall dulu sendirian selama menunggu Samudra."Sudah." Samudra duduk di bangku depan samping bangku kemudi yang sekarang ditempati Nami."Aku sampai habis satu episode nonton drama Korea, Mas.""Maaf, tidak tega pergi begitu saja dari sana. Banyak .... ""Gadis-gadis cantiknya? Hmmm, tadi ada yang mepet banget minta foto sampai dadanya nempel di bahu Mas Dirga.""Aku tidak notice itu. Maaf kalau membuat nona cemburu.""Siapa yang cemburu?"Nami memang sedikit kesal, tapi mau bagaimana lagi? Resiko punya pacar seorang penyanyi terkenal yang digandrungi banyak orang, terutama kaum hawa. "Padahal aku berharap nona cemburu."Nami mendengus,"Udah sering latihan, Mas. Jadi nggak bisa cemburu lagi kayaknya. Soalnya sebelum jadi pacar, aku kan jadi fans dulu. Mas Dirga sering digosipin sama orang. Plus udah pernah liat Mas Dirga sam
"Astaga, nona main togel?!"Samudra tidak tahu jika pacarnya punya hobi berjudi. Nami hanya cengengesan menanggapi keterkejutan Samudra. "Ya, Tuhan. Kata Bang Haji Rhoma Irama, judi itu haram.""Mas, kata agama mayoritas, pacaran juga haram. Apalagi ciuman." Bisa saja Nami ngelesnya. Samudra sampai kicep, karena ia seakan mendapat tamparan telak atas respon Nami barusan.Namun tetap saja Samudra tak habis pikir dengan Nami yang memenangkan togel."Kenapa main togel?" tanyanya sembari berkacak pinggang."Iseng, Mas. Ternyata menang. Padahal aku baru nyoba pertama kali.""Serius?" Samudra kira Nami memiliki sisi gelap yang baru terkuak detik itu. Samudra sedikit lega, meski tetap tidak membenarkan masalah togel yang iseng diikuti Nami. Bisa semakin tidak mendapat restu dari orang tuanya apabila Nami ketahuan suka berjudi. "Iya, Mas. Menang seratus juta."Dan yang membuat Samudra terheran-heran adalah ketika Nami tiba-tiba menangis haru."Mas, akhirnya aku bisa ngelunasin hutang.""
"Siapa dia? Kamu ngajak polisi ke sini?" tuduh si bandar togel saat membukakan pintu untuk Nami. "Bukan, Bu. Dia kakak sepupu saya. Lagi flu berat. Makanya pake masker dan syal.""Lho? Kalau sakit, kenapa pergi keluar?"Si bandar togel masih ragu akan identitas orang yang dibawa Nami. Siapa tahu polisi yang menyamar. Padahal si bandar togel sudah menyarankan agar Nami menerima uangnya langsung ditransfer saja ke rekening. Akan tetapi, Nami menolak dengan alasan repot jika harus ke bank dulu untuk mencairkan. Nami mengaku butuh uang tunai malam itu juga.Padahal sebenarnya Samudra melarang tabungan Nami tercampur dengan uang togel."Saya masih bisa jalan, Bu. Bukan sakit parah. Kasihan a-dik se-pu-pu saya kalau harus naik taksi."Samudra menekankan kata adik sepupu untuk menimpali kata kakak sepupu yang sebelumnya disebutkan Nami. "Oke. Masuk." Si ibu mempersilakan Nami dan Samudra masuk. Ruang tamu berukuran sempit diduduki lesehan oleh Nami dan Samudra. Si ibu mengambil sesuatu d
Ada yang mengatakan jika hubungan sepasang kekasih hanya romantis, manis, dan berbunga-bunga di tiga bulan pertama berpacaran.Nami meyakini itu adalah hal yang benar, karena memang ia ditampar pengalaman berulang kali dan hal itulah yang terjadi. Lantas karena begitu berpengalaman, Nami sejujurnya tidak berekspektasi terlalu tinggi akan hubungannya dengan Samudra. Jika ditanya soal keseriusan, maka Nami tentu serius. Nami tidak pernah bermain-main dalam menjalin hubungan. Sayangnya, orang lain yang suka main-main padanya. Kembali lagi, karena begitu banyak jam terbangnya. Terlebih kekasihnya kali ini adalah seorang penyanyi papan atas dengan jadwal kesibukan yang membuat Nami geleng-geleng pusing ketika melihat jadwal sang pacar. Nami telah mempersiapkan diri jika nasibnya akan sama dengan Raline nantinya. Nami tidak meragukan perasaan Samudra. Hanya saja, pertentangan yang terjadi atas hubungan mereka, membuat Nami abu-abu memikirkan rencana ke depan.Ketika Samudra ada jadwal
"Mas, udah dengar kabar tentang kehamilan Raline?"Berbulan-bulan kembali berlalu. Hubungan antara Nami dan Samudra terkesan stabil, meski jika itu dijalani oleh pasangan awam di luar sana, terkesan lambat."Oh, ya? Wah, kalau Raline hamil, semoga dia berubah pikiran untuk mengadopsi Tama, Megumi, dan Jelo."Lama kelamaan, Nami merasa seperti Raline yang dulu. Samudra yang memang super sibuk, mulai berkurang intensitas berkirim pesan, telepon, dan video callnya. "Mas serius banget mau jadi ayah angkat mereka?""Iya. Kenapa, Nona? Nona tidak setuju jadi bundanya mereka?"Samudra baru ingat jika dirinya tidak ada menanyai pendapat Nami mengenai keinginannya untuk menjadi orang tua bagi Tama, Megumi, dan Jelo. "Maaf, Sayang. Aku egois. Seharusnya aku bertanya tentang pendapatmu tentang adopsi sebelum kamu menerima perasaanku."Benak Samudra rasanya semakin semrawut. Mengapa ia melupakan kriteria penting saat mencari pendamping? Ia tidak bisa marah seandainya Nami tidak setuju dengan re
"Apa ini, Bu?"Saat jam istirahat makan siang, ibunya Samudra menemui Nami secara mendadak. Nami diajak ke cafe terdekat dari kantornya untuk makan siang. Sembari menunggu pesanan disajikan ke hadapan, ibunya Nami memberikan sesuatu kepada sang menantu."Itu tiket. Nggak mungkin kamu nggak tahu." Ibunya Samudra terkekeh kemudian.Ya. Nami tahu jika itu tiket. Namun maksudnya apa memberikan tiket kepadanya?"Kamu sama anak ibu abis bertengkar, kan? Meski sekarang udah baikan, ibu sama ayah mau ngasih dua tiket ini, biar kamu dan Samudra bisa liburan berdua. Anggap bulan madu tipis-tipis.""Bu." Nami tersenyum canggung menatap tiket dan mertuanya bergantian."Kok, ayah sama ibu repot-repot?""Nggak repot sama sekali. Ibu itu kepengen kamu dan Samudra lebih lengket aja."Nami senang, karena mertuanya untuk ke sekian kali menunjukkan kebaikannya yang hangat. Namun kali ini, Nami terpaksa menolak."Ibu, terima kasih banget sudah peduli sama kami dan sayang sama aku. Aku beruntung banget b
"Maaf soal kelakuanku di mobil."Kalau dipikir-pikir sesudah kepalanya dingin, sikap seperti tadi sungguh childish. "Mas juga minta maaf, Sayang."Samudra kapok mengambil peran untuk drama romantis setelah ini. "Harusnya aku ngerti kalau mas cuma kerja. Padahal aku masih suka dengerin lagu-lagunya mas yang dipersembahkan buat Raline dulu. Tapi anehnya aku nggak cemburu dengernya."Bahkan Samudra sempat menjadikan Raline model video klipnya. Nami masih ingat adegan per adegan romantis Samudra bersama Raline. Namun ketika otaknya memutar memori video klip tersebut, ada pertentangan yang berbeda dengan perkataannya sebelum ini."Tapi kesel, ih! Kok Mas sama Raline so sweet banget? Dibikinin lagu satu album plus dijadiin model video klip lagi."Samudra cuma bisa bengong awalnya. Sampai akhirnya ia tersadar bila harus merespon untuk menenangkan Nami yang tampaknya lelah."Sayang, lagu-laguku yang terinspirasi dari kamu, sudah melebihi dua lagu dari lagu-laguku buat Raline. Kalau kamu mau
Tak ada yang bisa menandingi bagaimana panasnya hati seorang perempuan, saat mendengar atau bersentuhan sedikit dengan kata menjijikkan bernama PELAKOR. Arsya, Arsyi, dan Leony bergerak gesit mendandani Nami agar lebih mentereng dan mencuri perhatian lebih dari Aleena Kalila acara menonton bersama episode satu yang tayang serempak hari ini. “Aku sudah mengetahui tentang semua yang dikenakan Aleena hari ini. Pemilik butik tempatnya membeli gaun, berhubungan baik dengan Kiano.” Arsya merasa bangga dan puas hati, karena bisa mendapatkan gaun yang lebih wah, tidak norak, tapi tetap elegan untuk Nami. “Hair stylistnya Aleena pun, aku mengenalnya,” sambung Arsya yang memang untuk urusan seputar fashion, sudah tentu memiliki koneksi yang luas. Itu dikarenakan pekerjaannya yang memang berkutat di bidang tersebut. Nami hari itu sungguh tampil maksimal. Perutnya yang sudah sedikit membuncit tidak menjadi halangan untuknya mengenakan gaun berwarna biru malam dengan aksen manik-manik gemerlap
Syuting sudah usai. Samudra dan Nami yang sempat berseteru dalam diam, perlahan kembali menjalin untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat dingin. Nami gerah dan cemburu mengetahui tak sedikit para penggemar dan netizen yang malah berpendapat terang-terangan jika Samudra dan Aleena sangat serasi. Lebih gilanya lagi, Samudra dan Aleena memiliki fanclub bentukan perempuan-perempuan sinting yang secara tidak langsung, seperti mendoakan Samudra dan Aleena menjadi pasangan real saja. Yang dilakukan Samudra sudah benar. Ia lebih intens memperhatikan Nami. Komunikasi mereka juga meningkat tajam. Bila Nami tidak cepat mengangkat panggilan dan membaca pesan, justru Samudra yang ketar-ketir. Saking tidak inginnya Samudra melihat istrinya sedih dan stress saat hamil, Samudra lebih gila lagi membagikan momen-momen manis Nami yang entah sendirian atau saat bersamanya dan acara kumpul keluarga. Gara-gara hal itu, netizen seperti terbagi-bagi menjadi beberapa kubu. Kubu pertama adalah kubu o
"Sayang, maaf soal Aleena.""Iya. Nggak papa, Mas.""Serius nggak masalah? Jangan bohong.""Kesal sebenarnya." Bahkan Nami gatal sekali ingin menjambak rambut panjang Aleena, kemudian menjedotkan kepalanya ke jalan aspal. Untung saja Nami bukan psikopat. "Tapi aku tahu kalau mas nggak bakalan tertarik. Lagian kalau mas khilaf, aku bisa tinggal angkat kaki."Samudra menelan ludahnya susah payah,"Jangan, Sayang. Masa aku khilaf? Nggak percaya aku memangnya?"Nami cuma tersenyum,"Percaya, kok. Aku cuma mau ngasih tahu aja kalau laki-laki selingkuh yang ngaku khilaf itu, nggak perlu didampingi.""Nggak, Sayang. Aku nggak akan berbuat sebodoh itu. Janji." Samudra sampai mengacungkan dua jarinya. "Iya. Iya."Nami tidak ingin membahasnya lagi. Hormon kehamilannya, membuatnya jauh lebih sensitif. "Gaya bicara kamu berubah banyak, Mas." Nami selama ini jarang menyinggung hal yang satu itu. "Emmm, mas harus terbiasa, Sayang. Dialog juga kebanyakan gaya bahasa informal. Sama kru syuting dan
Syuting untuk series drama pertama Samudra pun dimulai hari ini. Syuting hari pertama berjalan cukup lancar. Meski Samudra harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebelum ini, sebagai seorang artis, tidak dipungkiri memang urusan akting bukan hal yang pertama baginya. Namun syuting untuk series drama dengan musik video tetap ada perbedaan. Samudra harus menghapal naskah dan membangun chemistry dengan lawan mainnya lawan mainnya kali ini adalah seorang gadis bernama Aleena Kalila. Aleena memang pernah berskandal sebelumnya. Namun karena tidak terbukti, Aleena masih tetap digunakan bakatnya dalam dunia entertainment. Karena harus membangun chemistry, mau tidak mau samudra dan Aleena diharuskan lebih dekat agar proses syuting berjalan dengan baik.Tentu saja semuanya dilakukan dengan profesional. Hubungan antara Samudra dengan pemain lain dan para staf pun sangat bersahabat.Samudra juga beberapa kali mendapatkan kiriman food truck dari Mellifluous juga dari teman-teman satu grupny
“Nami.” “Eh, Arsya.” Namun Nami segera merevisi panggilannya,”Bu Arsya, selamat siang. Pak Kiano ada di dalam.” “Ck! Aku mau ngobrol bentar sama kamu. Nggak usah manggil ibu gitu, ah. Aneh dengarnya.”Nami belum mengiyakan, tapi Arsya sudah menariknya agar berdiri dari kursi kerjanya. Nami digandeng, dibawa ke cafetaria kantor. “Eh, ada Arsyi sama Leony juga. Ini mau ada apaan?”Nami akhirnya duduk bergabung bersama tiga sahabatnya. Nami merasa heran, karena ketiga temannya menatapnya dengan tatapan aneh. “Nami, kamu serius ngizinin Samudra main drama series?” tanya Leony memulai rapat dadakan yang entah bertujuan untuk apa. “I-iya.” Nami semakin heran jika pertemuan itu dilakukan hanya untuk membahas Samudra akan memulai debut akting di drama series. “Kenapa, Nam?” tanya Arsyi dengan kening berkerut dalam. “Ya, nggak kenapa-napa banget. Tapi justru kalian kenapa, deh?” “Nam, kamu harus larang Samudra. Mumpung belum syuting.” Arsya mendesak. Nami malah semakin tidak mengerti d
"Eh, tumben ada kembang api."Sebelum mereka kembali ke hotel, Nami dan samudra memutuskan untuk jalan-jalan di pusat keramaian di kota Seoul.Selain mereka, penduduk lokal juga banyak yang memilih untuk nongkrong di sana. Pertokoan dan tempat makan, lengkap ada di lokasi tersebut. Mungkin itu alasan lokasi tersebut ramai pengunjung."Mungkin ada perayaan."Samudra menggenggam erat tangan Nami. Mereka mendongak, menikmati pancaran kembang api yang berkilauan di atas sana. Banyak yang merekam momen indah tersebut, tak terkecuali Nami yang dengan cepat mengambil ponselnya. Otomatis pegangan tangan mereka terlepas. Samudra pun yang tidak ingin Nami tersenggol kerumunan, menarik pinggangnya untuk lebih rapat. Suasana yang indah itu, mampu membuat Samudra terbawa perasaan. Bukannya menikmati kembang api yang sedang mempercantik angkasa sekaligus menambahkan kadar polusi. Samudra memilih untuk memandangi sang istri yang sibuk merekam sembari menonton pertunjukkan kembang api. Berawal da
“Jangan diikat.”Samudra merebut ikat rambut Nami yang baru saja ingin disematkan sang istri ke rambut. “Kenapa, sih, Mas?”“Dingin. Rambutmu sudah pendek. Untuk apa diikat?”Memang tidak ada alasan khusus, tapi Nami heran saja pada Samudra yang melarangnya mengikat rambut. “Aku tidak suka lehermu dilihat oleh pria lain. Terutama tour guide kita.”Nami tidak begitu suka pria pencemburu sebenarnya. Tapi harus ia akui bila kejujuran Samudra serasa menggelitik dadanya. Senang juga dicemburui ternyata. “Ya, udah, Mas. Nggak jadi ngikat rambut.” “Oke. Kita pulang dulu istirahat. Besok jadi ke Namsan Tower?”“Jadi, dong. Aku mau gembokin namaku sama mas.”“Oh, tidak jadi dengan Kim Seokjin?”“Ih, Mas! Cuma bercanda. Jangan jealous.”Sesampainya di hotel. Bukannya istirahat, mereka kembali melakukan hubungan suami istri layaknya pengantin baru yang baru dimabuk cinta. Benar ternyata. Yang membuat mereka tidak enjoy saat bercinta, karena fisik dan pikiran mereka sudah lelah akibat bekerj