"Nggak, Mas. Aneh, tau! Masa Pak Sony nggak bisa mengusahakan biar Mas Dirga nggak diperlakukan begitu? Alasan dihapus dari line up juga subjektif banget. Nggak adil banget buat mas."Nami ingin menangis. Matanya sudah berkaca-kaca. Selama ini Nami cukup banyak menahan diri setelah membaca banyak berita yang menurutnya simpang siur saja. Pemberitaan buruk soal Samudra, semakin membludak belakangan ini. Apalagi setelah Samudra ketahuan jalan berdua bersamanya waktu itu. Instagram, twitter, tiktok, sampai facebook sekalipun, ramai menjadi perbincangan tentang hal itu. "Mas, ini efek yang kita ketahuan itu, kan?"Nami juga membaca thread di twitter tentang kecurigaan yang terkumpul dari salah satu akun asing mengenai pacar misterius Samudra. Itu dimulai dari kaos kaki pink bermotif alpaca di studio Samudra yang tertangkap kamera. Kemudian ketika Samudra yang menggendong Nami di malam Nami menjadi korban Pak Kaze. Dan banyak kecurigaan lain yang sebenarnya sudah ramai dibicarakan ti
"Kalian meminta aku home tour?"Samudra menggeleng,"Kita lihat nanti."Samudra terus bercerita tentang kegiatannya belakangan ini. Matanya tak lepas dari membaca komentar dan berharap jika komentar yang ditunggu muncul. Cukup sulit memang. Sering kata-kata Samudra terputus di tengah jalan, karena komentar yang ia baca cukup membuatnya kehilangan konsentrasi."Banyak komentar yang aneh di sini."Beberapa kali Samudra membaca komentar yang memintanya untuk membuka pakaian. Ada yang menanyai penyebab dirinya dihapus dari line up New City Festival. Ada juga yang menuliskan komentar dengan menanyakan keberadaan Lolita Jessica. Lolita Jessica adalah penyanyi dangdut yang sedang ramai dirumorkan pacaran dengan Samudra, karena dianggap memiliki ciri-ciri yang sama dengan Nami. Ah, Samudra sampai lelah rasanya akibat terlalu sering digosipkan dengan penyanyi dangdut. Berulang kali Samudra berinteraksi dengan penyanyi perempuan genre musik yang lain, tidak ada yang sampai jadi gosip. Mala
"Kenapa aku tidak dibangunkan?"Samudra tanpa rencana untuk tidur saat live. Itu jelas berlebihan dan ia harus menghadapi banyak pertanyaan serta teguran dari agensi."Agensi marahin mas? Berlebihan banget kalau sampai marah. Mas tidur juga normal-normal aja. Nggak mendengkur, nggak ngiler, nggak ngigau.""Tetap saja jadi too much information."Nami hanya tidak tega membangunkan Samudra yang tidur begitu nyenyak. Apalagi saat memandang wajah Samudra yang terlelap, Nami bisa menatap gurat lelah di wajah tampannya."Maaf, Mas." Nami tidak ingin berseteru. Tidur saat live memang berlebihan, Nami akui."Aku yang maaf." Nah, loh?"Harusnya aku matikan livenya. Bukan memaksakan diri untuk terus lanjut membaca komentar mellifluous."Nami tersenyum maklum. Sama sekali tidak mengambil hati dengan apa yang diucapkan Samudra barusan."Udah liat di internet? Dampaknya positif, lho. Nggak ada yang ngata-ngatain kamu, Mas."Samudra takut memeriksa ponsel. Namun ia harus melakukannya, karena banyak
"Jangan gegabah. Tenangkan diri, Mas. Ingat jika kita menikah nggak boleh memaksakan diri."Nami merapikan pakaiannya dan ia harus pamit detik itu juga. Bahaya jika ia terus bersama Samudra. Di bawah atap dan dilindungi dinding adalah tempat yang berbahaya untuk dua sejoli yang dimabuk asmara. "Mas, aku pulang sekarang." "Jangan. Nasi gorengnya belum habis.""Udah kenyang, Mas."Samudra menahan Nami agar tidak langsung pergi. "Maaf, tadi aku khilaf."Nami hanya nyengir. Sama sekali tidak ingin memperpanjang. Akan tetapi, Samudra keliru mengartikannya. Menduga jika Nami marah, karena ia berlebihan kurang ajar"Nggak papa, Mas. Soalnya aku juga kepancing."Malu mengakuinya. Namun Nami harus menghilangkan prasangka Samudra. Nami tidak menganggap itu sesuatu yang kurang ajar, karena Nami juga mengizinkan. "Aku antar."Tanpa menunggu persetujuan Nami, Samudra bergegas mengambil kunci mobil. Perjalanan ke rumah Nami kebanyakan diisi sepi yang kikuk. Mereka tetap mengobrol, tapi Samudra
"Kok ada orang seperti mama? Udah jual rumah papa tanpa izin aku. Lari sama suaminya. Pake nipu aku. Sekarang balik dan mau tinggal bareng."Nami masih dengan sisa sedu-sedannya. Dadanya masih sesak setelah menangis lama. Samudra masih berada di kostnya Nami. Mengurungkan niat untuk pulang. "Apa jangan-jangan sebenarnya mama lagi ada masalah? Jangan-jangan bertengkar sama suaminya lagi. Makanya minggat."Keluarga mamanya hanyalah dirinya seorang. Mamanya juga tidak begitu punya teman. Makanya bisa jadi mamanya mencari tahu tentang tempat tinggal barunya sebagai pelarian, karena tidak tahu lagi harus kemana."Ah, nggak tau ah!"Nami menggaruk kasar kulit kepalanya sampai helai rambutnya berantakan."Aku durhaka, ya, Mas? Kok aku ngerasa bersalah sama mama, udah ngusir jahat banget? Mana tadi banyak yang liatin. Kalau ada yang videoin, gimana, ya, Mas? Terus videonya dimasukkin tiktok pake caption kalau aku anak kurang ajar yang udah bentak dan ngusir ibunya sendiri?"Nami tetaplah Nam
"Nanti mas viral sebagai mas-mas aneh yang bikin keributan di tempat umum. Terus Mas Dirga direscue sama pihak rumah sakit jiwa, gara-gara pihak cafe nelepon ada ODGJ lepas. Terus mas ngelawan waktu digiring, sampai masker Mas Dirga copot. Akhirnya ketahuan kalau Mas Dirga adalah Samudra Dirgantara, penyanyi terkenal yang tiba-tiba dibekuk pihak rumah sakit jiwa. Viral dan makin ribet, deh, jadinya."Samudra hanya bercanda ingin berguling-guling di lantai. "Memang kalau bercanda sama penulis novel, ada saja kemungkinannya," tanggap Samudra.Makanan yang dinanti pun tiba. Selagi makan, Nami kembali mengungkit soal penyanyi dangdut yang style berpakaiannya berubah seperti dirinya. "Beneran naksir si Lolita itu kayaknya sama mas. Pas satu acara, kalian serius nggak interaksi, walau cuma sekadar say hello?"Dari matanya, Samudra mengingat jika ada yang hal yang terlewat. "Tidak ada. Kalau sama CEO agensinya dia pernah dua kali. Itu pun membicarakan hal lain. Tidak ada membahas tentang
"Mama sekarang lagi ditimpa masalah besar, Nam. Mama punya bisnis pakaian sama tas branded. Awalnya sukses besar dan berjalan lancar. Namun ... semuanya hancur saat ada salah satu customer mama yang sadar kalau pakaian dan tas yang mama jual itu barang KW."Kata mereka, yang sering menyusahkan itu adalah anak yang gagal dididik. Kata mereka jangan hidup menyusahkan orang tua. Kata mereka, jangan membantah perkataan orang tua.Intinya kata mereka, orang tua itu selalu benar. Sayangnya, itu omong kosong bagi Nami. Justru mamanya mematahkan semua stigma yang selama ini enggan dibantah. "Mama dilaporkan ke polisi sekarang. Mama dan papa tirimu harus berpencar agar polisi nggak mudah menemukan mama."Nami lelah sekali rasanya. Energi yang barusan terisi oleh interaksinya dengan Samudra. Sekarang menyusut begitu saja. Ditambah masalah yang dibawa mamanya, Nami rasanya tidak memiliki setitik kekuatan untuk ikut campur.Akan tetapi dilema itu kembali menghampiri dengan segala pertimbangan
"Kamu sibuk?"Nami menghela napas pasrah dan cukup terpaksa mempersilakan Samudra masuk. Tiga minggu mereka tak berkomunikasi. Nami tidak datang ke festival New City yang menghadirkan Squirrel Crush sebagai bintang tamu. Nami sengaja menonaktifkan ponselnya di Hari H. Nami juga tidak ada menghubungi serta membalas pesan Samudra. Pun juga panggilan yang diabaikan. Samudra terjebak schedulle padat. Ingin berlari ke indekos Pak Sarkojin. Akan tetapi Rajasa memelototinya dan ia tak enak sesuka hati mengingat Pak Sony sudah memberinya izin menjalin hubungan lagi. "Nami, ada masalah? Are u ok? Aku sudah di sini. Siap menjadi tempat sampah kamu."Nami yang sudah mencoba tegar dan tidak menangis sama sekali, karena merasa sudah kebal menerima ujian. Nyatanya luluh jua saat disodori pertanyaan,"Ada masalah? Are u ok?"Air mata yang dikira Nami tak akan luluh lantak, kini meleleh di pipi. Tiga minggu ia menahan tangis, karena saking lelahnya untuk melakukan itu.Nami berkamuflase. Mengurung