"Kenapa aku tidak dibangunkan?"Samudra tanpa rencana untuk tidur saat live. Itu jelas berlebihan dan ia harus menghadapi banyak pertanyaan serta teguran dari agensi."Agensi marahin mas? Berlebihan banget kalau sampai marah. Mas tidur juga normal-normal aja. Nggak mendengkur, nggak ngiler, nggak ngigau.""Tetap saja jadi too much information."Nami hanya tidak tega membangunkan Samudra yang tidur begitu nyenyak. Apalagi saat memandang wajah Samudra yang terlelap, Nami bisa menatap gurat lelah di wajah tampannya."Maaf, Mas." Nami tidak ingin berseteru. Tidur saat live memang berlebihan, Nami akui."Aku yang maaf." Nah, loh?"Harusnya aku matikan livenya. Bukan memaksakan diri untuk terus lanjut membaca komentar mellifluous."Nami tersenyum maklum. Sama sekali tidak mengambil hati dengan apa yang diucapkan Samudra barusan."Udah liat di internet? Dampaknya positif, lho. Nggak ada yang ngata-ngatain kamu, Mas."Samudra takut memeriksa ponsel. Namun ia harus melakukannya, karena banyak
"Jangan gegabah. Tenangkan diri, Mas. Ingat jika kita menikah nggak boleh memaksakan diri."Nami merapikan pakaiannya dan ia harus pamit detik itu juga. Bahaya jika ia terus bersama Samudra. Di bawah atap dan dilindungi dinding adalah tempat yang berbahaya untuk dua sejoli yang dimabuk asmara. "Mas, aku pulang sekarang." "Jangan. Nasi gorengnya belum habis.""Udah kenyang, Mas."Samudra menahan Nami agar tidak langsung pergi. "Maaf, tadi aku khilaf."Nami hanya nyengir. Sama sekali tidak ingin memperpanjang. Akan tetapi, Samudra keliru mengartikannya. Menduga jika Nami marah, karena ia berlebihan kurang ajar"Nggak papa, Mas. Soalnya aku juga kepancing."Malu mengakuinya. Namun Nami harus menghilangkan prasangka Samudra. Nami tidak menganggap itu sesuatu yang kurang ajar, karena Nami juga mengizinkan. "Aku antar."Tanpa menunggu persetujuan Nami, Samudra bergegas mengambil kunci mobil. Perjalanan ke rumah Nami kebanyakan diisi sepi yang kikuk. Mereka tetap mengobrol, tapi Samudra
"Kok ada orang seperti mama? Udah jual rumah papa tanpa izin aku. Lari sama suaminya. Pake nipu aku. Sekarang balik dan mau tinggal bareng."Nami masih dengan sisa sedu-sedannya. Dadanya masih sesak setelah menangis lama. Samudra masih berada di kostnya Nami. Mengurungkan niat untuk pulang. "Apa jangan-jangan sebenarnya mama lagi ada masalah? Jangan-jangan bertengkar sama suaminya lagi. Makanya minggat."Keluarga mamanya hanyalah dirinya seorang. Mamanya juga tidak begitu punya teman. Makanya bisa jadi mamanya mencari tahu tentang tempat tinggal barunya sebagai pelarian, karena tidak tahu lagi harus kemana."Ah, nggak tau ah!"Nami menggaruk kasar kulit kepalanya sampai helai rambutnya berantakan."Aku durhaka, ya, Mas? Kok aku ngerasa bersalah sama mama, udah ngusir jahat banget? Mana tadi banyak yang liatin. Kalau ada yang videoin, gimana, ya, Mas? Terus videonya dimasukkin tiktok pake caption kalau aku anak kurang ajar yang udah bentak dan ngusir ibunya sendiri?"Nami tetaplah Nam
"Nanti mas viral sebagai mas-mas aneh yang bikin keributan di tempat umum. Terus Mas Dirga direscue sama pihak rumah sakit jiwa, gara-gara pihak cafe nelepon ada ODGJ lepas. Terus mas ngelawan waktu digiring, sampai masker Mas Dirga copot. Akhirnya ketahuan kalau Mas Dirga adalah Samudra Dirgantara, penyanyi terkenal yang tiba-tiba dibekuk pihak rumah sakit jiwa. Viral dan makin ribet, deh, jadinya."Samudra hanya bercanda ingin berguling-guling di lantai. "Memang kalau bercanda sama penulis novel, ada saja kemungkinannya," tanggap Samudra.Makanan yang dinanti pun tiba. Selagi makan, Nami kembali mengungkit soal penyanyi dangdut yang style berpakaiannya berubah seperti dirinya. "Beneran naksir si Lolita itu kayaknya sama mas. Pas satu acara, kalian serius nggak interaksi, walau cuma sekadar say hello?"Dari matanya, Samudra mengingat jika ada yang hal yang terlewat. "Tidak ada. Kalau sama CEO agensinya dia pernah dua kali. Itu pun membicarakan hal lain. Tidak ada membahas tentang
"Mama sekarang lagi ditimpa masalah besar, Nam. Mama punya bisnis pakaian sama tas branded. Awalnya sukses besar dan berjalan lancar. Namun ... semuanya hancur saat ada salah satu customer mama yang sadar kalau pakaian dan tas yang mama jual itu barang KW."Kata mereka, yang sering menyusahkan itu adalah anak yang gagal dididik. Kata mereka jangan hidup menyusahkan orang tua. Kata mereka, jangan membantah perkataan orang tua.Intinya kata mereka, orang tua itu selalu benar. Sayangnya, itu omong kosong bagi Nami. Justru mamanya mematahkan semua stigma yang selama ini enggan dibantah. "Mama dilaporkan ke polisi sekarang. Mama dan papa tirimu harus berpencar agar polisi nggak mudah menemukan mama."Nami lelah sekali rasanya. Energi yang barusan terisi oleh interaksinya dengan Samudra. Sekarang menyusut begitu saja. Ditambah masalah yang dibawa mamanya, Nami rasanya tidak memiliki setitik kekuatan untuk ikut campur.Akan tetapi dilema itu kembali menghampiri dengan segala pertimbangan
"Kamu sibuk?"Nami menghela napas pasrah dan cukup terpaksa mempersilakan Samudra masuk. Tiga minggu mereka tak berkomunikasi. Nami tidak datang ke festival New City yang menghadirkan Squirrel Crush sebagai bintang tamu. Nami sengaja menonaktifkan ponselnya di Hari H. Nami juga tidak ada menghubungi serta membalas pesan Samudra. Pun juga panggilan yang diabaikan. Samudra terjebak schedulle padat. Ingin berlari ke indekos Pak Sarkojin. Akan tetapi Rajasa memelototinya dan ia tak enak sesuka hati mengingat Pak Sony sudah memberinya izin menjalin hubungan lagi. "Nami, ada masalah? Are u ok? Aku sudah di sini. Siap menjadi tempat sampah kamu."Nami yang sudah mencoba tegar dan tidak menangis sama sekali, karena merasa sudah kebal menerima ujian. Nyatanya luluh jua saat disodori pertanyaan,"Ada masalah? Are u ok?"Air mata yang dikira Nami tak akan luluh lantak, kini meleleh di pipi. Tiga minggu ia menahan tangis, karena saking lelahnya untuk melakukan itu.Nami berkamuflase. Mengurung
"Mas Dirga, astaga! Aku kira mas sama Chef David becanda!"Nami tidak pernah semarah itu pada Samudra. Bagaimana tidak kecewa, apabila kekasihnya adu jotos dengan pria lain? "Kayak anak kecil. Kalian itu udah besar. Udah dewasa. Nggak pantes menyelesaikan masalah dengan tonjok-tonjokkan."Sekarang Nami frustasi menghilangkan lebam di dekat mata Samudra. "Ini gimana bisa hilang dalam hitungan menit coba? Mas Dirga kalau mau lakuin sesuatu itu mikir. Nanti ada yang liat, dicap berandal."Samudra diam saja saat Nami mengobati memarnya dengan salep. Dilihat-lihat, wajahnya Samudra masih cemberut total. "Nanti aku coba tutupin lebamnya pake foundation.""Maaf." Samudra bicara jua akhirnya, karena semenjak pria itu datang. Pria itu memilih bungkam saat ditanya. Lantas mengapa Nami mengetahui sebab memar di dekat mata Samudra sebagai hasil dari adu jotos dengan Chef David?Karena Chef David mengadu pada Nami soal Samudra yang mengetuk pintu rumahnya, kemudian menonjoknya duluan."Mas min
"Ada apa, Mas?"Nami ditarik Samudra ke sebuah ruangan. Karena Nami melihat tempat tidur di sana, jadi ia langsung menebak apabila ruangan itu adalah sebuah kamar."Kamu sejak tadi sibuk ngobrol sama yang lain. Aku sampai bosan menunggu."Samudra sudah memberi kode pada Nami agar memisahkan diri. Akan tetapi, susah bagi Nami untuk pergi begitu saja. Maka ketika Samudra melihat celah kesempatan, tanpa ragu Nami langsung ia tarik keluar dari perkumpulan keluarga besarnya. "Ini kamar siapa?""Kamarku."Ceklek! Nami mendengar suara pintu di belakangnya yang ditutup. "Kamu cantik."Nami tersenyum remeh. Ada-ada saja memang kelakukan pria jika menginginkan sesuatu. "Nggak, Mas. Ini rumah orang tua kamu. Ada kakak kamu dan semua keluarga besar kamu. Jangan macam-macam.""Cuma semacam." Samudra memicing,"Otak kamu jangan berpikir kotor. Aku mengajakmu ke kamar biar bisa bicara banyak sama kamu."Nami cukup malu diingatkan hal tersebut. Akan tetapi, belajar dari yang sudah-sudah. Nami ti