("Nona, angkat teleponnya.")("Nona, kamu marah? Saya melakukan sesuatu malam tadi?")("Nona, saya minta maaf. Ayo, kita bicara!")("Nona, jangan marah. Lebih baik pukul saya kalau saya melakukan hal yang tak beradap malam tadi.")Nami menahan tawa melihat pesan beruntun dari Samudra. Nami tak bermaksud mengabaikan padahal. Dia memang baru bangun dan baru saja membuka ponsel. Makanya baru tahu bila semua pesan dari Samudra masuk beruntun ke ponsel yang baru ia aktifkan. Nami memang sebelum tidur malam tadi, mengisi baterai ponselnya yang nyaris low battery. Setelahnya Nami tidur dan baru terbangun di jam sepuluh pagi lewat sebelas menit. Nami tidak langsung membalas dan menelepon balik Samudra. Ia malah memilih mandi terlebih dahulu dan sekitar setengah jam kemudian, membuka connecting door yang menghubungkan kamar Nami dengan kamar Samudra.Ya. Mereka berada di hotel tepatnya. Malam tadi Samudra mabuk dan Rajasa mengantarnya ke hotel terdekat saja. Sekalian meminta Nami untuk men
"Nona marah?"Nami banyak diam sesudah momen yang membuatnya malu barusan. Nami menggeleng. Tentu saja ia tidak marah sama sekali. Nami hanya sibuk mengalihkan rasa malunya saja. "Kenapa diam saja? Maaf kalau membuat suasana hatinya tidak nyaman.""Eh, nggak gitu, kok, Mas."Samudra tidak sadar rupanya jika ia sudah membuat Nami super baper. Andai tidak ada orang sama sekali, pasti Nami sudah menari-nari seperti orang gila. "Aku malu, Mas." Nami mengakuinya. Mengakuinya pun juga malu-malu."Kenapa malu? Nona Nami kan memakai baju?"Nami butuh beberapa detik mencerna jawaban tidak nyambung yang berbuah pertanyaan baru tersebut. Nami tertawa, meski sedikit telat. Samudra sudah cekikikan sejak tadi. "Maksudnya aku malu, karena candaan Mas Dirga tadi.""Yang mana?" Samudra ingin sedikit menggoda Nami."Yang tadi." Nami semakin malu kalau menyebutkannya lagi. "Coba bantu aku untuk mengingatnya."Nami mencubit pelan lengan Samudra. Saat sudah jadi pacar, tak sekali dua kali Samudra men
"Nona marah?""Udah, jumpa fans dadakannya?"Nami menunggu di mobil sampai satu jam lebih. Untung saja kunci mobil ada di tas Nami. Jadi Nami tidak harus keliling mall dulu sendirian selama menunggu Samudra."Sudah." Samudra duduk di bangku depan samping bangku kemudi yang sekarang ditempati Nami."Aku sampai habis satu episode nonton drama Korea, Mas.""Maaf, tidak tega pergi begitu saja dari sana. Banyak .... ""Gadis-gadis cantiknya? Hmmm, tadi ada yang mepet banget minta foto sampai dadanya nempel di bahu Mas Dirga.""Aku tidak notice itu. Maaf kalau membuat nona cemburu.""Siapa yang cemburu?"Nami memang sedikit kesal, tapi mau bagaimana lagi? Resiko punya pacar seorang penyanyi terkenal yang digandrungi banyak orang, terutama kaum hawa. "Padahal aku berharap nona cemburu."Nami mendengus,"Udah sering latihan, Mas. Jadi nggak bisa cemburu lagi kayaknya. Soalnya sebelum jadi pacar, aku kan jadi fans dulu. Mas Dirga sering digosipin sama orang. Plus udah pernah liat Mas Dirga sam
"Astaga, nona main togel?!"Samudra tidak tahu jika pacarnya punya hobi berjudi. Nami hanya cengengesan menanggapi keterkejutan Samudra. "Ya, Tuhan. Kata Bang Haji Rhoma Irama, judi itu haram.""Mas, kata agama mayoritas, pacaran juga haram. Apalagi ciuman." Bisa saja Nami ngelesnya. Samudra sampai kicep, karena ia seakan mendapat tamparan telak atas respon Nami barusan.Namun tetap saja Samudra tak habis pikir dengan Nami yang memenangkan togel."Kenapa main togel?" tanyanya sembari berkacak pinggang."Iseng, Mas. Ternyata menang. Padahal aku baru nyoba pertama kali.""Serius?" Samudra kira Nami memiliki sisi gelap yang baru terkuak detik itu. Samudra sedikit lega, meski tetap tidak membenarkan masalah togel yang iseng diikuti Nami. Bisa semakin tidak mendapat restu dari orang tuanya apabila Nami ketahuan suka berjudi. "Iya, Mas. Menang seratus juta."Dan yang membuat Samudra terheran-heran adalah ketika Nami tiba-tiba menangis haru."Mas, akhirnya aku bisa ngelunasin hutang.""
"Siapa dia? Kamu ngajak polisi ke sini?" tuduh si bandar togel saat membukakan pintu untuk Nami. "Bukan, Bu. Dia kakak sepupu saya. Lagi flu berat. Makanya pake masker dan syal.""Lho? Kalau sakit, kenapa pergi keluar?"Si bandar togel masih ragu akan identitas orang yang dibawa Nami. Siapa tahu polisi yang menyamar. Padahal si bandar togel sudah menyarankan agar Nami menerima uangnya langsung ditransfer saja ke rekening. Akan tetapi, Nami menolak dengan alasan repot jika harus ke bank dulu untuk mencairkan. Nami mengaku butuh uang tunai malam itu juga.Padahal sebenarnya Samudra melarang tabungan Nami tercampur dengan uang togel."Saya masih bisa jalan, Bu. Bukan sakit parah. Kasihan a-dik se-pu-pu saya kalau harus naik taksi."Samudra menekankan kata adik sepupu untuk menimpali kata kakak sepupu yang sebelumnya disebutkan Nami. "Oke. Masuk." Si ibu mempersilakan Nami dan Samudra masuk. Ruang tamu berukuran sempit diduduki lesehan oleh Nami dan Samudra. Si ibu mengambil sesuatu d
Ada yang mengatakan jika hubungan sepasang kekasih hanya romantis, manis, dan berbunga-bunga di tiga bulan pertama berpacaran.Nami meyakini itu adalah hal yang benar, karena memang ia ditampar pengalaman berulang kali dan hal itulah yang terjadi. Lantas karena begitu berpengalaman, Nami sejujurnya tidak berekspektasi terlalu tinggi akan hubungannya dengan Samudra. Jika ditanya soal keseriusan, maka Nami tentu serius. Nami tidak pernah bermain-main dalam menjalin hubungan. Sayangnya, orang lain yang suka main-main padanya. Kembali lagi, karena begitu banyak jam terbangnya. Terlebih kekasihnya kali ini adalah seorang penyanyi papan atas dengan jadwal kesibukan yang membuat Nami geleng-geleng pusing ketika melihat jadwal sang pacar. Nami telah mempersiapkan diri jika nasibnya akan sama dengan Raline nantinya. Nami tidak meragukan perasaan Samudra. Hanya saja, pertentangan yang terjadi atas hubungan mereka, membuat Nami abu-abu memikirkan rencana ke depan.Ketika Samudra ada jadwal
"Mas, udah dengar kabar tentang kehamilan Raline?"Berbulan-bulan kembali berlalu. Hubungan antara Nami dan Samudra terkesan stabil, meski jika itu dijalani oleh pasangan awam di luar sana, terkesan lambat."Oh, ya? Wah, kalau Raline hamil, semoga dia berubah pikiran untuk mengadopsi Tama, Megumi, dan Jelo."Lama kelamaan, Nami merasa seperti Raline yang dulu. Samudra yang memang super sibuk, mulai berkurang intensitas berkirim pesan, telepon, dan video callnya. "Mas serius banget mau jadi ayah angkat mereka?""Iya. Kenapa, Nona? Nona tidak setuju jadi bundanya mereka?"Samudra baru ingat jika dirinya tidak ada menanyai pendapat Nami mengenai keinginannya untuk menjadi orang tua bagi Tama, Megumi, dan Jelo. "Maaf, Sayang. Aku egois. Seharusnya aku bertanya tentang pendapatmu tentang adopsi sebelum kamu menerima perasaanku."Benak Samudra rasanya semakin semrawut. Mengapa ia melupakan kriteria penting saat mencari pendamping? Ia tidak bisa marah seandainya Nami tidak setuju dengan re
"Nggak, Mas. Aneh, tau! Masa Pak Sony nggak bisa mengusahakan biar Mas Dirga nggak diperlakukan begitu? Alasan dihapus dari line up juga subjektif banget. Nggak adil banget buat mas."Nami ingin menangis. Matanya sudah berkaca-kaca. Selama ini Nami cukup banyak menahan diri setelah membaca banyak berita yang menurutnya simpang siur saja. Pemberitaan buruk soal Samudra, semakin membludak belakangan ini. Apalagi setelah Samudra ketahuan jalan berdua bersamanya waktu itu. Instagram, twitter, tiktok, sampai facebook sekalipun, ramai menjadi perbincangan tentang hal itu. "Mas, ini efek yang kita ketahuan itu, kan?"Nami juga membaca thread di twitter tentang kecurigaan yang terkumpul dari salah satu akun asing mengenai pacar misterius Samudra. Itu dimulai dari kaos kaki pink bermotif alpaca di studio Samudra yang tertangkap kamera. Kemudian ketika Samudra yang menggendong Nami di malam Nami menjadi korban Pak Kaze. Dan banyak kecurigaan lain yang sebenarnya sudah ramai dibicarakan ti