“Nona tidak kepanasan, sembunyi dalam selimut begitu?”Hampir dua puluh menit mereka saling diam. Samudra berusaha mencairkan suasana kembali setelah meyakinkan hatinya jika Nami memuji barusan tidaklah harus membuatnya tergelitik seperti tadi.“Nona? Sudah tidur?”Nami tidak ada menyahut sama sekali. Mungkin benar jika gadis itu sudah tidur. Namun Samudra ingin mengetes sekali lagi.“Bagaimana pertemuan dengan editor hari ini? Katanya nona sudah diharuskan merevisi karyanya. Selamat, Nona. Saya turut bangga. Saya dan yang lain sudah tidak sabar menunggu hasil akhirnya.”Samudra mendekat tanpa suara ke tempat tidur Nami. Dengan perlahan, Samudra menyingkap selimut di bagian wajah Nami.Samudra tersenyum melihatnya. Nami memang sudah tertidur dengan bibir membuka sedikit. Lucu sekali.“Semoga kesibukan nona yang baru ini, mampu membahagiakan nona.”Samudra pun turut mengampar bed cover di lantai, tepat di depan pintu masuk. Pria itu sengaja membawanya dari studio.Sebelum Samudra berba
"Kakak naksir Nami."Samudra membantah apa yang dikatakan Arson dengan gamblang. Samudra awalnya cuma curhat tentang mengapa dirinya suka aneh saat melihat Nami belakangan ini."Tidak seperti itu.""Ah, aku salah. Kakak memang nggak naksir Nami, tapi jatuh cinta sama Nona Nami."Arson merevisi perkataannya yang tentu saja semakin dibantah Samudra. "Apa bedanya naksir dan jatuh cinta?""Jelas beda, lah. Naksir cuma sebatas suka. Belum ugal-ugalan. Kalau jatuh cinta debarannya beda," ujar Arson yang entah mengutip ilmu dari mana. "Ini tidak sama dengan saat aku jatuh cinta dengan Raline.""Hah? Yakin sama Raline dulu cinta?" sahut Junot yang sejak tadi terkesan malas mendengarkan cerita Samudra mengenai Nami."Cinta macam apa yang nyuekkin separah itu? Kalau beneran cinta, sesibuk apapun pasti bakalan meluangkan waktu untuk ketemu. Seperti apa yang kakak lakuin ke Nami sekarang." Perkataan Junot disetujui oleh Arson."Perhatian banget sama Nami. Kirain emang udah naksir dan coba pede
“So, do you miss her, Mas Dirga?” Umang menggoda Samudra yang sudah seminggu tidak menemui Nona Nami. Tiba-tiba saja hari ini, Samudra reflek menyebut kata Nona Nami saat Umang datang ke studionya dengan wangi parfum Nami yang melekat. Tanpa menoleh, Samudra menyebut Nona Nami dengan tanda tanya diujung kalimat. Wajahnya sumringah dan seketika melunturkan senyum dengan kecewa saat yang ia lihat di ambang pintu adalah Umang. “Hey, Bim. Sudah makan? Beli sarapan dulu kita.”“Dah, Mas. Mas mandi aja sekarang. Terus temuin Kak Nami.”Umang menghempaskan dirinya di sofa dan menyomot keripik kentang yang terabaikan di meja. “kamu ingin rekaman, Bim?”“Santai, lah, Mas Dirga.” Umang tampaknya ingin membuat Samudra semakin ingin kepikiran Nami. “Kata Kak Junot, Mas Dirga udah punya lagu baru sealbum, ya?”“Jangan memanggilku seperti itu, Bim.”“Kenapa? Yang boleh manggil begitu, si Kak Nami aja, ya?” Umang tertawa penuh kemenangan saat wajah Samudra memerah sampai ke telinganya. “Terim
“Mas?”“Maaf, Nona! Maksud saya setirnya cantik.”Samudra ingin menepuk mulutnya yang sudah menyeletuk tidak tahu diri. Memang yang ia katakan secara spontan tadi adalah kata pujian yang baik. Akan tetapi, tetap saja Samudra terlanjur malu sampai harus mengklarifikasi. Nami yang mendengar penjelasan lebih lanjut itu hanya tersenyum maklum. “Apa kabar, Mas Dirga? Seminggu nggak ada kabar. Oh, iya. Konser Squirrel Crush di New City International Studion udah dirilis infonya di semua sosial media resmi Squirrel Crush dan Ocean Entertainment.”“Tiketnya nona masih ada, bukan? Nona harus meluangkan waktu saat itu untuk melihat penampilan kami.”“Pasti, lah! Kabarnya mas gimana?” Nami mengulang pertanyaannya. Tanpa sadar senyum lebar Samudra semakin sumringah. “Baik. Nona Nami ada di kost?”“Ada.”“Boleh mampir?”Nami mengangguk. Dari wajahnya seperti menahan diri untuk tidak menarik kedua sudut bibir secara berlebihan. “Saya tunggu, Mas.”“Oke. Saya akan tiba dalam beberapa menit lagi
Nami tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa sepanjang jalan. Samudra sungguh diluar dugaan. Tidak ada rasa malu sama sekali saat menggenjot becak yang katanya ia sewa dari seorang bapak yang sedang menunggu penumpang."Mas, pasti paparazzi yang ngintipin mas, dapat foto estetik."Meski Nami juga was-was akan keberadaan dirinya di samping Samudra. Jarak dari Indo April dan indekost tidak terlalu jauh. Selepas menurunkan belanjaan, Samudra mengembalikan becak pada pemiliknya. Tak lupa ongkos sewa dan bingkisan kecil untuk bapak yang spontan berterima kasih banyak pada Samudra. Sekembalinya Samudra ke indekost Nami. Ia langsung berdiri di depan kulkas dan mulai menyusun satu per satu minuman, es krim, coklat, dan belanjaan lain yang sekiranya muat di kulkas kecil Nami. "Mas, kenapa ditaroh di kulkas?""Biar dingin." Samudra merapikan cemilan lain agar Nami lebih gampang memilih dan tidak makan tempat. "Saya minta kantongan plastik dulu sama Pak Sarkojin.""Untuk apa kantongan p
("Ayah, ibu, Kak Benua.")("Aku melakukan kesalahan besar hari ini terhadap Nona Nami.")("Aku sudah meminta maaf secara langsung dan lewat chat. Ditelepon juga. Sayangnya tidak digubris.")Rasa bersalah Samudra tidak hanya dicurahkan Samudra lewat grup chat keluarga. Akan tetapi, Samudra juga berkeluh kesah hal yang sama di grup chat Squirrel Crush.JUNOT("Lah, kenapa, Kak? Jangan aneh-aneh. Mulai besok kita udah nambah jam latihan buat konser dan persiapan tampil di nikahannya Raline.")ARI("Coba cerita detailnya gimana? Kakak ngapain si nona?")SAMUDRA("Aku merendahkan dia. Dia enggan menggubris telepon dan chatku.")ARSON("Merendahkan gimana, Kak? Kakak ngatain dia?")BIMA("Kakak nggak mungkin menghina orang lain. Kak Nami salah paham aja pasti, kan?")Samudra sulit untuk bicara jujur tentang apa yang ia perbuat pada Nami. Tidak hanya teman-temannya yang menunggu penjelasannya. Ayah, ibu, dan kakaknya juga sedang menunggu. Semuanya membutuhkan cerita yang lebih detail.IBU("
Bertemu dan meminta maaf? Nyatanya tidak segampang itu. Nami malah melakukan hal yang tidak dibayangkan oleh Samudra. Semua akses Samudra diblokir. Tidak hanya whatsapp. Sosial media sampai telepon biasa pun diblokir.Nami menjalani hidup usai ciuman dengan perasaan yang galau. Bukannya bahagia, karena hatinya sendiri yakin bila Samudra saat itu hanya terbawa suasana. Nami tentu sadar diri sampai sesedih itu.Nami menyesali hati yang memilih Samudra.Samudra itu layaknya sosok sempurna yang mungkin tidak untuk dimiliki siapa-siapa. Dia seorang bintang dengan pemuja dimana-mana. Salah satunya adalah Nami yang entah maksud Tuhan apa malah menyajikan takdir bak roaler coaster dalam hidupnya.Dan pertemuan pertama terjadi di resepsi pernikahan Raline. Nami malu setengah mampus, karena bisa-bisanya menenteng tas hadiah dari Samudra di sana. Tidak hanya itu, Nami harus menghadapi Chef David dan Davin juga di sana. "Setelah ini saya diberi libur seminggu. Nona punya waktu bertemu?" ucap C
Apa mentang-mentang Nami berada di pesta pernikahan, jadi sudah ada tiga pria single yang mendadak membicarakan pernikahan?"Nona, saya sudah merenungi perasaan saya. Sepertinya ... ah, tidak! Saya yakin jika saya telah jatuh hati pada nona."Nami mendengar pengakuan Samudra dengan teramat jelas. Kebetulan juga tadi pagi sebelum berangkat ke pesta pernikahan Raline dan Rauf, ia menyempatkan untuk membersihkan kotoran telinganya."Apa, Mas?"Ah, Nami mendadak khawatir kalau telinganya otomatis kehilangan fungsi. Siapa tau tadi hanyalah tipuan otak yang menghasilkan halusinasi."Apa nona bersedia menerima perasaan saya?"Nami tidak salah dengar. Jadi kegalauannya selama beberapa hari ini hanyalah buah dari overthinking yang tidak dicrosscheck semata?"Mas, jangan bercanda." kekeh Nami yang siap mengguyur Samudra dengan segelas air jika memang pria itu melakukan prank.Ya. Nami akan melakukan adegan yang sering ia lihat di ftv azab tersebut, saat adegan pemeran utama prianya ketahuan se
"Apa ini, Bu?"Saat jam istirahat makan siang, ibunya Samudra menemui Nami secara mendadak. Nami diajak ke cafe terdekat dari kantornya untuk makan siang. Sembari menunggu pesanan disajikan ke hadapan, ibunya Nami memberikan sesuatu kepada sang menantu."Itu tiket. Nggak mungkin kamu nggak tahu." Ibunya Samudra terkekeh kemudian.Ya. Nami tahu jika itu tiket. Namun maksudnya apa memberikan tiket kepadanya?"Kamu sama anak ibu abis bertengkar, kan? Meski sekarang udah baikan, ibu sama ayah mau ngasih dua tiket ini, biar kamu dan Samudra bisa liburan berdua. Anggap bulan madu tipis-tipis.""Bu." Nami tersenyum canggung menatap tiket dan mertuanya bergantian."Kok, ayah sama ibu repot-repot?""Nggak repot sama sekali. Ibu itu kepengen kamu dan Samudra lebih lengket aja."Nami senang, karena mertuanya untuk ke sekian kali menunjukkan kebaikannya yang hangat. Namun kali ini, Nami terpaksa menolak."Ibu, terima kasih banget sudah peduli sama kami dan sayang sama aku. Aku beruntung banget b
"Maaf soal kelakuanku di mobil."Kalau dipikir-pikir sesudah kepalanya dingin, sikap seperti tadi sungguh childish. "Mas juga minta maaf, Sayang."Samudra kapok mengambil peran untuk drama romantis setelah ini. "Harusnya aku ngerti kalau mas cuma kerja. Padahal aku masih suka dengerin lagu-lagunya mas yang dipersembahkan buat Raline dulu. Tapi anehnya aku nggak cemburu dengernya."Bahkan Samudra sempat menjadikan Raline model video klipnya. Nami masih ingat adegan per adegan romantis Samudra bersama Raline. Namun ketika otaknya memutar memori video klip tersebut, ada pertentangan yang berbeda dengan perkataannya sebelum ini."Tapi kesel, ih! Kok Mas sama Raline so sweet banget? Dibikinin lagu satu album plus dijadiin model video klip lagi."Samudra cuma bisa bengong awalnya. Sampai akhirnya ia tersadar bila harus merespon untuk menenangkan Nami yang tampaknya lelah."Sayang, lagu-laguku yang terinspirasi dari kamu, sudah melebihi dua lagu dari lagu-laguku buat Raline. Kalau kamu mau
Tak ada yang bisa menandingi bagaimana panasnya hati seorang perempuan, saat mendengar atau bersentuhan sedikit dengan kata menjijikkan bernama PELAKOR. Arsya, Arsyi, dan Leony bergerak gesit mendandani Nami agar lebih mentereng dan mencuri perhatian lebih dari Aleena Kalila acara menonton bersama episode satu yang tayang serempak hari ini. “Aku sudah mengetahui tentang semua yang dikenakan Aleena hari ini. Pemilik butik tempatnya membeli gaun, berhubungan baik dengan Kiano.” Arsya merasa bangga dan puas hati, karena bisa mendapatkan gaun yang lebih wah, tidak norak, tapi tetap elegan untuk Nami. “Hair stylistnya Aleena pun, aku mengenalnya,” sambung Arsya yang memang untuk urusan seputar fashion, sudah tentu memiliki koneksi yang luas. Itu dikarenakan pekerjaannya yang memang berkutat di bidang tersebut. Nami hari itu sungguh tampil maksimal. Perutnya yang sudah sedikit membuncit tidak menjadi halangan untuknya mengenakan gaun berwarna biru malam dengan aksen manik-manik gemerlap
Syuting sudah usai. Samudra dan Nami yang sempat berseteru dalam diam, perlahan kembali menjalin untuk memperbaiki hubungan mereka yang sempat dingin. Nami gerah dan cemburu mengetahui tak sedikit para penggemar dan netizen yang malah berpendapat terang-terangan jika Samudra dan Aleena sangat serasi. Lebih gilanya lagi, Samudra dan Aleena memiliki fanclub bentukan perempuan-perempuan sinting yang secara tidak langsung, seperti mendoakan Samudra dan Aleena menjadi pasangan real saja. Yang dilakukan Samudra sudah benar. Ia lebih intens memperhatikan Nami. Komunikasi mereka juga meningkat tajam. Bila Nami tidak cepat mengangkat panggilan dan membaca pesan, justru Samudra yang ketar-ketir. Saking tidak inginnya Samudra melihat istrinya sedih dan stress saat hamil, Samudra lebih gila lagi membagikan momen-momen manis Nami yang entah sendirian atau saat bersamanya dan acara kumpul keluarga. Gara-gara hal itu, netizen seperti terbagi-bagi menjadi beberapa kubu. Kubu pertama adalah kubu o
"Sayang, maaf soal Aleena.""Iya. Nggak papa, Mas.""Serius nggak masalah? Jangan bohong.""Kesal sebenarnya." Bahkan Nami gatal sekali ingin menjambak rambut panjang Aleena, kemudian menjedotkan kepalanya ke jalan aspal. Untung saja Nami bukan psikopat. "Tapi aku tahu kalau mas nggak bakalan tertarik. Lagian kalau mas khilaf, aku bisa tinggal angkat kaki."Samudra menelan ludahnya susah payah,"Jangan, Sayang. Masa aku khilaf? Nggak percaya aku memangnya?"Nami cuma tersenyum,"Percaya, kok. Aku cuma mau ngasih tahu aja kalau laki-laki selingkuh yang ngaku khilaf itu, nggak perlu didampingi.""Nggak, Sayang. Aku nggak akan berbuat sebodoh itu. Janji." Samudra sampai mengacungkan dua jarinya. "Iya. Iya."Nami tidak ingin membahasnya lagi. Hormon kehamilannya, membuatnya jauh lebih sensitif. "Gaya bicara kamu berubah banyak, Mas." Nami selama ini jarang menyinggung hal yang satu itu. "Emmm, mas harus terbiasa, Sayang. Dialog juga kebanyakan gaya bahasa informal. Sama kru syuting dan
Syuting untuk series drama pertama Samudra pun dimulai hari ini. Syuting hari pertama berjalan cukup lancar. Meski Samudra harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebelum ini, sebagai seorang artis, tidak dipungkiri memang urusan akting bukan hal yang pertama baginya. Namun syuting untuk series drama dengan musik video tetap ada perbedaan. Samudra harus menghapal naskah dan membangun chemistry dengan lawan mainnya lawan mainnya kali ini adalah seorang gadis bernama Aleena Kalila. Aleena memang pernah berskandal sebelumnya. Namun karena tidak terbukti, Aleena masih tetap digunakan bakatnya dalam dunia entertainment. Karena harus membangun chemistry, mau tidak mau samudra dan Aleena diharuskan lebih dekat agar proses syuting berjalan dengan baik.Tentu saja semuanya dilakukan dengan profesional. Hubungan antara Samudra dengan pemain lain dan para staf pun sangat bersahabat.Samudra juga beberapa kali mendapatkan kiriman food truck dari Mellifluous juga dari teman-teman satu grupny
“Nami.” “Eh, Arsya.” Namun Nami segera merevisi panggilannya,”Bu Arsya, selamat siang. Pak Kiano ada di dalam.” “Ck! Aku mau ngobrol bentar sama kamu. Nggak usah manggil ibu gitu, ah. Aneh dengarnya.”Nami belum mengiyakan, tapi Arsya sudah menariknya agar berdiri dari kursi kerjanya. Nami digandeng, dibawa ke cafetaria kantor. “Eh, ada Arsyi sama Leony juga. Ini mau ada apaan?”Nami akhirnya duduk bergabung bersama tiga sahabatnya. Nami merasa heran, karena ketiga temannya menatapnya dengan tatapan aneh. “Nami, kamu serius ngizinin Samudra main drama series?” tanya Leony memulai rapat dadakan yang entah bertujuan untuk apa. “I-iya.” Nami semakin heran jika pertemuan itu dilakukan hanya untuk membahas Samudra akan memulai debut akting di drama series. “Kenapa, Nam?” tanya Arsyi dengan kening berkerut dalam. “Ya, nggak kenapa-napa banget. Tapi justru kalian kenapa, deh?” “Nam, kamu harus larang Samudra. Mumpung belum syuting.” Arsya mendesak. Nami malah semakin tidak mengerti d
"Eh, tumben ada kembang api."Sebelum mereka kembali ke hotel, Nami dan samudra memutuskan untuk jalan-jalan di pusat keramaian di kota Seoul.Selain mereka, penduduk lokal juga banyak yang memilih untuk nongkrong di sana. Pertokoan dan tempat makan, lengkap ada di lokasi tersebut. Mungkin itu alasan lokasi tersebut ramai pengunjung."Mungkin ada perayaan."Samudra menggenggam erat tangan Nami. Mereka mendongak, menikmati pancaran kembang api yang berkilauan di atas sana. Banyak yang merekam momen indah tersebut, tak terkecuali Nami yang dengan cepat mengambil ponselnya. Otomatis pegangan tangan mereka terlepas. Samudra pun yang tidak ingin Nami tersenggol kerumunan, menarik pinggangnya untuk lebih rapat. Suasana yang indah itu, mampu membuat Samudra terbawa perasaan. Bukannya menikmati kembang api yang sedang mempercantik angkasa sekaligus menambahkan kadar polusi. Samudra memilih untuk memandangi sang istri yang sibuk merekam sembari menonton pertunjukkan kembang api. Berawal da
“Jangan diikat.”Samudra merebut ikat rambut Nami yang baru saja ingin disematkan sang istri ke rambut. “Kenapa, sih, Mas?”“Dingin. Rambutmu sudah pendek. Untuk apa diikat?”Memang tidak ada alasan khusus, tapi Nami heran saja pada Samudra yang melarangnya mengikat rambut. “Aku tidak suka lehermu dilihat oleh pria lain. Terutama tour guide kita.”Nami tidak begitu suka pria pencemburu sebenarnya. Tapi harus ia akui bila kejujuran Samudra serasa menggelitik dadanya. Senang juga dicemburui ternyata. “Ya, udah, Mas. Nggak jadi ngikat rambut.” “Oke. Kita pulang dulu istirahat. Besok jadi ke Namsan Tower?”“Jadi, dong. Aku mau gembokin namaku sama mas.”“Oh, tidak jadi dengan Kim Seokjin?”“Ih, Mas! Cuma bercanda. Jangan jealous.”Sesampainya di hotel. Bukannya istirahat, mereka kembali melakukan hubungan suami istri layaknya pengantin baru yang baru dimabuk cinta. Benar ternyata. Yang membuat mereka tidak enjoy saat bercinta, karena fisik dan pikiran mereka sudah lelah akibat bekerj