"Hiat!! Hiat!!"
Beberapa murid di perguruan Wunan sedang berlatih dengan pedang kayu, murid cilik yang rata-rata berumur 9-10 tahun itu mengerahkan tenaga mereka untuk mengayunkan pedang ke arah boneka jerami. Peluh membanjiri tubuh mereka, namun mereka belum merasa letih, guru Yao berjalan dengan tangan di belakang. Memperhatikan setiap gerakan murid cilik yang diajarnya. "Turunkan kakimu, bagaimana bisa kuat kalau pondasimu tidak benar!!" teriak guru Yao. Semua murid cilik langsung memperbaiki posisi kaki mereka, seketika terasa sangat letih namun tidak boleh mengeluh. Sementara itu dipojokan, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun memperhatikan mereka dengan sapu di tangannya. Anak laki-laki itu memiliki rambut putih, mata putih dan kulit yang pucat. Arash Adipati, wajahnya berbinar dan merasa senang ketika melihat para murid cilik berlatih. Saat berumur 8 tahun ia boleh mendaftar, Arash tak sabar menjadi bagian dari murid cilik!! karena sebentar lagi ia akan berumur 8 tahun. "Hiat!! Hiat!!" Begitu tidak ada orang, Arash berlatih dengan sapu di tangannya, seolah itu adalah pedang kayu yang ia gunakan. "Bug!!" sesorang melemparinya dengan kerikil, tepat mengenai keningnya. Arash hanya bisa mengernyit kesakitan. "Hei yatim!! Apa yang kamu lakukan?" Wan Yunan memasang wajah mengejek bersama 2 orang temannya. Dia adalah keponakan dari Wan Bingwen, salah satu ketua di perguruan Wunan dan sangat dihormati. "Sepertinya ia berlatih dengan sapu itu!!" ketika Lao Bao berkata, yang lainnya langsung tertawa menghina. "Jangan bikin malu, kamu nggak dibutuhkan disini!! Bawa pergi sapumu itu!!" ejek Halim Chao. "Aku masih harus membersihkan tempat ini..." sahut Arash, Dia berjalan menjauh tetapi Wan Yunan dan kedua temannya sepertinya tidak akan melepaskannya kali ini. "Bug!!" Kali ini, sebuah tendangan mendarat di punggung Arash. Arash terjerembab ke depan. Ia harus menahan sakit karena ada batu yang mengenai dadanya. "Jangan muncul lagi di pelataran depan, tempatmu ada di belakang sana!! Kalau aku masih melihatmu muncul, aku akan memberimu pelajaran!!" ancam Wan Yunan. "Aku nggak bisa lakukan itu, aku harus membersihkan pelataran depan... Akh!!" Belum sempat Arash menghabiskan penjelasannya kaki Halim Chao sudah menginjak kaki Arash. Arash harus menahan sakit di kakinya. "Jangan mendebat!! Atau aku patahkan kakimu ini!!" kata Halim Chao sembari memberi tekanan pada kakinya di kaki Arash. "Akh!! tolong lepaskan kakiku..." "Bug!!" Wan Yunan menendang kembali Arash di bagian dada, hingga Arash harus menahan dengan kedua tangannya. "Sampah sepertimu terlihat saja sudah cukup mengganggu, jadi setidaknya kamu harus bersembunyi agar nggak merusak tatanan di perguruan Wunan ini!! Lihatlah rambut dan mata putihmu itu, kamu seperti hantu!!" "Hahaha!! Hahaha!!" Derai tawa beberapa murid cilik lainnya terdengar, Arash hanya bisa berdiam diri. Tak ada yang bisa ia lakukan, ia masih berumur 7 tahun sedangkan lawannya sudah berumur 9-10 tahun. Mereka juga kuat karena selalu berlatih beladiri. Sedangkan Arash hanya anak yatim yang ikut menumpang bersama pamannya. Tanpa kekuatan!! Tanpa kemampuan beladiri!! "Hei!! Apa yang kalian lakukan?" Fatta datang dengan sapu di tangannya, ia telah selesai menyapu bagian dari perguruan. Melihat Arash berada di tanah membuat Fatta naik pitam. "Cuih!!" Wan Yunan meludah ke arah wajah Arash. "Ingat, jangan muncul di hadapan kami lagi yatim terkutuk!!" kata Wan Yunan, mereka lalu membubarkan diri begitu melihat Fatta mendekat. "Arash!! Kamu nggak apa? Ada yang terluka?" tanya Fatta. "Nggak apa paman, nggak ada yang luka!!" sahut Arash dengan senyum terpaksa di wajahnya. "Apa-apaan mereka, mengeroyok orang lain seperti itu!! Awas saja, akan aku laporkan kepada ketua Wan!!" kata Fatta marah. Tubuhnya yang tinggi besar dengan otot dan wajah yang sangar membuat Fatta ditakuti oleh beberapa murid cilik, tapi tetap saja ketika Fatta tidak ada mereka dengan mudahnya membully Arash. "Arash, naik ke punggung paman!!" Fatta berjongkok, hal yang Arash sukai adalah digendong pamannya, Fatta. Dengan lemah dan menahan sakit di kaki serta dadanya Arash naik ke punggung Fatta. Air mata yang tadi tertahan membuatnya menangis pilu. "Paman, aku nggak memilih hidup sebagai yatim, tapi mengapa mereka selalu mengejekku!!" "Kamu bukan yatim Arash, ibumu memang sudah meninggal, tapi ayahmu masih hidup, ayahmu adalah seorang pahlawan yang menyelamatkan alam manusia, saat ini ia hanya nggak bisa kembali, bukankah sudah berkali-kali paman tegaskan soal itu!!" kata Fatta dengan perasaan sedih. Jika mengingat pengorbanan yang keluarga Arash lakukan maka tak terasa air mata Fatta juga akan menetes. Terlebih Arash harus tumbuh tanpa kasih sayang keluarganya. Fatta berjanji akan memberikan seluruh kasih sayangnya untuk Arash. Arash hanya bisa diam, dia tak lagi bersuara. Hanya kesedihan yang kini menerpanya tanpa bisa di utarakan. "Arash, paman membuatkanmu mie ayam!! Paman juga membelikanmu batu tinta yang baru, jadi kamu bisa menggambar lagi hari ini!! Apa kita harus membeli kuas baru untukmu?" tanya Fatta, Arash tau pamannya itu berusaha menghiburnya. "Baiklah... Karena mie ayam buatan paman sangat enak, jadi aku nggak akan bersedih lagi." sahut Arash, membuat Fatta tersenyum senang. Fatta tau Arash adalah anak yang kuat. Bahkan saat bulan darah yang muncul 2-3 kali dalam setahun, Arash mampu menahan rasa sakit di tubuhnya. "Harus begitu!! Arash adalah anak dari para pahlawan, Arash juga akan menjadi kuat seperti kedua orang tuamu!!" kata Fatta dengan berdendang, memuji dan menghibur Arash adalah bagian dari rutinitas Fatta. Fatta juga selalu memanjakan Arash, berusaha mengisi kekosongan kedua orangtuanya."Arash, maafkan keponakan paman!! Ia masih belum berpikir secara matang!!" Ketua Wan Bingwen datang secara langsung meminta maaf di depan Arash, bahkan ia membuat kepala Wan Yunan menunduk malu saat ini di depan Arash. Tentu saja itu karena Fatta sudah melapor kepada Wan Bingwen. "Paman, aku sudah memaafkannya..." sahut Arash, ia bahkan terlihat tidak nyaman karena membuat Wan Yunan harus menundukkan kepala kepadanya. Wan Yunan jelas marah dan ingin memberontak, tapi Wan Bingwen pamannya mengancam kalau Wan Yunan akan dikeluarkan kalau selalu membully Arash. "Minta maaf kepada Arash, Wan Yunan!!" perintah Wan Bingwen. Wan Yunan mengepalkan tangannya, hatinya benar-benar dipenuhi dendam dan amarah, ia pasti akan membuat Arash membayarnya lain kali. Wan Yunan berbalik dan langsung berlari. "Wan Yunan!!" panggil Wan Bingwen. "Aku nggak akan pernah meminta maaf kepada yatim terkutuk!!" teriak Wan Yunan ketika berada tepat di pintu rumah Arash dan Fatta. Fatta jelas marah,
Arash memasuki asrama untuk para murid cilik, ada 3 asrama di perguruan Wunan. -Asrama murid cilik diisi oleh murid dasar yang masih muda, berumur sekitar 8-10 tahun. Jika berhasil maka mereka akan naik ke tingkat murid junior. -Asrama murid Junior diisi oleh murid yang lolos ujian secara praktek, mampu mengubah Mana menjadi aliran energi, umur mereka tidak terbatas, jika mampu sejak usia murid cilik maka ia akan loncat tingkat. Jika berhasil di tingkat murid junior maka akan naik ke tingkat murid senior. -Asrama murid senior jarang terisi, karena beberapa dari mereka akan melakukan pertualangan untuk mencari hewan spiritual yang bisa terkontrak. Bahkan terkadang ada yang menjadi murid pertukaran dengan perguruan lain jika ia mampu, sebagian lainnya akan melakukan pertualangan dan kembali jika sudah memiliki ilmu baru. Bahkan jika berhasil dalam meningkatkan ilmunya, murid senior bisa menjadi seorang guru muda. Saat ini Arash memasuki asrama murid cilik, semua anak baru berju
(Cepat hajar mereka!!) (Buat mulut yang tidak sopan itu bungkam!!) (Cepat!!) (Pukul mereka!!) (Habisi mereka!!) (Jangan diam saja, anak bodoh!!) Suara itu hanya satu, namun terdengar begitu ramai, membuat Arash merasa pusing. Seingatnya ini bukanlah hari bulan darah, bahkan masih terlampau terang untuk mengatakan kalau sekarang sudah malam. "Brukh!!" Arash menjatuhkan diri, kepalanya terasa sangat pusing hingga membuatnya mual. "Lihatlah manusia yatim terkutuk ini sangat lemah, membuatku muak melihatnya!!" kata Wan Yunan lagi, semua murid cilik yang membela Wan Yunan tentunya ikut mentertawakan kelemahan Arash. "Bie Xulai, urus dia kalau kamu mau jadi temannya!! Kurasa kalian akan sangat cocok!!" ejek Wan Yunan lagi. Dia lalu pergi dengan tawa yang menggelegar bersama kedua temannya. Sementara Arash akan muntah, ia harus segera pergi dari ruang asrama. Jadi Arash berlari keluar dari ruang asrama murid cilik, ia pergi ke taman untuk memenangkan diri. Mengh
"Priiiiittt!!" Sebuah peluit dibunyikan, para murid cilik terbangun dengan sigap. Beberapa murid cilik yang masih baru seperti Arash masih mengusap matanya. Sementara murid cilik lainnya mulai bersiap memakai seragam mereka. "Cepat bersiap!! Dalam hitungan 1 menit kalian semua harus sudah ada di lapangan!!" guru Yao membangunkan semua murid cilik dengan suara yang menggema. Membuat semua murid cilik segera tersadar dari rasa kantuk yang mendera. "Dimana seragamku?" Arash terlihat bingung karena ia tidak menemukan seragamnya, sementara Wan Yunan tersenyum senang dengan wajah panik yang Arash tunjukkan. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa belum memakai seragam? Nggak dengar tadi guru Yao sudah memberi perintah?" tanya Bie Xulai sembari mengenakan seragam miliknya. "Aku nggak menemukan seragamku!!" kata Arash lagi, ia benar-benar panik. "Dimana kamu meletakannya?" tanya Bie Xulai lagi. "Di sini, tapi sekarang nggak ada!!" sahut Arash terlihat mulai frustasi. "Kamu yakin?"
"Paman!!" "Arash, bukankah seharusnya kamu sedang berlatih saat ini?" tanya Fatta, ia terkejut saat Arash mendobrak pintu rumah dengan kasar. "Paman, katakan yang sejujurnya kepadaku..." Arash terlihat menjeda perkataannya. Arash takut apa yang akan ia dengar kemudian akan merubah segala pandangannya terhadap Rama, ayahnya. "Ada apa Arash?" tanya Fatta khawatir. "Apa benar ayah menyegel Raja Iblies di dalam tubuhku, bahkan sebelum aku lahir?" Begitu mendengar pertanyaan yang Arash tanyakan, Fatta tercekat! Ia bahkan tak berdaya untuk menjawab, ia bingung apakah harus jujur atau bagaimana? Karena menurut Fatta, Arash masih terlalu muda untuk memahami mengapa ayahnya melakukan itu. "Paman jawablah... Kalau kamu diam, itu hanya akan membenarkan pertanyaanku!!" Arash terlihat marah, ia bahkan mulai membentak. "Arash, ayahmu punya alasan!! Saat itu Tuan Muda tidak punya pilihan, ia harus secepatnya menyegel Raja Iblies yang akan bangkit ke dalam tubuh suci, kebetulan saat itu h
Arash berdiri dalam satu kali hentakan. Udara di sekitarnya berubah. Tatapan Arash yang polos berubah menjadi sangat kejam. "Yatim sial*n!! Akan kubuat kau menyesal!!" Wan Yunan maju, ia juga mengerahkan Mananya dalam bentuk pedang cahaya. "Hiaaatt!!" "Wush!!""Wush!!"Wan Yunan mengerahkan senjata cahaya yang telah ia buat dari Mana untuk menyerang Arash, Arash menatap Wan Yunan dengan senyum yang mengerikan, ia kemudian mengelak dari setiap serangan yang Wan Yunan kerahkan. "Kurang ajar!!"Wan Yunan terlihat frustasi, ia bahkan belum bisa menyentuh Arash, anak itu terlihat bergerak dengan cepat tidak seperti biasanya. "Panggil guru Yao!! Yatim busuk itu kerasukan Raja Iblies!!" teriak Halim Chao. Arash berbalik menatapnya, kemudian melompat ke arah Halim Chao dan langsung memukulnya dengan bringas. Beberapa murid cilik lainnya berusaha menghalangi Arash. Namun Arash malah memukuli murid cilik yang mencoba menahannya. "Akh!!""Brakh!!""Brukh!!"Beberapa murid cilik mulai ket
"Anak itu berbahaya ketua Wan, aku tau ia anak dari kenalanmu, tapi apa kamu akan membiarkan sesuatu yang berbahaya seperti itu berada di dalam perguruan kita? Bahkan banyak murid cilik yang terluka karenanya, kita sampai harus meliburkan beberapa dari mereka karena terluka!!" jelas Tetua Yuen Yie, beberapa tetua lainnya setuju. Tetua Wan menghela napas dengan berat, "kalian sudah tau apa yang ada di dalam diri anak muda itu, bayangkan jika diluar sana rumor ini menyebar, maka sekte golongan hitam akan mencoba memanfaatkan anak muda itu, apa kalian tidak berpikir sampai ke sana?" Kata-kata Tetua Wan barusan membuat Tetua Yuan Yue terdiam. Bahkan Tetua lainnya juga ikut terdiam, kemudian Tetua Bian Cha angkat bicara. "Apa yang Tetua Wan katakan ada benarnya, tapi aku ingin menyarankan ia dilatih secara terpisah oleh seorang guru, setidaknya ada yang harus mengawasinya bukan?" kata Tetua Bian Cha. "Lalu siapa yang mau kamu sarankan menjadi guru dari anak itu? Kamu lihat bukan,
"Petua Lei Quo, ini tehnya..." Fatta menyiapkan teh melati untuk Petua Lei Quo. Sementara Arash berada di balik tubuh Fatta dengan raut wajah takut, awalnya Arash senang karena Petua Lei Quo mengajaknya bicara dan bercanda. Tapi ketika Petua Lei Quo menawarkan akan menjadikan ia murid, di saat itulah Arash ingat pesan Fatta. Harus berhati-hati kepada orang yang menawarkan kebaikan secara tiba-tiba, karena banyak penipu di dunia ini! "Hahaha!! Hahaha!! Fatta, kau mengajarinya banyak hal, aku suka ketika dia terlihat waspada seperti itu." kata Petua Lei Quo lagi, ia kemudian menyesap teh yang Fatta siapkan dengan nikmat. Fatta telah menjelaskan kenapa Arash bersikap waspada, beruntung Petua Lei Quo tidak tersinggung. "Arash, Petua Lei Quo adalah guru besar dari Tetua Wan Bingwen. Kamu tidak boleh bersikap tidak sopan, beri penghormatan kepadanya." kata Fatta lagi. Arash kemudian menangkupkan tangannya dengan kepala menunduk hormat. "Maafkan aku Petua Lei, aku kira kamu pe