Share

KEBANGKITAN PENDEKAR RAJA IBLIS
KEBANGKITAN PENDEKAR RAJA IBLIS
Penulis: Ummi

BAB 1 YATIM

"Hiat!! Hiat!!"

Beberapa murid di perguruan Wunan sedang berlatih dengan pedang kayu, murid cilik yang rata-rata berumur 9-10 tahun itu mengerahkan tenaga mereka untuk mengayunkan pedang ke arah boneka jerami.

Peluh membanjiri tubuh mereka, namun mereka belum merasa letih, guru Yao berjalan dengan tangan di belakang. Memperhatikan setiap gerakan murid cilik yang diajarnya.

"Turunkan kakimu, bagaimana bisa kuat kalau pondasimu tidak benar!!" teriak guru Yao.

Semua murid cilik langsung memperbaiki posisi kaki mereka, seketika terasa sangat letih namun tidak boleh mengeluh.

Sementara itu dipojokan, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun memperhatikan mereka dengan sapu di tangannya. Anak laki-laki itu memiliki rambut putih, mata putih dan kulit yang pucat. Arash Adipati, wajahnya berbinar dan merasa senang ketika melihat para murid cilik berlatih. Saat berumur 8 tahun ia boleh mendaftar, Arash tak sabar menjadi bagian dari murid cilik!! karena sebentar lagi ia akan berumur 8 tahun.

"Hiat!! Hiat!!"

Begitu tidak ada orang, Arash berlatih dengan sapu di tangannya, seolah itu adalah pedang kayu yang ia gunakan.

"Bug!!" sesorang melemparinya dengan kerikil, tepat mengenai keningnya. Arash hanya bisa mengernyit kesakitan.

"Hei yatim!! Apa yang kamu lakukan?" Wan Yunan memasang wajah mengejek bersama 2 orang temannya. Dia adalah keponakan dari Wan Bingwen, salah satu ketua di perguruan Wunan dan sangat dihormati.

"Sepertinya ia berlatih dengan sapu itu!!" ketika Lao Bao berkata, yang lainnya langsung tertawa menghina.

"Jangan bikin malu, kamu nggak dibutuhkan disini!! Bawa pergi sapumu itu!!" ejek Halim Chao.

"Aku masih harus membersihkan tempat ini..." sahut Arash, Dia berjalan menjauh tetapi Wan Yunan dan kedua temannya sepertinya tidak akan melepaskannya kali ini.

"Bug!!" Kali ini, sebuah tendangan mendarat di punggung Arash. Arash terjerembab ke depan. Ia harus menahan sakit karena ada batu yang mengenai dadanya.

"Jangan muncul lagi di pelataran depan, tempatmu ada di belakang sana!! Kalau aku masih melihatmu muncul, aku akan memberimu pelajaran!!" ancam Wan Yunan.

"Aku nggak bisa lakukan itu, aku harus membersihkan pelataran depan... Akh!!"

Belum sempat Arash menghabiskan penjelasannya kaki Halim Chao sudah menginjak kaki Arash. Arash harus menahan sakit di kakinya.

"Jangan mendebat!! Atau aku patahkan kakimu ini!!" kata Halim Chao sembari memberi tekanan pada kakinya di kaki Arash.

"Akh!! tolong lepaskan kakiku..."

"Bug!!" Wan Yunan menendang kembali Arash di bagian dada, hingga Arash harus menahan dengan kedua tangannya.

"Sampah sepertimu terlihat saja sudah cukup mengganggu, jadi setidaknya kamu harus bersembunyi agar nggak merusak tatanan di perguruan Wunan ini!! Lihatlah rambut dan mata putihmu itu, kamu seperti hantu!!"

"Hahaha!! Hahaha!!" Derai tawa beberapa murid cilik lainnya terdengar, Arash hanya bisa berdiam diri. Tak ada yang bisa ia lakukan, ia masih berumur 7 tahun sedangkan lawannya sudah berumur 9-10 tahun. Mereka juga kuat karena selalu berlatih beladiri. Sedangkan Arash hanya anak yatim yang ikut menumpang bersama pamannya. Tanpa kekuatan!! Tanpa kemampuan beladiri!!

"Hei!! Apa yang kalian lakukan?" Fatta datang dengan sapu di tangannya, ia telah selesai menyapu bagian dari perguruan. Melihat Arash berada di tanah membuat Fatta naik pitam.

"Cuih!!" Wan Yunan meludah ke arah wajah Arash.

"Ingat, jangan muncul di hadapan kami lagi yatim terkutuk!!" kata Wan Yunan, mereka lalu membubarkan diri begitu melihat Fatta mendekat.

"Arash!! Kamu nggak apa? Ada yang terluka?" tanya Fatta.

"Nggak apa paman, nggak ada yang luka!!" sahut Arash dengan senyum terpaksa di wajahnya.

"Apa-apaan mereka, mengeroyok orang lain seperti itu!! Awas saja, akan aku laporkan kepada ketua Wan!!" kata Fatta marah. Tubuhnya yang tinggi besar dengan otot dan wajah yang sangar membuat Fatta ditakuti oleh beberapa murid cilik, tapi tetap saja ketika Fatta tidak ada mereka dengan mudahnya membully Arash.

"Arash, naik ke punggung paman!!" Fatta berjongkok, hal yang Arash sukai adalah digendong pamannya, Fatta.

Dengan lemah dan menahan sakit di kaki serta dadanya Arash naik ke punggung Fatta. Air mata yang tadi tertahan membuatnya menangis pilu.

"Paman, aku nggak memilih hidup sebagai yatim, tapi mengapa mereka selalu mengejekku!!"

"Kamu bukan yatim Arash, ibumu memang sudah meninggal, tapi ayahmu masih hidup, ayahmu adalah seorang pahlawan yang menyelamatkan alam manusia, saat ini ia hanya nggak bisa kembali, bukankah sudah berkali-kali paman tegaskan soal itu!!" kata Fatta dengan perasaan sedih. Jika mengingat pengorbanan yang keluarga Arash lakukan maka tak terasa air mata Fatta juga akan menetes. Terlebih Arash harus tumbuh tanpa kasih sayang keluarganya. Fatta berjanji akan memberikan seluruh kasih sayangnya untuk Arash.

Arash hanya bisa diam, dia tak lagi bersuara. Hanya kesedihan yang kini menerpanya tanpa bisa di utarakan.

"Arash, paman membuatkanmu mie ayam!! Paman juga membelikanmu batu tinta yang baru, jadi kamu bisa menggambar lagi hari ini!! Apa kita harus membeli kuas baru untukmu?" tanya Fatta, Arash tau pamannya itu berusaha menghiburnya.

"Baiklah... Karena mie ayam buatan paman sangat enak, jadi aku nggak akan bersedih lagi." sahut Arash, membuat Fatta tersenyum senang. Fatta tau Arash adalah anak yang kuat. Bahkan saat bulan darah yang muncul 2-3 kali dalam setahun, Arash mampu menahan rasa sakit di tubuhnya.

"Harus begitu!! Arash adalah anak dari para pahlawan, Arash juga akan menjadi kuat seperti kedua orang tuamu!!" kata Fatta dengan berdendang, memuji dan menghibur Arash adalah bagian dari rutinitas Fatta. Fatta juga selalu memanjakan Arash, berusaha mengisi kekosongan kedua orangtuanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status