"Anak itu berbahaya ketua Wan, aku tau ia anak dari kenalanmu, tapi apa kamu akan membiarkan sesuatu yang berbahaya seperti itu berada di dalam perguruan kita? Bahkan banyak murid cilik yang terluka karenanya, kita sampai harus meliburkan beberapa dari mereka karena terluka!!" jelas Tetua Yuen Yie, beberapa tetua lainnya setuju. Tetua Wan menghela napas dengan berat, "kalian sudah tau apa yang ada di dalam diri anak muda itu, bayangkan jika diluar sana rumor ini menyebar, maka sekte golongan hitam akan mencoba memanfaatkan anak muda itu, apa kalian tidak berpikir sampai ke sana?" Kata-kata Tetua Wan barusan membuat Tetua Yuan Yue terdiam. Bahkan Tetua lainnya juga ikut terdiam, kemudian Tetua Bian Cha angkat bicara. "Apa yang Tetua Wan katakan ada benarnya, tapi aku ingin menyarankan ia dilatih secara terpisah oleh seorang guru, setidaknya ada yang harus mengawasinya bukan?" kata Tetua Bian Cha. "Lalu siapa yang mau kamu sarankan menjadi guru dari anak itu? Kamu lihat bukan,
"Petua Lei Quo, ini tehnya..." Fatta menyiapkan teh melati untuk Petua Lei Quo. Sementara Arash berada di balik tubuh Fatta dengan raut wajah takut, awalnya Arash senang karena Petua Lei Quo mengajaknya bicara dan bercanda. Tapi ketika Petua Lei Quo menawarkan akan menjadikan ia murid, di saat itulah Arash ingat pesan Fatta. Harus berhati-hati kepada orang yang menawarkan kebaikan secara tiba-tiba, karena banyak penipu di dunia ini! "Hahaha!! Hahaha!! Fatta, kau mengajarinya banyak hal, aku suka ketika dia terlihat waspada seperti itu." kata Petua Lei Quo lagi, ia kemudian menyesap teh yang Fatta siapkan dengan nikmat. Fatta telah menjelaskan kenapa Arash bersikap waspada, beruntung Petua Lei Quo tidak tersinggung. "Arash, Petua Lei Quo adalah guru besar dari Tetua Wan Bingwen. Kamu tidak boleh bersikap tidak sopan, beri penghormatan kepadanya." kata Fatta lagi. Arash kemudian menangkupkan tangannya dengan kepala menunduk hormat. "Maafkan aku Petua Lei, aku kira kamu pe
"Wan Sera, kakak nggak pernah mengajarimu menindas anak yang lemah. Rama, ayahnya Arash adalah orang yang sangat berjasa, sehingga membuatku bisa mengangkat derajat keluarga kita. Karena ialah aku bisa memiliki hewan spiritual Phoenix api. Karena ia juga aku mampu menduduki jabatan sebagai Tetua perguruan!! Selain itu apa kamu tau, Arash bukan sengaja memukul Wan Yunan, ia dalam pengaruh Raja Iblies yang berada di dalam tubuhnya!!" Wan Bingwen terlihat menghela napas yang berat, "kalau saja Raja Iblies nggak di segel di dalam tubuh Arash, kita semua yang ada di dunia ini sudah pasti mati!!" Wan Sera tertegun mengingat kata-kata Wan Bingwen, kakaknya. Wan Sera bahkan melamun dan menatap tangan yang ia gunakan memukul wajah Arash tanpa belas kasihan. Betapa ia telah dibutakan amarah hingga tidak berpikir saat menyakiti Arash. Bahkan lebam di pipi Arash karena pukulannya membuat Wan Sera merasa teramat bersalah. "Haaahh..." Wan Sera menghela napas, berusaha mengurangi rasa bersalah
Meski kebingungan, Arash mulai menatap pohon tinggi yang akan ia naiki, batang pohon itu tidak memiliki pijakan yang dekat dengan tinggi badannya. Batangnya juga terlihat licin, Arash mencoba menaikinya. Namun ia tergelincir dengan cepat. Berulang kali ia lakukan hal yang sama, berulang kali pula ia tergelincir. "Bagaimana cara menaikinya?" gumam Arash, ia terlihat berpikir keras. Batang pohon itu memiliki lingkar batang yang besar, bahkan perlu 3 orang dewasa untuk membentangkan tangan kemudian saling mengaitkan jemari. Arash masih kecil, bahkan jika ia harus membentangkan tangan memeluk batang pohon utama, maka usahanya hanya akan sia-sia. "Haish!! Menaikinya saja begitu sulit, coba lagi besok!!" kata Petua Lei Quo. Membuat Arash merasa sangat sedih. "Mengapa melamun?" tanya Fatta ketika melihat Arash hanya mengacak-acak makanannya. Hari ini Arash mampir kerumah sebelum akhirnya nanti pulang ke asrama. "Paman, bagaimana caranya menaiki pohon besar yang ada di halaman d
Setiap hari Arash berlatih dengan giat, meski ia berusaha menaiki pohon besar dan belum membuahkan hasil, Arash pantang menyerah! Dengan tubuh kecilnya itu ia masih berusaha menaklukkan pohon besar yang kini ia namai Daba! "Daba!! Hari ini aku pasti akan menaikimu!!" tunjuk Arash kepada Daba si pohon besar. Setiap hari Arash akan menaiki Daba dan tergelincir berulang kali. Bahkan Petua Lei Quo hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengarkan percakapan yang Arash lakukan kepada Daba, si pohon besar! "Arash, berjuanglah! Besok bebanmu akan bertambah!" kata Petua Lei Quo ketika Arash sedang menantang Daba di depannya. Jika pagi hingga sore hari Arash berlatih dengan Petua Lei Quo, maka malamnya Arash akan berlatih bersama Bie Xulai untuk menciptakan Mana. Sudah sebulan Arash melakukan itu, belum ada peningkatan pada Mana yang ia ciptakan. Setiap energi Mana akan tercipta, maka sesuatu di dalam tubuhnya langsung memblokir energi tersebut. "Arash, ada berita baik!" kata Bie Xulai
jura "Uhmm!! Uhmm!!" seseorang menutup mulut Arash. Serta menutup kepalanya dengan sebuah kain. Arash dibawa dengan paksa oleh tubuh besar yang takkan sanggup ia lawan! Asrama dalam keadaan gelap, semua murid cilik sedang tertidur pulas, takkan ada yang sadar karena semuanya sedang dalam keadaan lelah sehabis dihajar dengan pelatihan yang begitu menguras tenaga. "Brught!!" Arash dibanting dan ditendang dengan kuat, Arash bahkan menangis menahan rasa sakit yang kini ia rasakan. Tubuh kecilnya hanya bisa pasrah karna tangan serta kakinya dalam keadaan terikat. "Kita apakan anak ini?" salah satu suara terdengar begitu berat, suara orang dewasa bukan suara anak-anak. "Tuan Muda meminta kita membuangnya ke hutan larangan!" sahut suara lainnya, terdengar lebih muda dari suara pertama. "Sangat berbahaya memasuki hutan larangan terlebih di malam hari!" sahut suara pertama. "Begini saja, bukit sebelah sana dekat dengan hutan larangan, kalau ia kita jatuhkan dari atas, maka ia akan terle
Sementara itu Tetua Wan Bingwen dan Wan Sera harus bicara di luar asrama murid cilik, mereka tidak ingin pembicaraan dewasa terdengar para murid. "Benarkah Wan Yunan berada di rumah?" tanya Wan Bingwen memastikan. Wan Sera mengangguk, meski ia seorang ibu yang begitu menyayangi anaknya, Wan Sera takkan biarkan Wan Yunan melakukan kejahatan besar seperti itu. "Wan Yunan masih harus menjalani terapi karena lukanya saat bertarung dengan Arash, jadi aku berani menjamin kalau bukan Yunan yang melakukannya." sahut Wan Sera. Melihat sorot mata yang Wan Sera perlihatkan tentu adiknya itu takkan berbohong. Berarti Wan Yunan bukanlah pelaku yang berkaitan dengan menghilangnya Arash secara tiba-tiba. "Wan Yunan, benarkah ini bukan bagian dari rencanamu?" tanya Lao Bao dengan wajah menyelidik begitu para orang dewasa tidak ada di sekitar mereka, ia ikut senang mendengar Arash menghilang. "Bukan, aku memang berencana akan menyingkirkannya, tapi bukan dengan cara pengecut main belakang
"Yang Mulia kamu mau kemana sebenarnya?" tanya Badara dengan nada yang ramah. "Benar, kalau mau kembali ke kota bukan lewat situ jalannya Yang Mulia." kali ini Cacao ikut menimpali. Arash tidak menyahut ia hanya berjalan ke tempat yang ia tuju, sebenarnya Arash juga tidak tau tujuan pastinya. Arash sedang mencari kristal Mana, ia pernah mendengar rumor kalau di hutan larangan ada kristal Mana. Meski Arash tidak tau pasti dimana tempat kristal Mana tersebut. "Apa kalian pernah melihat kristal Mana di dalam hutan ini?" tanya Arash akhirnya, mereka telah berjalan sangat jauh, tapi belum jua menemukan tanda-tanda keberadaan kristal Mana. Mumpung sudah ada di sini makanya Arash menggunakan kesempatan mencari kristal Mana, meskipun berbahaya namun Badara dan Cacao membuatnya merasa aman. Tidak ada tanda-tanda mereka akan menyakitinya. "Kristal Mana? Kristal untuk meningkatkan energi sihir?" tanya Cacao. "Benar, aku memerlukan kristal itu." sahut Arash. Cacao dan Badara lalu