jura "Uhmm!! Uhmm!!" seseorang menutup mulut Arash. Serta menutup kepalanya dengan sebuah kain. Arash dibawa dengan paksa oleh tubuh besar yang takkan sanggup ia lawan! Asrama dalam keadaan gelap, semua murid cilik sedang tertidur pulas, takkan ada yang sadar karena semuanya sedang dalam keadaan lelah sehabis dihajar dengan pelatihan yang begitu menguras tenaga. "Brught!!" Arash dibanting dan ditendang dengan kuat, Arash bahkan menangis menahan rasa sakit yang kini ia rasakan. Tubuh kecilnya hanya bisa pasrah karna tangan serta kakinya dalam keadaan terikat. "Kita apakan anak ini?" salah satu suara terdengar begitu berat, suara orang dewasa bukan suara anak-anak. "Tuan Muda meminta kita membuangnya ke hutan larangan!" sahut suara lainnya, terdengar lebih muda dari suara pertama. "Sangat berbahaya memasuki hutan larangan terlebih di malam hari!" sahut suara pertama. "Begini saja, bukit sebelah sana dekat dengan hutan larangan, kalau ia kita jatuhkan dari atas, maka ia akan terle
Sementara itu Tetua Wan Bingwen dan Wan Sera harus bicara di luar asrama murid cilik, mereka tidak ingin pembicaraan dewasa terdengar para murid. "Benarkah Wan Yunan berada di rumah?" tanya Wan Bingwen memastikan. Wan Sera mengangguk, meski ia seorang ibu yang begitu menyayangi anaknya, Wan Sera takkan biarkan Wan Yunan melakukan kejahatan besar seperti itu. "Wan Yunan masih harus menjalani terapi karena lukanya saat bertarung dengan Arash, jadi aku berani menjamin kalau bukan Yunan yang melakukannya." sahut Wan Sera. Melihat sorot mata yang Wan Sera perlihatkan tentu adiknya itu takkan berbohong. Berarti Wan Yunan bukanlah pelaku yang berkaitan dengan menghilangnya Arash secara tiba-tiba. "Wan Yunan, benarkah ini bukan bagian dari rencanamu?" tanya Lao Bao dengan wajah menyelidik begitu para orang dewasa tidak ada di sekitar mereka, ia ikut senang mendengar Arash menghilang. "Bukan, aku memang berencana akan menyingkirkannya, tapi bukan dengan cara pengecut main belakang
"Yang Mulia kamu mau kemana sebenarnya?" tanya Badara dengan nada yang ramah. "Benar, kalau mau kembali ke kota bukan lewat situ jalannya Yang Mulia." kali ini Cacao ikut menimpali. Arash tidak menyahut ia hanya berjalan ke tempat yang ia tuju, sebenarnya Arash juga tidak tau tujuan pastinya. Arash sedang mencari kristal Mana, ia pernah mendengar rumor kalau di hutan larangan ada kristal Mana. Meski Arash tidak tau pasti dimana tempat kristal Mana tersebut. "Apa kalian pernah melihat kristal Mana di dalam hutan ini?" tanya Arash akhirnya, mereka telah berjalan sangat jauh, tapi belum jua menemukan tanda-tanda keberadaan kristal Mana. Mumpung sudah ada di sini makanya Arash menggunakan kesempatan mencari kristal Mana, meskipun berbahaya namun Badara dan Cacao membuatnya merasa aman. Tidak ada tanda-tanda mereka akan menyakitinya. "Kristal Mana? Kristal untuk meningkatkan energi sihir?" tanya Cacao. "Benar, aku memerlukan kristal itu." sahut Arash. Cacao dan Badara lalu
Arash menatap 2 buah kristal Mana yang kini berada di tangannya, "apa kamu membunuh kedua siluman ular tadi?" tanya Arash. Badara tak menjawab, ia hanya menatap Arash dengan tatapan datar. Melihat itu Arash tau jawabannya, meski ia masih kecil Arash sudah mulai paham mengenai kekuasaan. Karena itulah ia ingin beranjak menjadi kuat. Arash tak mau dirinya menjadi rantai kehidupan yang berada paling bawah! "Bagaimana caraku menyerap Mana?" tanya Arash lagi, ia belajar menciptakan Mana. Namun belum belajar cara menyerap Mana, terlebih Mana milik orang lain. Cacao dan Badara kembali bertatapan, mereka juga tidak tau cara menyerap Mana. "Yang Mulia, kami nggak tau cara menyerap Mana dari kristal Mana orang lain. Jadi maaf jika jawabanku membuatmu kecewa!" sahut Cacao. "Begitu pula aku Yang Mulia, aku nggak tau apa-apa soal kristal Mana." sahut Badara memberi penjelasan. Arash menghela napas, ia menatap lagi kristal Mana itu kemudian menyimpannya di dalam kantong celana. Mereka ke
7 tahun Kemudian... "Fatta!! Arash kembali berbuat onar!! Lihatlah apa yang anak itu lakukan!! Padahal besok adalah hari latih tanding dengan perguruan Dragon" seru Tetua Yuen Yi, sedari awal ia sudah tidak menyukai Arash, terlebih karena anak itu memiliki Raja Iblies di dalam tubuhnya, semakin hari citra perguruan Wunan semakin menurun di mata masyarakat. Pendaftaran Murid cilik mulai berkurang karena rumor tersebut. Latih tanding dengan perguruan Dragon adalah upaya untuk kembali meningkatkan nama perguruan Wunan, tapi Arash malah menggambar semua dinding dengan bentuk "kotoran" dan berbagai gambar lainnya. "Maaf Tetua Yuen Yi, aku akan membersihkannya nanti dan aku akan menghukum Arash!! Anak itu bukannya berlatih malah mencoret-coret dinding!!" Fatta terlihat geram dan segera mengambil sapunya untuk mencari Arash. "Baiklah, kuserahkan kepadamu! Jangan sampai orang lain yang menghukumnya!!" "Wushhh!!" Fatta sengaja memutar sapunya dan hampir mengenai kepala Tetua Yuen
Hari latih tanding sekaligus pemberkahan... Beberapa murid dari perguruan Dragon tiba. Mereka mengenakan seragam dengan tanda Naga di bagian belakang. "Siapa anak itu?" tanya Wu Xubang menatap Arash yang sedang membersihkan bagian dinding yang ia coret, bersama Fatta. Lebih tepatnya Fatta sedang mengomeli Arash karena gambar itu sulit dibersihkan. "Abaikan saja, kamu nggak tau anak itu adalah sampah di perguruan Wunan! Tidak bisa mengendalikan Mana, menciptakan Mana bahkan menyerap Mana!! Anak itu benar-benar bukan ahli beladiri!" ejek Park Jina, salah satu murid senior dari perguruan Dragons. Memiliki tempramen yang cukup tinggi. "Bagaimana bisa sampah seperti itu masih bertahan di perguruan ini? Bukankah mempertahankan sampah seperti itu akan merusak citra perguruan?" sahut Jang Sera, gadis itu bertubuh kecil namun memiliki kekuatan sihir yang besar. "Haish!! Citra perguruan Wunan memang sudah rusak, kalian nggak lihat?" Park Jina memberi kode pada gambar kotoran yang di
"Bam!!" Sebuah pedang dengan dua mata pisau, sangat jarang ditemukan. Tidak! Pedang dengan dua mata pisau hanya satu-satunya ada. Pedang itu menyala terang, sesuai Mana pemiliknya. Wan Yunan memegang pedang itu dengan bangga dan mengangkatnya keatas, semua orang lalu bersorak dengan penuh semangat. Bukan hal yang aneh jika Wan Yunan mendapatkan pedang tersebut, Wan Yunan lalu mencoba mengalirkan kekuatan Mana kedalam pedangnya, pedang itu mempunyai kekuatan petir api yang memercik. Bertambahlah kepuasan di dalam hati Wan Yunan, bahkan Wan Bingwen juga bangga ketika melihat keponakannya mendapatkan berkah kekuatan yang langka. "Nah sekarang majulah yatim, siapa tau kamu mendapatkan kekuatan karena berkahku!" ejek Wan Yunan kemudian turun menghampiri teman-temannya. Arash hanya bisa merengut, ia merasa gugup. Seperti apa kekuatan yang akan ia dapatkan! Jangan sampai ia tidak mendapatkan kekuatan apapun, ia akan semakin di tertawakan. Sedangkan Wu Xubang mulai fokus menatap Wan Yun
Hari pemberkahan selesai, semua murid senior terpilih diminta untuk mempersiapkan diri melawan 10 orang murid perguruan Dragons. Sementara mereka bersiap dan beristirahat, para murid cilik mulai mengejar Arash. Arash bukan bagian dari murid senior terpilih yang akan melawan para murid senior dari perguruan Dragons. Karena itulah Wu Xubang mulai terlihat kesal, jika ingin mencuri kuas ajaib Arash, ia harus mengendap ke rumah Arash! "Senior Wu, apakah kamu yakin dengan benda itu?" Jang Sera adalah patnertnya kali ini, mereka diperintahkan untuk mengambil artefak kuno yang Wu Subang duga adalah kuas ajaibnya Arash. "Aku yakin benda itulah artefak kuno yang para Tetua maksud, kalau bukan benda itu, menurutmu ada lagi yang lebih kuat? Kamu nggak lihat kalau ia bahkan bisa melindungi pemiliknya sendiri." jelas Wu Xubang, saat ini mereka ada di kamar tamu untuk beristirahat. Setelah makan siang, semua murid akan ditentukan melawan siapa sesuai tingkatan sihir mereka. "Kalau benda