Arash memasuki asrama untuk para murid cilik, ada 3 asrama di perguruan Wunan.
-Asrama murid cilik diisi oleh murid dasar yang masih muda, berumur sekitar 8-10 tahun. Jika berhasil maka mereka akan naik ke tingkat murid junior. -Asrama murid Junior diisi oleh murid yang lolos ujian secara praktek, mampu mengubah Mana menjadi aliran energi, umur mereka tidak terbatas, jika mampu sejak usia murid cilik maka ia akan loncat tingkat. Jika berhasil di tingkat murid junior maka akan naik ke tingkat murid senior. -Asrama murid senior jarang terisi, karena beberapa dari mereka akan melakukan pertualangan untuk mencari hewan spiritual yang bisa terkontrak. Bahkan terkadang ada yang menjadi murid pertukaran dengan perguruan lain jika ia mampu, sebagian lainnya akan melakukan pertualangan dan kembali jika sudah memiliki ilmu baru. Bahkan jika berhasil dalam meningkatkan ilmunya, murid senior bisa menjadi seorang guru muda. Saat ini Arash memasuki asrama murid cilik, semua anak baru berjumlah 50 orang. Tidak terlalu banyak anak baru karena beberapa dari mereka juga memasuki perguruan lainnya. Persaingan antara perguruan sangat ketat, beruntung perguruan Wunan masih bisa berdiri hingga sekarang. Meskipun mereka kekurangan dana karena berkurangnya murid cilik yang mendaftar. Arash dengan senang membawa beberapa keperluannya selama di asrama, meski rumahnya tidak jauh, Arash tidak bisa pulang sesuka hatinya, para murid cilik dibatasi untuk keluar dari asrama. "Brught!!" seseorang menabrak Arash dari belakang, membuat barang yang Arash bawa terjatuh. Arash tidak terlalu peduli pada orang yang menabraknya, ia langsung memunguti barang-barangnya. Suara kekehan tawa mulai terdengar, semua murid cilik berbagi di ruangan yang sama dengan banyak kasur. Beberapa dari mereka menatap Arash dengan tatapan hina dan mengejek. "Lihatlah rambut dan mata putih itu!! Katanya anak itu terkutuk!!" "Terkutuk? Karena apa?" "Entahlah, mungkin di dalam jiwanya terdapat hal yang jahat!!" "Mengerikan!! Hal jahat seperti apa hingga membuatnya terlihat mengerikan seperti itu?" "Kudengar ia menyimpan Raja Iblies di dalam tubuhnya!!" "Hah?!" Arash kebingungan ketika semua orang berbisik dan mulai mencibirnya. Arash berjalan menunduk, air matanya akan jatuh, namun ia ingat pesan Fatta, lelaki pantang menangis ketika dihina!! Arash harus tegar!! Meski ia bingung mengapa mereka mengatakan hal sejahat itu kepadanya. ("Arash, jangan menangis!! Kalaupun menangis, menangislah di saat kamu bahagia, menangislah disaat kamu terharu!! Jangan menangis karena dirimu dihina!!") pesan Fatta, Arash tentu ingat hal itu. Karena itu Arash mati-matian menahan airmatanya. "Jangan tidur di sini!! Aku nggak mau dekat sama anak terkutuk sepertimu!!" salah seorang murid cilik mendorong Arash menjauh. Padahal memilih tempat tidur adalah hak semua murid cilik ketika ajaran baru. Arash berpindah ke tempat lain yang kosong, murid cilik lainnya sudah berkacak pinggang dengan mata melotot. Arash semakin tertunduk, ia mencari lagi tempat lainnya, hingga ia temukan tempat bagian pojok, ada anak yang melambai kepadanya. "Brugh!!" Seseorang mencekal kaki Arash, membuat Arash terjatuh hingga kepalanya terantuk karena bukan dalam kondisi siap. Kening Arash terluka hingga membuatnya lebam dan agak lecet. Arash merasa pusing sesaat, namun ia juga tidak terlalu peduli pada orang yang mencekalnya. Arash masih berpikir kalau orang itu tidak sengaja, meski ia mendengar gelak tawa di belakangnya. "Mengapa kamu nggak marah diperlakukan seperti itu?" tanya murid cilik yang tadi melambai Arash. "Mungkin dia tidak sengaja..." sahut Arash. "Kamu dengar mereka tertawa? apa mungkin itu nggak sengaja? apa kamu bodoh?" tanya murid cilik itu dengan marah. Arash hanya tersenyum dan langsung membereskan barang bawaannya. "Kamu tau, ayahku bilang manusia yang paling buruk adalah orang yang tidak bisa membela dirinya sendiri!! tadinya kupikir aku bisa jadi temanmu, tapi aku nggak bisa berteman sama orang yang lemah!!" murid cilik itu kemudian berbalik dan tidak menghiraukan Arash lagi. Arash tersenyum dengan tangan mengepal, "beruntunglah kamu punya ayah yang bisa memberitahukan itu kepadamu." sahut Arash dengan dingin. Anak itu lalu kembali menatap Arash dengan rasa tidak nyaman, "kamu nggak punya ayah?" tanyanya lagi. Arash menoleh dengan senyum diwajah, tapi matanya memancarkan kesedihan yang dalam. "Xulai, anak ini nggak punya ayah!! jangan berteman dengan anak yatim terkutuk sepertinya!!" sahut Wan Yunan dengan bersedekap dada. "Wan Yunan, jangan memprovokasiku!! aku nggak suka caramu memperlakukan orang lain seperti itu." sahut Bie Xulai. Tuan Muda dari keluarga Bie sangat terkenal dengan para jenius dalam keluarganya. Bie Xulai bahkan baru berumur 8 tahun sama dengan Arash, namun ia sudah mampu menciptakan energi Mana yang besar. "Cih!! aku sudah beritahu, jangan menyesal kalau nanti dia membuatmu rugi!! kamu tau, di dalam tubuhnya ada Raja Iblies!!" kata Wan Yunan dengan tatapan mencemooh ke arah Arash. "Kakak, aku nggak punya masalah denganmu!! tapi kamu selalu menggangguku, bahkan berkata seperti itu, kalau paman Wan...!" "Apa kamu akan mengadu lagi?" "Bukan aku yang mengadu!!" "Cih!! jangan sombong yatim, aku akan buat kamu nggak betah di sini!! jadi lebih baik kamu menyerah dan enyah dari hadapanku!!" "Wan Yunan, kamu sudah keterlaluan!! Dia punya hak untuk berada di sini!!" "Hak seperti apa? dia bahkan tidak bisa menciptakan Mana!!" "Bakh!!" dengan cepat kaki Wan Yunan menendang perut Arash. Entah kenapa, melihat Arash membuatnya begitu kesal. Seperti yang Arash bilang, Arash tidak pernah memiliki masalah dengannya. Tapi bagi Wan Yunan, yang kuat yang berkuasa, maka yang lemah diam saja!! Arash menatap semua murid cilik yang kini kembali berbisik dan mentertawakan ketidakmampuan Arash dalam menciptakan energi Mana. Arash bahkan tak mampu mengelak apa yang Wan Yunan lakukan. (Hajar mereka!!) tiba-tiba terdengar suara di dalam kepala Arash.(Cepat hajar mereka!!) (Buat mulut yang tidak sopan itu bungkam!!) (Cepat!!) (Pukul mereka!!) (Habisi mereka!!) (Jangan diam saja, anak bodoh!!) Suara itu hanya satu, namun terdengar begitu ramai, membuat Arash merasa pusing. Seingatnya ini bukanlah hari bulan darah, bahkan masih terlampau terang untuk mengatakan kalau sekarang sudah malam. "Brukh!!" Arash menjatuhkan diri, kepalanya terasa sangat pusing hingga membuatnya mual. "Lihatlah manusia yatim terkutuk ini sangat lemah, membuatku muak melihatnya!!" kata Wan Yunan lagi, semua murid cilik yang membela Wan Yunan tentunya ikut mentertawakan kelemahan Arash. "Bie Xulai, urus dia kalau kamu mau jadi temannya!! Kurasa kalian akan sangat cocok!!" ejek Wan Yunan lagi. Dia lalu pergi dengan tawa yang menggelegar bersama kedua temannya. Sementara Arash akan muntah, ia harus segera pergi dari ruang asrama. Jadi Arash berlari keluar dari ruang asrama murid cilik, ia pergi ke taman untuk memenangkan diri. Mengh
"Priiiiittt!!" Sebuah peluit dibunyikan, para murid cilik terbangun dengan sigap. Beberapa murid cilik yang masih baru seperti Arash masih mengusap matanya. Sementara murid cilik lainnya mulai bersiap memakai seragam mereka. "Cepat bersiap!! Dalam hitungan 1 menit kalian semua harus sudah ada di lapangan!!" guru Yao membangunkan semua murid cilik dengan suara yang menggema. Membuat semua murid cilik segera tersadar dari rasa kantuk yang mendera. "Dimana seragamku?" Arash terlihat bingung karena ia tidak menemukan seragamnya, sementara Wan Yunan tersenyum senang dengan wajah panik yang Arash tunjukkan. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa belum memakai seragam? Nggak dengar tadi guru Yao sudah memberi perintah?" tanya Bie Xulai sembari mengenakan seragam miliknya. "Aku nggak menemukan seragamku!!" kata Arash lagi, ia benar-benar panik. "Dimana kamu meletakannya?" tanya Bie Xulai lagi. "Di sini, tapi sekarang nggak ada!!" sahut Arash terlihat mulai frustasi. "Kamu yakin?"
"Paman!!" "Arash, bukankah seharusnya kamu sedang berlatih saat ini?" tanya Fatta, ia terkejut saat Arash mendobrak pintu rumah dengan kasar. "Paman, katakan yang sejujurnya kepadaku..." Arash terlihat menjeda perkataannya. Arash takut apa yang akan ia dengar kemudian akan merubah segala pandangannya terhadap Rama, ayahnya. "Ada apa Arash?" tanya Fatta khawatir. "Apa benar ayah menyegel Raja Iblies di dalam tubuhku, bahkan sebelum aku lahir?" Begitu mendengar pertanyaan yang Arash tanyakan, Fatta tercekat! Ia bahkan tak berdaya untuk menjawab, ia bingung apakah harus jujur atau bagaimana? Karena menurut Fatta, Arash masih terlalu muda untuk memahami mengapa ayahnya melakukan itu. "Paman jawablah... Kalau kamu diam, itu hanya akan membenarkan pertanyaanku!!" Arash terlihat marah, ia bahkan mulai membentak. "Arash, ayahmu punya alasan!! Saat itu Tuan Muda tidak punya pilihan, ia harus secepatnya menyegel Raja Iblies yang akan bangkit ke dalam tubuh suci, kebetulan saat itu h
Arash berdiri dalam satu kali hentakan. Udara di sekitarnya berubah. Tatapan Arash yang polos berubah menjadi sangat kejam. "Yatim sial*n!! Akan kubuat kau menyesal!!" Wan Yunan maju, ia juga mengerahkan Mananya dalam bentuk pedang cahaya. "Hiaaatt!!" "Wush!!""Wush!!"Wan Yunan mengerahkan senjata cahaya yang telah ia buat dari Mana untuk menyerang Arash, Arash menatap Wan Yunan dengan senyum yang mengerikan, ia kemudian mengelak dari setiap serangan yang Wan Yunan kerahkan. "Kurang ajar!!"Wan Yunan terlihat frustasi, ia bahkan belum bisa menyentuh Arash, anak itu terlihat bergerak dengan cepat tidak seperti biasanya. "Panggil guru Yao!! Yatim busuk itu kerasukan Raja Iblies!!" teriak Halim Chao. Arash berbalik menatapnya, kemudian melompat ke arah Halim Chao dan langsung memukulnya dengan bringas. Beberapa murid cilik lainnya berusaha menghalangi Arash. Namun Arash malah memukuli murid cilik yang mencoba menahannya. "Akh!!""Brakh!!""Brukh!!"Beberapa murid cilik mulai ket
"Anak itu berbahaya ketua Wan, aku tau ia anak dari kenalanmu, tapi apa kamu akan membiarkan sesuatu yang berbahaya seperti itu berada di dalam perguruan kita? Bahkan banyak murid cilik yang terluka karenanya, kita sampai harus meliburkan beberapa dari mereka karena terluka!!" jelas Tetua Yuen Yie, beberapa tetua lainnya setuju. Tetua Wan menghela napas dengan berat, "kalian sudah tau apa yang ada di dalam diri anak muda itu, bayangkan jika diluar sana rumor ini menyebar, maka sekte golongan hitam akan mencoba memanfaatkan anak muda itu, apa kalian tidak berpikir sampai ke sana?" Kata-kata Tetua Wan barusan membuat Tetua Yuan Yue terdiam. Bahkan Tetua lainnya juga ikut terdiam, kemudian Tetua Bian Cha angkat bicara. "Apa yang Tetua Wan katakan ada benarnya, tapi aku ingin menyarankan ia dilatih secara terpisah oleh seorang guru, setidaknya ada yang harus mengawasinya bukan?" kata Tetua Bian Cha. "Lalu siapa yang mau kamu sarankan menjadi guru dari anak itu? Kamu lihat bukan,
"Petua Lei Quo, ini tehnya..." Fatta menyiapkan teh melati untuk Petua Lei Quo. Sementara Arash berada di balik tubuh Fatta dengan raut wajah takut, awalnya Arash senang karena Petua Lei Quo mengajaknya bicara dan bercanda. Tapi ketika Petua Lei Quo menawarkan akan menjadikan ia murid, di saat itulah Arash ingat pesan Fatta. Harus berhati-hati kepada orang yang menawarkan kebaikan secara tiba-tiba, karena banyak penipu di dunia ini! "Hahaha!! Hahaha!! Fatta, kau mengajarinya banyak hal, aku suka ketika dia terlihat waspada seperti itu." kata Petua Lei Quo lagi, ia kemudian menyesap teh yang Fatta siapkan dengan nikmat. Fatta telah menjelaskan kenapa Arash bersikap waspada, beruntung Petua Lei Quo tidak tersinggung. "Arash, Petua Lei Quo adalah guru besar dari Tetua Wan Bingwen. Kamu tidak boleh bersikap tidak sopan, beri penghormatan kepadanya." kata Fatta lagi. Arash kemudian menangkupkan tangannya dengan kepala menunduk hormat. "Maafkan aku Petua Lei, aku kira kamu pe
"Wan Sera, kakak nggak pernah mengajarimu menindas anak yang lemah. Rama, ayahnya Arash adalah orang yang sangat berjasa, sehingga membuatku bisa mengangkat derajat keluarga kita. Karena ialah aku bisa memiliki hewan spiritual Phoenix api. Karena ia juga aku mampu menduduki jabatan sebagai Tetua perguruan!! Selain itu apa kamu tau, Arash bukan sengaja memukul Wan Yunan, ia dalam pengaruh Raja Iblies yang berada di dalam tubuhnya!!" Wan Bingwen terlihat menghela napas yang berat, "kalau saja Raja Iblies nggak di segel di dalam tubuh Arash, kita semua yang ada di dunia ini sudah pasti mati!!" Wan Sera tertegun mengingat kata-kata Wan Bingwen, kakaknya. Wan Sera bahkan melamun dan menatap tangan yang ia gunakan memukul wajah Arash tanpa belas kasihan. Betapa ia telah dibutakan amarah hingga tidak berpikir saat menyakiti Arash. Bahkan lebam di pipi Arash karena pukulannya membuat Wan Sera merasa teramat bersalah. "Haaahh..." Wan Sera menghela napas, berusaha mengurangi rasa bersalah
Meski kebingungan, Arash mulai menatap pohon tinggi yang akan ia naiki, batang pohon itu tidak memiliki pijakan yang dekat dengan tinggi badannya. Batangnya juga terlihat licin, Arash mencoba menaikinya. Namun ia tergelincir dengan cepat. Berulang kali ia lakukan hal yang sama, berulang kali pula ia tergelincir. "Bagaimana cara menaikinya?" gumam Arash, ia terlihat berpikir keras. Batang pohon itu memiliki lingkar batang yang besar, bahkan perlu 3 orang dewasa untuk membentangkan tangan kemudian saling mengaitkan jemari. Arash masih kecil, bahkan jika ia harus membentangkan tangan memeluk batang pohon utama, maka usahanya hanya akan sia-sia. "Haish!! Menaikinya saja begitu sulit, coba lagi besok!!" kata Petua Lei Quo. Membuat Arash merasa sangat sedih. "Mengapa melamun?" tanya Fatta ketika melihat Arash hanya mengacak-acak makanannya. Hari ini Arash mampir kerumah sebelum akhirnya nanti pulang ke asrama. "Paman, bagaimana caranya menaiki pohon besar yang ada di halaman d