Share

BAB 3 DIKUCILKAN

Arash memasuki asrama untuk para murid cilik, ada 3 asrama di perguruan Wunan.

-Asrama murid cilik diisi oleh murid dasar yang masih muda, berumur sekitar 8-10 tahun. Jika berhasil maka mereka akan naik ke tingkat murid junior.

-Asrama murid Junior diisi oleh murid yang lolos ujian secara praktek, mampu mengubah Mana menjadi aliran energi, umur mereka tidak terbatas, jika mampu sejak usia murid cilik maka ia akan loncat tingkat. Jika berhasil di tingkat murid junior maka akan naik ke tingkat murid senior.

-Asrama murid senior jarang terisi, karena beberapa dari mereka akan melakukan pertualangan untuk mencari hewan spiritual yang bisa terkontrak. Bahkan terkadang ada yang menjadi murid pertukaran dengan perguruan lain jika ia mampu, sebagian lainnya akan melakukan pertualangan dan kembali jika sudah memiliki ilmu baru. Bahkan jika berhasil dalam meningkatkan ilmunya, murid senior bisa menjadi seorang guru muda.

Saat ini Arash memasuki asrama murid cilik, semua anak baru berjumlah 50 orang. Tidak terlalu banyak anak baru karena beberapa dari mereka juga memasuki perguruan lainnya. Persaingan antara perguruan sangat ketat, beruntung perguruan Wunan masih bisa berdiri hingga sekarang. Meskipun mereka kekurangan dana karena berkurangnya murid cilik yang mendaftar.

Arash dengan senang membawa beberapa keperluannya selama di asrama, meski rumahnya tidak jauh, Arash tidak bisa pulang sesuka hatinya, para murid cilik dibatasi untuk keluar dari asrama.

"Brught!!" seseorang menabrak Arash dari belakang, membuat barang yang Arash bawa terjatuh.

Arash tidak terlalu peduli pada orang yang menabraknya, ia langsung memunguti barang-barangnya.

Suara kekehan tawa mulai terdengar, semua murid cilik berbagi di ruangan yang sama dengan banyak kasur. Beberapa dari mereka menatap Arash dengan tatapan hina dan mengejek.

"Lihatlah rambut dan mata putih itu!! Katanya anak itu terkutuk!!"

"Terkutuk? Karena apa?"

"Entahlah, mungkin di dalam jiwanya terdapat hal yang jahat!!"

"Mengerikan!! Hal jahat seperti apa hingga membuatnya terlihat mengerikan seperti itu?"

"Kudengar ia menyimpan Raja Iblies di dalam tubuhnya!!"

"Hah?!"

Arash kebingungan ketika semua orang berbisik dan mulai mencibirnya. Arash berjalan menunduk, air matanya akan jatuh, namun ia ingat pesan Fatta, lelaki pantang menangis ketika dihina!! Arash harus tegar!! Meski ia bingung mengapa mereka mengatakan hal sejahat itu kepadanya.

("Arash, jangan menangis!! Kalaupun menangis, menangislah di saat kamu bahagia, menangislah disaat kamu terharu!! Jangan menangis karena dirimu dihina!!") pesan Fatta, Arash tentu ingat hal itu. Karena itu Arash mati-matian menahan airmatanya.

"Jangan tidur di sini!! Aku nggak mau dekat sama anak terkutuk sepertimu!!" salah seorang murid cilik mendorong Arash menjauh. Padahal memilih tempat tidur adalah hak semua murid cilik ketika ajaran baru.

Arash berpindah ke tempat lain yang kosong, murid cilik lainnya sudah berkacak pinggang dengan mata melotot. Arash semakin tertunduk, ia mencari lagi tempat lainnya, hingga ia temukan tempat bagian pojok, ada anak yang melambai kepadanya.

"Brugh!!" Seseorang mencekal kaki Arash, membuat Arash terjatuh hingga kepalanya terantuk karena bukan dalam kondisi siap. Kening Arash terluka hingga membuatnya lebam dan agak lecet. Arash merasa pusing sesaat, namun ia juga tidak terlalu peduli pada orang yang mencekalnya. Arash masih berpikir kalau orang itu tidak sengaja, meski ia mendengar gelak tawa di belakangnya.

"Mengapa kamu nggak marah diperlakukan seperti itu?" tanya murid cilik yang tadi melambai Arash.

"Mungkin dia tidak sengaja..." sahut Arash.

"Kamu dengar mereka tertawa? apa mungkin itu nggak sengaja? apa kamu bodoh?" tanya murid cilik itu dengan marah. Arash hanya tersenyum dan langsung membereskan barang bawaannya.

"Kamu tau, ayahku bilang manusia yang paling buruk adalah orang yang tidak bisa membela dirinya sendiri!! tadinya kupikir aku bisa jadi temanmu, tapi aku nggak bisa berteman sama orang yang lemah!!" murid cilik itu kemudian berbalik dan tidak menghiraukan Arash lagi.

Arash tersenyum dengan tangan mengepal, "beruntunglah kamu punya ayah yang bisa memberitahukan itu kepadamu." sahut Arash dengan dingin.

Anak itu lalu kembali menatap Arash dengan rasa tidak nyaman, "kamu nggak punya ayah?" tanyanya lagi.

Arash menoleh dengan senyum diwajah, tapi matanya memancarkan kesedihan yang dalam.

"Xulai, anak ini nggak punya ayah!! jangan berteman dengan anak yatim terkutuk sepertinya!!" sahut Wan Yunan dengan bersedekap dada.

"Wan Yunan, jangan memprovokasiku!! aku nggak suka caramu memperlakukan orang lain seperti itu." sahut Bie Xulai. Tuan Muda dari keluarga Bie sangat terkenal dengan para jenius dalam keluarganya. Bie Xulai bahkan baru berumur 8 tahun sama dengan Arash, namun ia sudah mampu menciptakan energi Mana yang besar.

"Cih!! aku sudah beritahu, jangan menyesal kalau nanti dia membuatmu rugi!! kamu tau, di dalam tubuhnya ada Raja Iblies!!" kata Wan Yunan dengan tatapan mencemooh ke arah Arash.

"Kakak, aku nggak punya masalah denganmu!! tapi kamu selalu menggangguku, bahkan berkata seperti itu, kalau paman Wan...!"

"Apa kamu akan mengadu lagi?"

"Bukan aku yang mengadu!!"

"Cih!! jangan sombong yatim, aku akan buat kamu nggak betah di sini!! jadi lebih baik kamu menyerah dan enyah dari hadapanku!!"

"Wan Yunan, kamu sudah keterlaluan!! Dia punya hak untuk berada di sini!!"

"Hak seperti apa? dia bahkan tidak bisa menciptakan Mana!!"

"Bakh!!" dengan cepat kaki Wan Yunan menendang perut Arash. Entah kenapa, melihat Arash membuatnya begitu kesal. Seperti yang Arash bilang, Arash tidak pernah memiliki masalah dengannya. Tapi bagi Wan Yunan, yang kuat yang berkuasa, maka yang lemah diam saja!!

Arash menatap semua murid cilik yang kini kembali berbisik dan mentertawakan ketidakmampuan Arash dalam menciptakan energi Mana. Arash bahkan tak mampu mengelak apa yang Wan Yunan lakukan.

(Hajar mereka!!) tiba-tiba terdengar suara di dalam kepala Arash.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status