Share

BAB 4 SUARA RAJA IBLIES

(Cepat hajar mereka!!)

(Buat mulut yang tidak sopan itu bungkam!!)

(Cepat!!)

(Pukul mereka!!)

(Habisi mereka!!)

(Jangan diam saja, anak bodoh!!)

Suara itu hanya satu, namun terdengar begitu ramai, membuat Arash merasa pusing. Seingatnya ini bukanlah hari bulan darah, bahkan masih terlampau terang untuk mengatakan kalau sekarang sudah malam.

"Brukh!!" Arash menjatuhkan diri, kepalanya terasa sangat pusing hingga membuatnya mual.

"Lihatlah manusia yatim terkutuk ini sangat lemah, membuatku muak melihatnya!!" kata Wan Yunan lagi, semua murid cilik yang membela Wan Yunan tentunya ikut mentertawakan kelemahan Arash.

"Bie Xulai, urus dia kalau kamu mau jadi temannya!! Kurasa kalian akan sangat cocok!!" ejek Wan Yunan lagi. Dia lalu pergi dengan tawa yang menggelegar bersama kedua temannya.

Sementara Arash akan muntah, ia harus segera pergi dari ruang asrama. Jadi Arash berlari keluar dari ruang asrama murid cilik, ia pergi ke taman untuk memenangkan diri. Menghilangkan rasa pusing dan suara-suara yang mengganggunya.

Arash terlentang dan menutup matanya dengan sebelah tangan.

Kini pusing itu mulai reda, suara-suara yang tadi mengganggunya juga perlahan menghilang, ini adalah kejadian pertama kali bagi Arash. Selama ini ia hanya mengalami pusing dan mual, baru kali ini ia mendengar suara di kepalanya.

"Haruskah aku bilang kepada paman Fatta soal suara-suara di pikiranku ini?" gumam Arash.

Sedetik kemudian Arash menggeleng, mengurungkan kembali niatnya. "pasti paman Fatta akan lebih khawatir!! Tapi suara apa itu tadi?"

"Arash, apa yang kamu lakukan di sini?" Fatta datang dengan banyak belanjaan di tangannya.

"Woaaa!!" Arash terkejut melihat Fatta tiba-tiba ada di dekatnya.

"Kapan paman datang?" tanya Arash, sedangkan Fatta menatapnya dengan tatapan curiga. Arash takut jika Fatta mendengar apa yang tadi ia katakan.

"Baru saja, apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu sakit Arash?" tanya Fatta, ia bahkan memastikan wajah dan seluruh tubuh Arash dan terhenti ketika melihat kening Arash lecet.

"Apa ini? Kamu berkelahi?" tanya Fatta lagi, tapi bukan wajah marah melainkan bangga yang tersirat dari wajah Fatta. "Apa kamu melawan?"

"Paman, aku hanya tersandung dan membentur sesuatu!!" sahut Arash dengan tangan Fatta yang masih menangkup kedua pipinya. "Jadi lepaskan tanganmu!!"

"Haish!! Paman kira kamu mengalami kemajuan karena sudah masuk perguruan!!"

"Nggak bisa seperti itu, baru hari pertama!! Besok baru latihan!!" sahut Arash tidak terima, ia tau Fatta ingin ia bisa melawan para murid cilik yang membullynya.

"Arash, saat berlatih jangan terlalu memaksakan diri, pelan-pelan saja!! Asalkan konsisten, maka kamu pasti berhasil!!"

"Uhm... Uhm...!!" Arash mengangguk lalu berjalan menjauh.

"Kamu mau kemana?" tanya Fatta melihat Arash menjauh.

"Kembali ke asrama, lebih lama di sini hanya akan mendengar ceramah paman!!" sahut Arash dari kejauhan, Fatta hanya bisa tersenyum.

Wajah Fatta kemudian berubah menjadi serius ketika memastikan Arash sudah benar-benar jauh, ia jelas mendengar kata-kata Arash tadi, ada suara di kepalanya. 'Sudah pasti itu adalah suara Raja Iblies, apa jiwa Raja Iblies mulai mempengaruhi Arash? Aku harus segera mencari tau!!'

Fatta kemudian kembali kerumah, ia mengunci pintu dan jendela rumah. Dulu ada beberapa barang yang Rama berikan kepadanya, barang-barang itu tidak pernah ia pakai karena akan aman jika selalu bersama Rama. Fatta membuka sebuah penutup lantai, dibawahnya ada pintu yang sangat samar jika tidak begitu diperhatikan.

Fatta mengangkat pintu itu, terdapat kotak penyimpanan."Klak!!" Fatta membuka kotak itu, ia melihat beberapa botol cairan dan cincin penyimpanan milik Melisa, ibu Arash yang telah meninggal.

"Disaat yang tepat, aku akan menyerahkan semua ini kepadamu Arash!!" kata Fatta, ia kemudian menyimpan kembali kotak itu setelah memastikan isinya tetap aman.

***

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bie Xulai.

Arash menatap Bie Xulai, anak itu memakai ikat kepala merah dengan lambang keluarga Bie di tengahnya, gambar cakar Harimau.

"Iya, aku baik-baik saja." sahut Arash dengan nada datar.

Wajah Bie Xulai terlihat muram, keluarganya terlebih ibunya mengajarkan kebaikan, untuk selalu melawan kejahatan. Namun Bie Xulai malah terdiam saat Arash mendapatkan perlakuan tidak adil di depan matanya. Apa kata ibunya jika mengetahui ini, Bie Xulai tentu akan malu karena tidak bisa mengamalkan apa yang ibunya ajarkan.

"Maaf, aku nggak membantumu tadi..." kata Bie Xulai dengan muram.

"Nggak masalah, ayahmu benar!! seharusnya aku bisa menolong diriku sendiri, mohon bantuannya Xulai, aku anak yang nggak mampu menciptakan Mana, kudengar kamu mampu melakukan itu di usia sekarang. Siapa tau kamu mau mengajariku!!" kata Arash dengan tangan di tengkuk, ia malu dan belum pernah meminta tolong seperti ini kepada orang lain.

Namun Bie Xulai malah berbinar, ia senang bisa membantu dan memanfaatkan kekuatannya untuk menolong orang lain.

"Tentu saja, aku akan mengajarimu!!" sahut Bie Xulai dengan bersemangat.

Bie Xulai lalu mengulurkan tangannya, Arash menatap tangan itu. "Mari kita berteman!! siapa namamu?" tanya Bie Xulai, karena ia belum mengetahui nama Arash dengan benar selain julukan yang ditempelkan kepadanya.

Tap!!

Arash menerima uluran tangan itu, wajahnya juga berbinar ceria. Arash senang ketika mendengar Bie Xulai mengatakan akan berteman dengannya.

"Arash!! Arash Adipati!!"

Kedua murid cilik itu kemudian tersenyum, sementara Wan Yunan semakin murka. Dia sudah menyebarkan berita tentang Arash, Arash malah berteman dengan Bie Xulai. Entah bagaimana caranya agar tidak ada satupun orang yang mau menjadi teman Arash?

Sedetik kemudian Wan Yunan tersenyum, rencana gila mulai terpikirkan di kepalanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status