(Cepat hajar mereka!!)
(Buat mulut yang tidak sopan itu bungkam!!) (Cepat!!) (Pukul mereka!!) (Habisi mereka!!) (Jangan diam saja, anak bodoh!!) Suara itu hanya satu, namun terdengar begitu ramai, membuat Arash merasa pusing. Seingatnya ini bukanlah hari bulan darah, bahkan masih terlampau terang untuk mengatakan kalau sekarang sudah malam. "Brukh!!" Arash menjatuhkan diri, kepalanya terasa sangat pusing hingga membuatnya mual. "Lihatlah manusia yatim terkutuk ini sangat lemah, membuatku muak melihatnya!!" kata Wan Yunan lagi, semua murid cilik yang membela Wan Yunan tentunya ikut mentertawakan kelemahan Arash. "Bie Xulai, urus dia kalau kamu mau jadi temannya!! Kurasa kalian akan sangat cocok!!" ejek Wan Yunan lagi. Dia lalu pergi dengan tawa yang menggelegar bersama kedua temannya. Sementara Arash akan muntah, ia harus segera pergi dari ruang asrama. Jadi Arash berlari keluar dari ruang asrama murid cilik, ia pergi ke taman untuk memenangkan diri. Menghilangkan rasa pusing dan suara-suara yang mengganggunya. Arash terlentang dan menutup matanya dengan sebelah tangan. Kini pusing itu mulai reda, suara-suara yang tadi mengganggunya juga perlahan menghilang, ini adalah kejadian pertama kali bagi Arash. Selama ini ia hanya mengalami pusing dan mual, baru kali ini ia mendengar suara di kepalanya. "Haruskah aku bilang kepada paman Fatta soal suara-suara di pikiranku ini?" gumam Arash. Sedetik kemudian Arash menggeleng, mengurungkan kembali niatnya. "pasti paman Fatta akan lebih khawatir!! Tapi suara apa itu tadi?" "Arash, apa yang kamu lakukan di sini?" Fatta datang dengan banyak belanjaan di tangannya. "Woaaa!!" Arash terkejut melihat Fatta tiba-tiba ada di dekatnya. "Kapan paman datang?" tanya Arash, sedangkan Fatta menatapnya dengan tatapan curiga. Arash takut jika Fatta mendengar apa yang tadi ia katakan. "Baru saja, apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu sakit Arash?" tanya Fatta, ia bahkan memastikan wajah dan seluruh tubuh Arash dan terhenti ketika melihat kening Arash lecet. "Apa ini? Kamu berkelahi?" tanya Fatta lagi, tapi bukan wajah marah melainkan bangga yang tersirat dari wajah Fatta. "Apa kamu melawan?" "Paman, aku hanya tersandung dan membentur sesuatu!!" sahut Arash dengan tangan Fatta yang masih menangkup kedua pipinya. "Jadi lepaskan tanganmu!!" "Haish!! Paman kira kamu mengalami kemajuan karena sudah masuk perguruan!!" "Nggak bisa seperti itu, baru hari pertama!! Besok baru latihan!!" sahut Arash tidak terima, ia tau Fatta ingin ia bisa melawan para murid cilik yang membullynya. "Arash, saat berlatih jangan terlalu memaksakan diri, pelan-pelan saja!! Asalkan konsisten, maka kamu pasti berhasil!!" "Uhm... Uhm...!!" Arash mengangguk lalu berjalan menjauh. "Kamu mau kemana?" tanya Fatta melihat Arash menjauh. "Kembali ke asrama, lebih lama di sini hanya akan mendengar ceramah paman!!" sahut Arash dari kejauhan, Fatta hanya bisa tersenyum. Wajah Fatta kemudian berubah menjadi serius ketika memastikan Arash sudah benar-benar jauh, ia jelas mendengar kata-kata Arash tadi, ada suara di kepalanya. 'Sudah pasti itu adalah suara Raja Iblies, apa jiwa Raja Iblies mulai mempengaruhi Arash? Aku harus segera mencari tau!!' Fatta kemudian kembali kerumah, ia mengunci pintu dan jendela rumah. Dulu ada beberapa barang yang Rama berikan kepadanya, barang-barang itu tidak pernah ia pakai karena akan aman jika selalu bersama Rama. Fatta membuka sebuah penutup lantai, dibawahnya ada pintu yang sangat samar jika tidak begitu diperhatikan. Fatta mengangkat pintu itu, terdapat kotak penyimpanan."Klak!!" Fatta membuka kotak itu, ia melihat beberapa botol cairan dan cincin penyimpanan milik Melisa, ibu Arash yang telah meninggal. "Disaat yang tepat, aku akan menyerahkan semua ini kepadamu Arash!!" kata Fatta, ia kemudian menyimpan kembali kotak itu setelah memastikan isinya tetap aman. *** "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bie Xulai. Arash menatap Bie Xulai, anak itu memakai ikat kepala merah dengan lambang keluarga Bie di tengahnya, gambar cakar Harimau. "Iya, aku baik-baik saja." sahut Arash dengan nada datar. Wajah Bie Xulai terlihat muram, keluarganya terlebih ibunya mengajarkan kebaikan, untuk selalu melawan kejahatan. Namun Bie Xulai malah terdiam saat Arash mendapatkan perlakuan tidak adil di depan matanya. Apa kata ibunya jika mengetahui ini, Bie Xulai tentu akan malu karena tidak bisa mengamalkan apa yang ibunya ajarkan. "Maaf, aku nggak membantumu tadi..." kata Bie Xulai dengan muram. "Nggak masalah, ayahmu benar!! seharusnya aku bisa menolong diriku sendiri, mohon bantuannya Xulai, aku anak yang nggak mampu menciptakan Mana, kudengar kamu mampu melakukan itu di usia sekarang. Siapa tau kamu mau mengajariku!!" kata Arash dengan tangan di tengkuk, ia malu dan belum pernah meminta tolong seperti ini kepada orang lain. Namun Bie Xulai malah berbinar, ia senang bisa membantu dan memanfaatkan kekuatannya untuk menolong orang lain. "Tentu saja, aku akan mengajarimu!!" sahut Bie Xulai dengan bersemangat. Bie Xulai lalu mengulurkan tangannya, Arash menatap tangan itu. "Mari kita berteman!! siapa namamu?" tanya Bie Xulai, karena ia belum mengetahui nama Arash dengan benar selain julukan yang ditempelkan kepadanya. Tap!! Arash menerima uluran tangan itu, wajahnya juga berbinar ceria. Arash senang ketika mendengar Bie Xulai mengatakan akan berteman dengannya. "Arash!! Arash Adipati!!" Kedua murid cilik itu kemudian tersenyum, sementara Wan Yunan semakin murka. Dia sudah menyebarkan berita tentang Arash, Arash malah berteman dengan Bie Xulai. Entah bagaimana caranya agar tidak ada satupun orang yang mau menjadi teman Arash? Sedetik kemudian Wan Yunan tersenyum, rencana gila mulai terpikirkan di kepalanya."Priiiiittt!!" Sebuah peluit dibunyikan, para murid cilik terbangun dengan sigap. Beberapa murid cilik yang masih baru seperti Arash masih mengusap matanya. Sementara murid cilik lainnya mulai bersiap memakai seragam mereka. "Cepat bersiap!! Dalam hitungan 1 menit kalian semua harus sudah ada di lapangan!!" guru Yao membangunkan semua murid cilik dengan suara yang menggema. Membuat semua murid cilik segera tersadar dari rasa kantuk yang mendera. "Dimana seragamku?" Arash terlihat bingung karena ia tidak menemukan seragamnya, sementara Wan Yunan tersenyum senang dengan wajah panik yang Arash tunjukkan. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa belum memakai seragam? Nggak dengar tadi guru Yao sudah memberi perintah?" tanya Bie Xulai sembari mengenakan seragam miliknya. "Aku nggak menemukan seragamku!!" kata Arash lagi, ia benar-benar panik. "Dimana kamu meletakannya?" tanya Bie Xulai lagi. "Di sini, tapi sekarang nggak ada!!" sahut Arash terlihat mulai frustasi. "Kamu yakin?"
"Paman!!" "Arash, bukankah seharusnya kamu sedang berlatih saat ini?" tanya Fatta, ia terkejut saat Arash mendobrak pintu rumah dengan kasar. "Paman, katakan yang sejujurnya kepadaku..." Arash terlihat menjeda perkataannya. Arash takut apa yang akan ia dengar kemudian akan merubah segala pandangannya terhadap Rama, ayahnya. "Ada apa Arash?" tanya Fatta khawatir. "Apa benar ayah menyegel Raja Iblies di dalam tubuhku, bahkan sebelum aku lahir?" Begitu mendengar pertanyaan yang Arash tanyakan, Fatta tercekat! Ia bahkan tak berdaya untuk menjawab, ia bingung apakah harus jujur atau bagaimana? Karena menurut Fatta, Arash masih terlalu muda untuk memahami mengapa ayahnya melakukan itu. "Paman jawablah... Kalau kamu diam, itu hanya akan membenarkan pertanyaanku!!" Arash terlihat marah, ia bahkan mulai membentak. "Arash, ayahmu punya alasan!! Saat itu Tuan Muda tidak punya pilihan, ia harus secepatnya menyegel Raja Iblies yang akan bangkit ke dalam tubuh suci, kebetulan saat itu h
Arash berdiri dalam satu kali hentakan. Udara di sekitarnya berubah. Tatapan Arash yang polos berubah menjadi sangat kejam. "Yatim sial*n!! Akan kubuat kau menyesal!!" Wan Yunan maju, ia juga mengerahkan Mananya dalam bentuk pedang cahaya. "Hiaaatt!!" "Wush!!""Wush!!"Wan Yunan mengerahkan senjata cahaya yang telah ia buat dari Mana untuk menyerang Arash, Arash menatap Wan Yunan dengan senyum yang mengerikan, ia kemudian mengelak dari setiap serangan yang Wan Yunan kerahkan. "Kurang ajar!!"Wan Yunan terlihat frustasi, ia bahkan belum bisa menyentuh Arash, anak itu terlihat bergerak dengan cepat tidak seperti biasanya. "Panggil guru Yao!! Yatim busuk itu kerasukan Raja Iblies!!" teriak Halim Chao. Arash berbalik menatapnya, kemudian melompat ke arah Halim Chao dan langsung memukulnya dengan bringas. Beberapa murid cilik lainnya berusaha menghalangi Arash. Namun Arash malah memukuli murid cilik yang mencoba menahannya. "Akh!!""Brakh!!""Brukh!!"Beberapa murid cilik mulai ket
"Anak itu berbahaya ketua Wan, aku tau ia anak dari kenalanmu, tapi apa kamu akan membiarkan sesuatu yang berbahaya seperti itu berada di dalam perguruan kita? Bahkan banyak murid cilik yang terluka karenanya, kita sampai harus meliburkan beberapa dari mereka karena terluka!!" jelas Tetua Yuen Yie, beberapa tetua lainnya setuju. Tetua Wan menghela napas dengan berat, "kalian sudah tau apa yang ada di dalam diri anak muda itu, bayangkan jika diluar sana rumor ini menyebar, maka sekte golongan hitam akan mencoba memanfaatkan anak muda itu, apa kalian tidak berpikir sampai ke sana?" Kata-kata Tetua Wan barusan membuat Tetua Yuan Yue terdiam. Bahkan Tetua lainnya juga ikut terdiam, kemudian Tetua Bian Cha angkat bicara. "Apa yang Tetua Wan katakan ada benarnya, tapi aku ingin menyarankan ia dilatih secara terpisah oleh seorang guru, setidaknya ada yang harus mengawasinya bukan?" kata Tetua Bian Cha. "Lalu siapa yang mau kamu sarankan menjadi guru dari anak itu? Kamu lihat bukan,
"Petua Lei Quo, ini tehnya..." Fatta menyiapkan teh melati untuk Petua Lei Quo. Sementara Arash berada di balik tubuh Fatta dengan raut wajah takut, awalnya Arash senang karena Petua Lei Quo mengajaknya bicara dan bercanda. Tapi ketika Petua Lei Quo menawarkan akan menjadikan ia murid, di saat itulah Arash ingat pesan Fatta. Harus berhati-hati kepada orang yang menawarkan kebaikan secara tiba-tiba, karena banyak penipu di dunia ini! "Hahaha!! Hahaha!! Fatta, kau mengajarinya banyak hal, aku suka ketika dia terlihat waspada seperti itu." kata Petua Lei Quo lagi, ia kemudian menyesap teh yang Fatta siapkan dengan nikmat. Fatta telah menjelaskan kenapa Arash bersikap waspada, beruntung Petua Lei Quo tidak tersinggung. "Arash, Petua Lei Quo adalah guru besar dari Tetua Wan Bingwen. Kamu tidak boleh bersikap tidak sopan, beri penghormatan kepadanya." kata Fatta lagi. Arash kemudian menangkupkan tangannya dengan kepala menunduk hormat. "Maafkan aku Petua Lei, aku kira kamu pe
"Wan Sera, kakak nggak pernah mengajarimu menindas anak yang lemah. Rama, ayahnya Arash adalah orang yang sangat berjasa, sehingga membuatku bisa mengangkat derajat keluarga kita. Karena ialah aku bisa memiliki hewan spiritual Phoenix api. Karena ia juga aku mampu menduduki jabatan sebagai Tetua perguruan!! Selain itu apa kamu tau, Arash bukan sengaja memukul Wan Yunan, ia dalam pengaruh Raja Iblies yang berada di dalam tubuhnya!!" Wan Bingwen terlihat menghela napas yang berat, "kalau saja Raja Iblies nggak di segel di dalam tubuh Arash, kita semua yang ada di dunia ini sudah pasti mati!!" Wan Sera tertegun mengingat kata-kata Wan Bingwen, kakaknya. Wan Sera bahkan melamun dan menatap tangan yang ia gunakan memukul wajah Arash tanpa belas kasihan. Betapa ia telah dibutakan amarah hingga tidak berpikir saat menyakiti Arash. Bahkan lebam di pipi Arash karena pukulannya membuat Wan Sera merasa teramat bersalah. "Haaahh..." Wan Sera menghela napas, berusaha mengurangi rasa bersalah
Meski kebingungan, Arash mulai menatap pohon tinggi yang akan ia naiki, batang pohon itu tidak memiliki pijakan yang dekat dengan tinggi badannya. Batangnya juga terlihat licin, Arash mencoba menaikinya. Namun ia tergelincir dengan cepat. Berulang kali ia lakukan hal yang sama, berulang kali pula ia tergelincir. "Bagaimana cara menaikinya?" gumam Arash, ia terlihat berpikir keras. Batang pohon itu memiliki lingkar batang yang besar, bahkan perlu 3 orang dewasa untuk membentangkan tangan kemudian saling mengaitkan jemari. Arash masih kecil, bahkan jika ia harus membentangkan tangan memeluk batang pohon utama, maka usahanya hanya akan sia-sia. "Haish!! Menaikinya saja begitu sulit, coba lagi besok!!" kata Petua Lei Quo. Membuat Arash merasa sangat sedih. "Mengapa melamun?" tanya Fatta ketika melihat Arash hanya mengacak-acak makanannya. Hari ini Arash mampir kerumah sebelum akhirnya nanti pulang ke asrama. "Paman, bagaimana caranya menaiki pohon besar yang ada di halaman d
Setiap hari Arash berlatih dengan giat, meski ia berusaha menaiki pohon besar dan belum membuahkan hasil, Arash pantang menyerah! Dengan tubuh kecilnya itu ia masih berusaha menaklukkan pohon besar yang kini ia namai Daba! "Daba!! Hari ini aku pasti akan menaikimu!!" tunjuk Arash kepada Daba si pohon besar. Setiap hari Arash akan menaiki Daba dan tergelincir berulang kali. Bahkan Petua Lei Quo hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengarkan percakapan yang Arash lakukan kepada Daba, si pohon besar! "Arash, berjuanglah! Besok bebanmu akan bertambah!" kata Petua Lei Quo ketika Arash sedang menantang Daba di depannya. Jika pagi hingga sore hari Arash berlatih dengan Petua Lei Quo, maka malamnya Arash akan berlatih bersama Bie Xulai untuk menciptakan Mana. Sudah sebulan Arash melakukan itu, belum ada peningkatan pada Mana yang ia ciptakan. Setiap energi Mana akan tercipta, maka sesuatu di dalam tubuhnya langsung memblokir energi tersebut. "Arash, ada berita baik!" kata Bie Xulai