Share

BAB 5 KETERLALUAN!

"Priiiiittt!!" Sebuah peluit dibunyikan, para murid cilik terbangun dengan sigap. Beberapa murid cilik yang masih baru seperti Arash masih mengusap matanya. Sementara murid cilik lainnya mulai bersiap memakai seragam mereka.

"Cepat bersiap!! Dalam hitungan 1 menit kalian semua harus sudah ada di lapangan!!" guru Yao membangunkan semua murid cilik dengan suara yang menggema. Membuat semua murid cilik segera tersadar dari rasa kantuk yang mendera.

"Dimana seragamku?" Arash terlihat bingung karena ia tidak menemukan seragamnya, sementara Wan Yunan tersenyum senang dengan wajah panik yang Arash tunjukkan.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa belum memakai seragam? Nggak dengar tadi guru Yao sudah memberi perintah?" tanya Bie Xulai sembari mengenakan seragam miliknya.

"Aku nggak menemukan seragamku!!" kata Arash lagi, ia benar-benar panik.

"Dimana kamu meletakannya?" tanya Bie Xulai lagi.

"Di sini, tapi sekarang nggak ada!!" sahut Arash terlihat mulai frustasi.

"Kamu yakin?" tanya Bie Xulai lagi.

"Yakin!!" sahut Arash dengan tatapan jujur, Bie Xulai tau pasti ada yang mengerjai Arash dengan menyembunyikan seragamnya.

"Pakai bajumu apa adanya, nanti jelaskan kepada guru Yao!! Mungkin kamu bisa dimaafkan!!" kata Bie Xulai lagi.

Tidak ada cara lain, tidak ada waktu lagi untuk mencari seragamnya, jadi Arash setuju dengan ide yang Bie Xulai katakan.

"Mengapa kamu nggak pakai seragam?" tanya guru Yao saat melihat ke arah Arash.

"Ampun guru, karena kecerobohanku!! Seragam yang kuletakkan tadi malam di samping tempat tidur hilang begitu saja!!" kata Arash.

Guru Yao merasa kagum, mencerna kata-kata Arash yang tidak langsung menyalahkan orang lain namun mengakui kesalahannya karena ceroboh. Berarti Arash tau ada yang tidak menyukainya, tapi malah tidak berhati-hati. Begitulah yang guru Yao tangkap dari maksud kata-kata Arash.

"Yang lain lari 10 putaran, kamu 15 putaran!!" kata guru Yao menunjuk ke arah Arash, Arash langsung menghela napas lega. Sangat bersyukur guru Yao tidak mengusirnya, menurut Arash hukuman yang guru Yao berikan sangat ringan ketimbang tidak diperbolehkan mengikuti latihan.

"Baik guru Yao!!" semua murid cilik termasuk Arash lalu mulai berlari.

Para murid cilik yang berumur 9-10 tahun berada di depan, sementara murid cilik yang baru masuk dan berumur masih 8 tahun berada di belakang. Para murid cilik yang lebih senior membimbing murid cilik baru untuk mengikuti mereka berlari, Area berlari bukan sekedar lapangan biasa. Mereka harus melewati beberapa halangan loncat dan memanjat untuk melatih seluruh anggota tubuh.

"Hiat!! hiat!!" Selesai berlari seluruh murid akan melatih pondasi kaki dan kekuatan tangan mereka untuk memukul boneka jerami dengan pedang kayu.

Ketika selesai melatih fisik mereka maka seluruh murid cilik akan diminta untuk mengalirkan Mana ke dalam pedang mereka untuk memberikan energi sihir ke dalam pedang dan memukul boneka jerami.

Bukan hal yang mudah, karena boneka jerami telah terisi oleh Mana yang kuat, bahkan bukan guru Yao yang mengisi Mana di dalam semua boneka jerami. Melainkan ketua Wan Bingwen sendiri.

Semua orang tau bagaimana kekuatan ketua Wan Bingwen, hanya ia satu-satunya ketua yang memiliki hewan spiritual Phoenix api, Sehingga Wan Bingwen memiliki kekuatan Mana yang sangat besar. Di dalam ilmu persilatan, Mana sangat diperlukan, terlebih jika Mana tersebut memiliki wadah dan sumber daya yang banyak. Semakin banyak Mana seseorang maka semakin besar pula kekuatan sihir yang bisa ia keluarkan, jika Mana habis maka sihir akan mengalami cooldown(jeda waktu untuk kembali mengeluarkan sihir)

Namun jaman dulu ada beberapa pendekar yang hanya memanfaatkan kekuatan fisik tanpa Mana, tapi sangat langka! kebanyakan dari mereka pun akan kalah dengan pendekar yang memiliki Mana, terlebih jika harus melawan para siluman dan monster.

"Bukh!!" Wan Yunan kembali menggepak Arash dengan sengaja, beberapa temannya juga sesekali mencekal kaki Arash, hingga akhirnya murid cilik lainnya yang awalnya tidak membully Arash, kini berbalik ikut membullynya. Alasan utama agar mereka terlihat berada di sisi Wan Yunan dan tidak ikut dibully seperti Arash.

"Wan Yunan!! Mengapa kamu bersikap seperti pengecut? kamu mengajak murid lainnya untuk menyakiti Arash!!" kecam Bie Xulai.

"Bie Xulai, jangan menuduh tanpa bukti! Kamu bisa tanyakan kepada murid cilik lainnya, apa aku meminta mereka untuk membully Arash?" tantang Wan Yunan.

"Tentu mereka tidak akan berkata kamu yang memberi perintah, mereka takut kepadamu!!"

"Ha!! Benarkah, berarti mereka mengakui kalau aku kuat, Bie Xulai... bukankah kamu tau, hukum di dalam ilmu persilatan siapa yang kuat dia yang berkuasa!!"

"Itu hanya hukum yang kamu buat sendiri!! Yang kuat melindungi yang lemah, yang lemah belajar dengan yang kuat!!" sahut Bie Xulai marah, ia sungguh tidak tahan melihat perlakuan Wan Yunan dan murid cilik lainnya terhadap Arash. Mereka sudah keterlaluan, karena kini tubuh Arash penuh lebam karena pukulan, tendangan dan hal lainnya. Mereka berbuat dengan berpura-pura bahwa itu semua terjadi secara tidak sengaja.

"Ha... Bie Xulai, aku bingung mengapa kamu sangat membela anak yatim ini, bukankah sudah kubilang anak ini menyimpan sesuatu yang berbahaya di dalam dirinya, mengapa kamu tidak percaya? ayahnya menyegel Raja Iblies di dalam tubuhnya sewaktu ia masih berada di dalam kandungan, coba bayangkan apa yang akan terjadi jika dia dipengaruhi Raja Iblies yang berada di dalam tubuhnya?"

"Apa maksudmu? darimana kamu mendengar informasi seperti itu? apa kamu bisa bertanggung jawab dengan apa yang kamu katakan?" Arash maju dan terlihat marah. Arash tak bisa membayangkan jika semua yang Wan Yunan katakan adalah benar, bagaimana bisa ayahnya tega menyegel Raja Iblies di dalam tubuhnya? Apa karena itu ibunya meninggal begitu melahirkannya? semua pertanyaan mulai muncul di dalam benak Arash. Dia bahkan mengepalkan tangannya hingga memutih.

"Bagaimana jika kamu bertanya kepada pamanmu!! Bukankah dia yang paling tau!!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status