"Priiiiittt!!" Sebuah peluit dibunyikan, para murid cilik terbangun dengan sigap. Beberapa murid cilik yang masih baru seperti Arash masih mengusap matanya. Sementara murid cilik lainnya mulai bersiap memakai seragam mereka.
"Cepat bersiap!! Dalam hitungan 1 menit kalian semua harus sudah ada di lapangan!!" guru Yao membangunkan semua murid cilik dengan suara yang menggema. Membuat semua murid cilik segera tersadar dari rasa kantuk yang mendera. "Dimana seragamku?" Arash terlihat bingung karena ia tidak menemukan seragamnya, sementara Wan Yunan tersenyum senang dengan wajah panik yang Arash tunjukkan. "Apa yang kamu lakukan? Kenapa belum memakai seragam? Nggak dengar tadi guru Yao sudah memberi perintah?" tanya Bie Xulai sembari mengenakan seragam miliknya. "Aku nggak menemukan seragamku!!" kata Arash lagi, ia benar-benar panik. "Dimana kamu meletakannya?" tanya Bie Xulai lagi. "Di sini, tapi sekarang nggak ada!!" sahut Arash terlihat mulai frustasi. "Kamu yakin?" tanya Bie Xulai lagi. "Yakin!!" sahut Arash dengan tatapan jujur, Bie Xulai tau pasti ada yang mengerjai Arash dengan menyembunyikan seragamnya. "Pakai bajumu apa adanya, nanti jelaskan kepada guru Yao!! Mungkin kamu bisa dimaafkan!!" kata Bie Xulai lagi. Tidak ada cara lain, tidak ada waktu lagi untuk mencari seragamnya, jadi Arash setuju dengan ide yang Bie Xulai katakan. "Mengapa kamu nggak pakai seragam?" tanya guru Yao saat melihat ke arah Arash. "Ampun guru, karena kecerobohanku!! Seragam yang kuletakkan tadi malam di samping tempat tidur hilang begitu saja!!" kata Arash. Guru Yao merasa kagum, mencerna kata-kata Arash yang tidak langsung menyalahkan orang lain namun mengakui kesalahannya karena ceroboh. Berarti Arash tau ada yang tidak menyukainya, tapi malah tidak berhati-hati. Begitulah yang guru Yao tangkap dari maksud kata-kata Arash. "Yang lain lari 10 putaran, kamu 15 putaran!!" kata guru Yao menunjuk ke arah Arash, Arash langsung menghela napas lega. Sangat bersyukur guru Yao tidak mengusirnya, menurut Arash hukuman yang guru Yao berikan sangat ringan ketimbang tidak diperbolehkan mengikuti latihan. "Baik guru Yao!!" semua murid cilik termasuk Arash lalu mulai berlari. Para murid cilik yang berumur 9-10 tahun berada di depan, sementara murid cilik yang baru masuk dan berumur masih 8 tahun berada di belakang. Para murid cilik yang lebih senior membimbing murid cilik baru untuk mengikuti mereka berlari, Area berlari bukan sekedar lapangan biasa. Mereka harus melewati beberapa halangan loncat dan memanjat untuk melatih seluruh anggota tubuh. "Hiat!! hiat!!" Selesai berlari seluruh murid akan melatih pondasi kaki dan kekuatan tangan mereka untuk memukul boneka jerami dengan pedang kayu. Ketika selesai melatih fisik mereka maka seluruh murid cilik akan diminta untuk mengalirkan Mana ke dalam pedang mereka untuk memberikan energi sihir ke dalam pedang dan memukul boneka jerami. Bukan hal yang mudah, karena boneka jerami telah terisi oleh Mana yang kuat, bahkan bukan guru Yao yang mengisi Mana di dalam semua boneka jerami. Melainkan ketua Wan Bingwen sendiri. Semua orang tau bagaimana kekuatan ketua Wan Bingwen, hanya ia satu-satunya ketua yang memiliki hewan spiritual Phoenix api, Sehingga Wan Bingwen memiliki kekuatan Mana yang sangat besar. Di dalam ilmu persilatan, Mana sangat diperlukan, terlebih jika Mana tersebut memiliki wadah dan sumber daya yang banyak. Semakin banyak Mana seseorang maka semakin besar pula kekuatan sihir yang bisa ia keluarkan, jika Mana habis maka sihir akan mengalami cooldown(jeda waktu untuk kembali mengeluarkan sihir) Namun jaman dulu ada beberapa pendekar yang hanya memanfaatkan kekuatan fisik tanpa Mana, tapi sangat langka! kebanyakan dari mereka pun akan kalah dengan pendekar yang memiliki Mana, terlebih jika harus melawan para siluman dan monster. "Bukh!!" Wan Yunan kembali menggepak Arash dengan sengaja, beberapa temannya juga sesekali mencekal kaki Arash, hingga akhirnya murid cilik lainnya yang awalnya tidak membully Arash, kini berbalik ikut membullynya. Alasan utama agar mereka terlihat berada di sisi Wan Yunan dan tidak ikut dibully seperti Arash. "Wan Yunan!! Mengapa kamu bersikap seperti pengecut? kamu mengajak murid lainnya untuk menyakiti Arash!!" kecam Bie Xulai. "Bie Xulai, jangan menuduh tanpa bukti! Kamu bisa tanyakan kepada murid cilik lainnya, apa aku meminta mereka untuk membully Arash?" tantang Wan Yunan. "Tentu mereka tidak akan berkata kamu yang memberi perintah, mereka takut kepadamu!!" "Ha!! Benarkah, berarti mereka mengakui kalau aku kuat, Bie Xulai... bukankah kamu tau, hukum di dalam ilmu persilatan siapa yang kuat dia yang berkuasa!!" "Itu hanya hukum yang kamu buat sendiri!! Yang kuat melindungi yang lemah, yang lemah belajar dengan yang kuat!!" sahut Bie Xulai marah, ia sungguh tidak tahan melihat perlakuan Wan Yunan dan murid cilik lainnya terhadap Arash. Mereka sudah keterlaluan, karena kini tubuh Arash penuh lebam karena pukulan, tendangan dan hal lainnya. Mereka berbuat dengan berpura-pura bahwa itu semua terjadi secara tidak sengaja. "Ha... Bie Xulai, aku bingung mengapa kamu sangat membela anak yatim ini, bukankah sudah kubilang anak ini menyimpan sesuatu yang berbahaya di dalam dirinya, mengapa kamu tidak percaya? ayahnya menyegel Raja Iblies di dalam tubuhnya sewaktu ia masih berada di dalam kandungan, coba bayangkan apa yang akan terjadi jika dia dipengaruhi Raja Iblies yang berada di dalam tubuhnya?" "Apa maksudmu? darimana kamu mendengar informasi seperti itu? apa kamu bisa bertanggung jawab dengan apa yang kamu katakan?" Arash maju dan terlihat marah. Arash tak bisa membayangkan jika semua yang Wan Yunan katakan adalah benar, bagaimana bisa ayahnya tega menyegel Raja Iblies di dalam tubuhnya? Apa karena itu ibunya meninggal begitu melahirkannya? semua pertanyaan mulai muncul di dalam benak Arash. Dia bahkan mengepalkan tangannya hingga memutih. "Bagaimana jika kamu bertanya kepada pamanmu!! Bukankah dia yang paling tau!!""Paman!!" "Arash, bukankah seharusnya kamu sedang berlatih saat ini?" tanya Fatta, ia terkejut saat Arash mendobrak pintu rumah dengan kasar. "Paman, katakan yang sejujurnya kepadaku..." Arash terlihat menjeda perkataannya. Arash takut apa yang akan ia dengar kemudian akan merubah segala pandangannya terhadap Rama, ayahnya. "Ada apa Arash?" tanya Fatta khawatir. "Apa benar ayah menyegel Raja Iblies di dalam tubuhku, bahkan sebelum aku lahir?" Begitu mendengar pertanyaan yang Arash tanyakan, Fatta tercekat! Ia bahkan tak berdaya untuk menjawab, ia bingung apakah harus jujur atau bagaimana? Karena menurut Fatta, Arash masih terlalu muda untuk memahami mengapa ayahnya melakukan itu. "Paman jawablah... Kalau kamu diam, itu hanya akan membenarkan pertanyaanku!!" Arash terlihat marah, ia bahkan mulai membentak. "Arash, ayahmu punya alasan!! Saat itu Tuan Muda tidak punya pilihan, ia harus secepatnya menyegel Raja Iblies yang akan bangkit ke dalam tubuh suci, kebetulan saat itu h
Arash berdiri dalam satu kali hentakan. Udara di sekitarnya berubah. Tatapan Arash yang polos berubah menjadi sangat kejam. "Yatim sial*n!! Akan kubuat kau menyesal!!" Wan Yunan maju, ia juga mengerahkan Mananya dalam bentuk pedang cahaya. "Hiaaatt!!" "Wush!!""Wush!!"Wan Yunan mengerahkan senjata cahaya yang telah ia buat dari Mana untuk menyerang Arash, Arash menatap Wan Yunan dengan senyum yang mengerikan, ia kemudian mengelak dari setiap serangan yang Wan Yunan kerahkan. "Kurang ajar!!"Wan Yunan terlihat frustasi, ia bahkan belum bisa menyentuh Arash, anak itu terlihat bergerak dengan cepat tidak seperti biasanya. "Panggil guru Yao!! Yatim busuk itu kerasukan Raja Iblies!!" teriak Halim Chao. Arash berbalik menatapnya, kemudian melompat ke arah Halim Chao dan langsung memukulnya dengan bringas. Beberapa murid cilik lainnya berusaha menghalangi Arash. Namun Arash malah memukuli murid cilik yang mencoba menahannya. "Akh!!""Brakh!!""Brukh!!"Beberapa murid cilik mulai ket
"Anak itu berbahaya ketua Wan, aku tau ia anak dari kenalanmu, tapi apa kamu akan membiarkan sesuatu yang berbahaya seperti itu berada di dalam perguruan kita? Bahkan banyak murid cilik yang terluka karenanya, kita sampai harus meliburkan beberapa dari mereka karena terluka!!" jelas Tetua Yuen Yie, beberapa tetua lainnya setuju. Tetua Wan menghela napas dengan berat, "kalian sudah tau apa yang ada di dalam diri anak muda itu, bayangkan jika diluar sana rumor ini menyebar, maka sekte golongan hitam akan mencoba memanfaatkan anak muda itu, apa kalian tidak berpikir sampai ke sana?" Kata-kata Tetua Wan barusan membuat Tetua Yuan Yue terdiam. Bahkan Tetua lainnya juga ikut terdiam, kemudian Tetua Bian Cha angkat bicara. "Apa yang Tetua Wan katakan ada benarnya, tapi aku ingin menyarankan ia dilatih secara terpisah oleh seorang guru, setidaknya ada yang harus mengawasinya bukan?" kata Tetua Bian Cha. "Lalu siapa yang mau kamu sarankan menjadi guru dari anak itu? Kamu lihat bukan,
"Petua Lei Quo, ini tehnya..." Fatta menyiapkan teh melati untuk Petua Lei Quo. Sementara Arash berada di balik tubuh Fatta dengan raut wajah takut, awalnya Arash senang karena Petua Lei Quo mengajaknya bicara dan bercanda. Tapi ketika Petua Lei Quo menawarkan akan menjadikan ia murid, di saat itulah Arash ingat pesan Fatta. Harus berhati-hati kepada orang yang menawarkan kebaikan secara tiba-tiba, karena banyak penipu di dunia ini! "Hahaha!! Hahaha!! Fatta, kau mengajarinya banyak hal, aku suka ketika dia terlihat waspada seperti itu." kata Petua Lei Quo lagi, ia kemudian menyesap teh yang Fatta siapkan dengan nikmat. Fatta telah menjelaskan kenapa Arash bersikap waspada, beruntung Petua Lei Quo tidak tersinggung. "Arash, Petua Lei Quo adalah guru besar dari Tetua Wan Bingwen. Kamu tidak boleh bersikap tidak sopan, beri penghormatan kepadanya." kata Fatta lagi. Arash kemudian menangkupkan tangannya dengan kepala menunduk hormat. "Maafkan aku Petua Lei, aku kira kamu pe
"Wan Sera, kakak nggak pernah mengajarimu menindas anak yang lemah. Rama, ayahnya Arash adalah orang yang sangat berjasa, sehingga membuatku bisa mengangkat derajat keluarga kita. Karena ialah aku bisa memiliki hewan spiritual Phoenix api. Karena ia juga aku mampu menduduki jabatan sebagai Tetua perguruan!! Selain itu apa kamu tau, Arash bukan sengaja memukul Wan Yunan, ia dalam pengaruh Raja Iblies yang berada di dalam tubuhnya!!" Wan Bingwen terlihat menghela napas yang berat, "kalau saja Raja Iblies nggak di segel di dalam tubuh Arash, kita semua yang ada di dunia ini sudah pasti mati!!" Wan Sera tertegun mengingat kata-kata Wan Bingwen, kakaknya. Wan Sera bahkan melamun dan menatap tangan yang ia gunakan memukul wajah Arash tanpa belas kasihan. Betapa ia telah dibutakan amarah hingga tidak berpikir saat menyakiti Arash. Bahkan lebam di pipi Arash karena pukulannya membuat Wan Sera merasa teramat bersalah. "Haaahh..." Wan Sera menghela napas, berusaha mengurangi rasa bersalah
Meski kebingungan, Arash mulai menatap pohon tinggi yang akan ia naiki, batang pohon itu tidak memiliki pijakan yang dekat dengan tinggi badannya. Batangnya juga terlihat licin, Arash mencoba menaikinya. Namun ia tergelincir dengan cepat. Berulang kali ia lakukan hal yang sama, berulang kali pula ia tergelincir. "Bagaimana cara menaikinya?" gumam Arash, ia terlihat berpikir keras. Batang pohon itu memiliki lingkar batang yang besar, bahkan perlu 3 orang dewasa untuk membentangkan tangan kemudian saling mengaitkan jemari. Arash masih kecil, bahkan jika ia harus membentangkan tangan memeluk batang pohon utama, maka usahanya hanya akan sia-sia. "Haish!! Menaikinya saja begitu sulit, coba lagi besok!!" kata Petua Lei Quo. Membuat Arash merasa sangat sedih. "Mengapa melamun?" tanya Fatta ketika melihat Arash hanya mengacak-acak makanannya. Hari ini Arash mampir kerumah sebelum akhirnya nanti pulang ke asrama. "Paman, bagaimana caranya menaiki pohon besar yang ada di halaman d
Setiap hari Arash berlatih dengan giat, meski ia berusaha menaiki pohon besar dan belum membuahkan hasil, Arash pantang menyerah! Dengan tubuh kecilnya itu ia masih berusaha menaklukkan pohon besar yang kini ia namai Daba! "Daba!! Hari ini aku pasti akan menaikimu!!" tunjuk Arash kepada Daba si pohon besar. Setiap hari Arash akan menaiki Daba dan tergelincir berulang kali. Bahkan Petua Lei Quo hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengarkan percakapan yang Arash lakukan kepada Daba, si pohon besar! "Arash, berjuanglah! Besok bebanmu akan bertambah!" kata Petua Lei Quo ketika Arash sedang menantang Daba di depannya. Jika pagi hingga sore hari Arash berlatih dengan Petua Lei Quo, maka malamnya Arash akan berlatih bersama Bie Xulai untuk menciptakan Mana. Sudah sebulan Arash melakukan itu, belum ada peningkatan pada Mana yang ia ciptakan. Setiap energi Mana akan tercipta, maka sesuatu di dalam tubuhnya langsung memblokir energi tersebut. "Arash, ada berita baik!" kata Bie Xulai
jura "Uhmm!! Uhmm!!" seseorang menutup mulut Arash. Serta menutup kepalanya dengan sebuah kain. Arash dibawa dengan paksa oleh tubuh besar yang takkan sanggup ia lawan! Asrama dalam keadaan gelap, semua murid cilik sedang tertidur pulas, takkan ada yang sadar karena semuanya sedang dalam keadaan lelah sehabis dihajar dengan pelatihan yang begitu menguras tenaga. "Brught!!" Arash dibanting dan ditendang dengan kuat, Arash bahkan menangis menahan rasa sakit yang kini ia rasakan. Tubuh kecilnya hanya bisa pasrah karna tangan serta kakinya dalam keadaan terikat. "Kita apakan anak ini?" salah satu suara terdengar begitu berat, suara orang dewasa bukan suara anak-anak. "Tuan Muda meminta kita membuangnya ke hutan larangan!" sahut suara lainnya, terdengar lebih muda dari suara pertama. "Sangat berbahaya memasuki hutan larangan terlebih di malam hari!" sahut suara pertama. "Begini saja, bukit sebelah sana dekat dengan hutan larangan, kalau ia kita jatuhkan dari atas, maka ia akan terle