Share

BAB 94. Oma masuk ICU

Pesan ini dikirim sampai lima kali. Siapa yang kirim? Tante Anin? Tidak mungkin. Apa opa? Tidak mungkin juga, ini bahasa perempuan. Opa kalau kirim pesan akan singkat, padat, jelas, dan bahasanya juga baku.

“Tuh, kan, apa aku bilang? Jangan dibuka kalau dibuka gitu mengganggu kamu makan!” Angga menyambar HP-ku dan. Menaruhnya lagi ke meja.

“Ciee ... perhatian banget!” sahut Lusi.

Ting!

Ponselku bunyi lagi. Segera kusambar ponselku.

[Siapa yang kirim ya, Al?] Ternyata dari Nindi. Dia meneruskan pesan yang sama persis dikirimkan padaku.

[Aku juga dapat itu.] jawabku segera.

[Opa?] Tebak Nindi.

[Impossible. Opa tidak akan berani mengirim pesan saat odp begini.] Jawabku yakin.

Nindi tak membalasnya lagi. Aku melanjutkan makan pecelku. Angga dan Lusi sudah memelototiku sedari tadi.

“Alhamdulillah ... kenyang. Mantap ya, pecelnya,” seloroh Lusi.

“Ini beneran level 10, Lus?” tanyaku seraya menyomot lontong di piring Lusi.

“Wuaaah ... astaghfirullah, Lusi!” pekikku tak tahan. Pedasnya membuat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status