Share

BAB 102. Nindi dilabrak.

Kini aku paham. Aku biarkan saja mereka bicara ini dan itu. Toh, aku bukan ahli waris oma jadi tidak berkewajiban membayarkan utang oma. Masih ada Tante Devi dialah yang berkewajiban membayarkan utang-utang orang tuanya.

“Utangnya berapa?” tanyaku pada akhirnya.

“15 juta rupiah, Mbak Alya. Itu uang saya mau dipakai untuk mupuk kebun jagung. Katanya janji satu bulan belum ada satu bulan orangnya sudah meninggal dunia,” sahut Bu Mei lagi.

Sebenarnya aku lumayan terkejut karena nominal utang oma. Untuk apa oma utang segitu banyak.

“Perkara utang memang sangat sulit. Maka dari itu saya mau tanya, adakah saksi satu bukti bahwa almarhumah berhutang pada ibu Mei?” tanya Ustaz.

Aku ingin ketawa melihat ekspresi Bu Mei, dia seperti cacing kepanasan.

“Kalau saksi memang tidak ada Pak Ustaz karena kami kan, keluarga jadi saling percaya saja begitu.” Om Yuda ikut menimpali. Duh, dia sudah seperti juru bicara saja.

“Iya, benar Pak Ustaz. Saya berani bersumpah kalau saya tidak bohong,” ucap Bu Mei
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status