Share

BAB 103. Siapa yang menjual rumah Opah?

“Kalau aku tidak mau?”

“A—ku ... aku akan laporkan kalian ke istrinya.” Mendengar itu justru Nindi tertawa terbahak-bahak. Mengerikan sekali.

“Lapor saja aku sama sekali tidak takut!” jawab Nindi dan berlalu pergi.

“Dasar tidak punya hati! Pelakor! Murahan!” maki perempuan itu lagi.

“Apa bedanya aku dengan kamu!? Jangan ganggu aku lagi kalau tidak mau hidupmu tambah berantakan!” Ancam Nindi.

“Nindi, tunggu!” Kutarik lengan Nindi kuat sekali hingga dia mengaduh kesakitan.

“Gika kamu, ya, Nind! Otakmu di mana? Sudahi semua!” pintaku.

“Jangan atur hidupku, Al. Aku tahu mana yang terbaik untuk diriku sendiri! Jangan pernah ikut campur!” bentak Nindi, dia mendorongku.

Aku benar-benar tidak paham jalan pikiran Nindi. Entah setan apa yang sudah meracuni otaknya . Hatinya telah mati.

“Mbak, sebaiknya pulang saja. Mungkin saat ini sepupuku belum bisa diajak bicara aku akan bantu bilang padanya.” Perempuan itu tidak menjawab. Dia terus saja menangis dan beranjak pergi.

Kasihan sekali. Ternyata
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status