Share

BAB 95. Opah bundir.

“Oma bangun, ya, nanti kita jalan-jalan. Oma mau beli apa aja aku belikan.” Kubelai wajah cantik oma. Kata orang aku sedikit mirip oma.

“Oma, tahu enggak yang ambil uang Oma dua puluh juta rupiah itu aku, he-he maafkan aku ya, Oma. Aku sengaja lakuin itu habisnya aku kesal sekali pada Oma,” kataku lagi. Padahal mulutku tertawa, tapi entah kenapa air mataku keluar.

“Itu uang Oma dapat dari ayah kan? Dapat dari penjualan cincin berlianku, kan?”

“Oma, please dengar ya? Bangun ya? Aku sayang banget sama Oma.” Kudekatkan kupingku ke mulut oma berharap oma menyahut ucapanku. Konyol memang, dan hanya terdengar suara nat nit nut dari monitor perekam jantung. Air mataku makin deras.

“Tenang aja, nanti uangnya aku ganti tiga kali lipat. Oma mau apa lagi? Mau beli cincin berlian? Beli tas branded? Beli sepatu atau baju branded? Aku belikan untuk Oma. Atau Oma pingin jalan-jalan ke Bali?” kataku sedih.

Oma sama sekali tidak merespon. Aku tahu itu sangat mustahil bagi orang yang masuk ICU bisa sem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status