âSudah berobat Om, tinggal masa pemulihan aja,â jawabku jujur.âOke, karena sebentar lagi Maghrib sepertinya kita harus bicara mengenai kontrak kerja kita berdua,â kata Om Darwin lagi lalu melirik pada Putri.âYap, betul sekali. Kalau gitu aku permisi ya, Om, Nind.â Aku kaget kenapa Putri harus pergi lalu aku dengan siapa?âTenang, Nind. Aku tunggu kamu di kamar sebelah. Papiku ada di sebelah baru datang,â ucap Putri seolah mengerti kegelisahanku. Aku mengangguk ragu.âSee you ....â pamit Putri seraya mencium pipi kiriku.âDuduk sini ....â Om Darwin menepuk-nepuk kasur di sebelahnya. Meski, canggung aku tetap menurutinya.âKamu enggak bawa salin? Kok, masih pakai baju sekolah?ââBaâwa, Om. Taâdi, Putri mengajakku beli,â jawabku terbata. Entah kenapa aku tiba-tiba takut sekali.âSantai aja, Nind. Kamu baru pertama kali, ya?ââIâya, Om,â jawabku jujur.âOke, aku mengerti sekarang. Kamu tunggu sebentar sambil baca surat perjanjian kita. Aku sudah menuliskan semuanya dalam map ini. Aku ma
~k~uđ¸đ¸đ¸âAl, apa sepupumu itu sudah taubat kok, sekarang mau jalan kaki pulang pergi sekolah?â tanya Angga.Kami memang sedang dalam perjalanan pulang sekolah.âEntah, deh! Kurasa karena gengnya tidak memberi tumpangan jadi terpaksa jalan kaki,â jawab Alya.âYee ... aku bisa kali pesan taxi. Lagi pingin jalan kaki saja. Kenapa sih, kalian sewot gitu? Takut keganggu ya, acara pacarannya?â sindirku.âApaan sih, Nind!â Enggak lah. Kami itu hanya heran saja makanya tanya,â sahut Angga seraya menoyor kepalaku.âKirain ... tapi, kalau kalian pacaran cocok deh! Alya cantik, kamu juga ganteng Ngga. Kenapa kalian enggak jadian ajaâ ledekku lagi.âNgomong lagi, kusumpel mulutmu pakai daun pisang di kebun sono!â bentak Alya.âMarah tandanya iya, loh, Al.â godaku lagi.Alya mengambil kerikil dan melemparkan padaku. Takut kena aku lari menghindar. Alya tidak mau kalah dia ikut lari mengejarku.âStop, Al. Capek!â teriakku.Pluk!Kerikil lumayan besar berhasil mendarat di kepalaku.âPuas, Al!â be
Assalamualaikum everyone đ selamat pagi ....Yuk, bantu follow akunku bagiku yang sudah follow aku ucapkan banyak terima kasih â¤ď¸Happy reading.đ¸đ¸đ¸POV NINDIâDasar bandot tua!â pekikku kesal sekali. Jika membunuh tidak ada hukumannya tentu saja sudah kulakukan.âGiman Dik, sudah enakkan?â tanya Alya pada gadis kecil itu. Ya Tuhan malang sekali nasibnya. Sudahlah miskin dilecehkan pula.âSudah enakkan, Kak. Hanya saja perutku sakit. Sedari pagi aku belum makan,â jawabnya jujur.âMakan ini, Dik. Kakak tadi bawa bekal, dan tidak Kakak makan.â Alya memberikan kotak bekalnya.âWah, enak sekali. Ini ayam goreng kayak yang di TV kan, Kak?â Alya hanya mengangguk seraya membelai rambut gadis malang itu.âMakan dan habiskan.ââTapi, nanti Kakak makan apa kalau bekal Kakak aku habiskan?â Apa aku tidak salah dengar? Mulia sekali anak ini. Perutnya lapar masih memikirkan orang lain. Ada yang berdenyut di dalam dadaku.âJangan khawatir, Kakak nanti akan makan di rumah.âAku dan Alya menunggu
Tak lama taksi online datang. Kami gegas menuju tempat tujuan.âJangan takut meski tadi dia ngomel-ngomel tapi, hatinya baik.â Hiburku. Anak ini mengangguk saja.Sopir taksi curi-curi pandang pada kami lewat kaca. Mungkin dia terpesona pada kecantikanku atau malah curiga kami mau menculik anak ini. Ck, dikasih aja aku ogah buat apa culik segala.âNanti jalan masuknya jauh enggak? Becek enggak?â tanyaku padanya. Volume suaraku sengaja aku keraskan.âEnggak, Kak. Dekat kok, tapi becek.ââAh, kalau gitu aku enggak mau ikut masuk ke rumah dia, Al. Kamu aja yang anterin. Aku tunggu di jalan saja.ââYa, terserah kamu aja, Nind.ââIngat ya, besok kalau mulung jangan jauh-jauh nanti ada orang jahat,â kataku lagi.âBesok Kakak yang datang ke rumah kamu, jadi kamu tunggu saja di rumah, ya?â ucap Alya.âBaik, Kak.ââSepulang sekolah Kakak ke sana.ââIya, Kak. Aku tunggu.âPerjalanan 15 menit kami sampai. Jujur aku baru pertama kali masuk ke dalam pasar ini. Sering lewat, tapi tidak pernah masuk
âKalau begitu nanti sebelum cek in kita belanja dulu.ââIya, Om.âDi sini aku sekarang di kamar hotel bersama Om Darwin. Aku berada di Surabaya di salah satu hotel ternama. Aku baru saja bersenang-senang dengan Om Darwin.Besok Om Darwin mau meeting dengan kliennya, dia bilang padaku jika menang tender maka aku akan ditransfer uang lagi. Asal aku melayaninya dengan puas.Ternyata dia pria yang lembut buktinya dia tidak asal memperlakukanku. Aku sampai terbuai dibuatnya aku jadi ingin menjadi istrinya saja. Konyol memang.Kutatap Om Darwin yang sedang tertidur pulas. Wajahnya rupawan sayang kelakuannya tidak serupawan itu. Aku jadi penasaran dengan istrinya. Mungkinkah istrinya secantik aku?Der! Der! Der!Baru saja hendak merebahkan diri pintu kamar sudah digedor-gedor.Deg! Apa mungkin itu istrinya. Jika iya, alangkah apesnya diriku, ini baru awal permainan.đ¸đ¸đ¸âKenapa bete gitu?â tanya Tante Eni.âIni, Te. Ada urusan penting aku kasih kabar ke Nindi malah dicueikin.â Tante Eni
âAda apa sih, Mbak ribut terus!â bentak Tante Eni.âItu, perempuan sundal tak tahu malu! Masa dia mau minta warisan ini dan itu sedang pembagian warisan saja belum,â jawab Tante Devi.Kini aku tahu permasalahannya. Ya ampun mereka merebutkan sesuatu yang bukan hak mereka.âTan, dengar, ya? Tidak akan ada pembagian warisan karena ayah tidak meninggalkan warisan apa pun kecuali hutang. Kalau kalian berebut mau dapat baik nanti aku bilang ke pengacara keluarga kita untuk membagi adil hutang ayah pada kalian berdua. Jadi, nanti kalian berdua yang bayarin hutang ayah,â tegasku.Sudah kuduga mereka akan terkejut dan juga kesal.âEnggak usah ngadi-ngadi deh, Al. Kakakku itu kaya dia bekerja siang malam masa enggak punya harta?â sanggah Tante Devi.âPunya sih, tapi habis untuk bayar hutang. Tante kalau enggak percaya silakan saja datang ke kantor ayah dan lihat kas bon ayah di sana. Puluhan juta! Belum lagi kredit mobil baru ayah yang dipakai Tante Anin,â jelasku.âJaâdi apa mobil itu bakalan
âIni, Pak!?â Bik Siti keluar dengan membawa ransel besar.âEh, babu kurang ajar ya, kamu!â pekik Om Yuda seraya menarik paksa ransel dari tangan Bik Siti.âPergi dari sini. Jatah bertamumu sudah habis dari jauh-jauh hari.â Usir Om Yuda.Sambil mengumpat dan mengancam om Yuda pergi dari rumah ini.âKamu pasti tadi lihat pemandangan tidak mengenakkan di rumahku ya, Ngga?â tanyaku pada Angga. Sekarang aku sedang bersama Angga di swalayan dekat rumah membeli perlengkapan sekolah untuk Cici.âIya, lihat. Itu sih, biasa dalam keluarga, Al. Setiap keluarga pasti ada masalah sendiri-sendiri. Santai aja,â jawab Angga terkekeh.Ah, andai Angga tahu kalau masalahnya tidak sesederhana itu.âIni, makan dulu. Biasanya mood cewek akan kembali membaik kalau makan coklat.â Angga menyodorkannya coklat batangan dan juga es krim coklat Mag**m padaku.âSegini banyak, Ngga? Kamu niat banget bikin aku gemuk!ââEnggak apa-apa gemuk. Cewek kalau gemuk itu cantik tahu!ââHiliiiih! Gombal banget! Yang ada itu ce
âAda apa, Al?â Angga menyenggol sikuku.âOh, ini Ngga ada WA dari istri ayahku,â jawabku jujur.âPenting?ââEnggak, biarlah nanti juga ketemu pas di rumah.ââEnggak penting kok langsung bengong gitu?ââOh, enggak. Donât worry. Everything is oke!ââSyukurlah. Yuk, berangkat itu Cici dan ibunya sudah siap!â Aku melihat ke arah dua ibu beranak yang nasibnya malang itu.Ibu Cici sudah tidak seperti tadi waktu pertama kali kami datang. Dia begitu sendu wajahnya menyiratkan kesedihan yang mendalam. Cici ah, anak itu mana tahu bahaya yang mengancam jiwanya dia tetap ceria seperti biasanya.âBu, sepertinya kita pulang ke rumahku dulu, aku ada keperluan mendadak. Enggak apa-apa, kan?ââTaâkut merepotkan ... di rumah Nak Alya, bukankah ada kaâkek itu?â Ibu Cici terlihat agak bingung.âSama sekali tidak! Nanti ada omku yang berprofesi sebagai polisi. Ibu jangan takut hitung-hitung kita kasih terapi kejut untuk opaku.ââCici nanti kita sebelum jalan-jalan mau mampir ke rumah Kakak terlebih dahul