Tak lama taksi online datang. Kami gegas menuju tempat tujuan.âJangan takut meski tadi dia ngomel-ngomel tapi, hatinya baik.â Hiburku. Anak ini mengangguk saja.Sopir taksi curi-curi pandang pada kami lewat kaca. Mungkin dia terpesona pada kecantikanku atau malah curiga kami mau menculik anak ini. Ck, dikasih aja aku ogah buat apa culik segala.âNanti jalan masuknya jauh enggak? Becek enggak?â tanyaku padanya. Volume suaraku sengaja aku keraskan.âEnggak, Kak. Dekat kok, tapi becek.ââAh, kalau gitu aku enggak mau ikut masuk ke rumah dia, Al. Kamu aja yang anterin. Aku tunggu di jalan saja.ââYa, terserah kamu aja, Nind.ââIngat ya, besok kalau mulung jangan jauh-jauh nanti ada orang jahat,â kataku lagi.âBesok Kakak yang datang ke rumah kamu, jadi kamu tunggu saja di rumah, ya?â ucap Alya.âBaik, Kak.ââSepulang sekolah Kakak ke sana.ââIya, Kak. Aku tunggu.âPerjalanan 15 menit kami sampai. Jujur aku baru pertama kali masuk ke dalam pasar ini. Sering lewat, tapi tidak pernah masuk
âKalau begitu nanti sebelum cek in kita belanja dulu.ââIya, Om.âDi sini aku sekarang di kamar hotel bersama Om Darwin. Aku berada di Surabaya di salah satu hotel ternama. Aku baru saja bersenang-senang dengan Om Darwin.Besok Om Darwin mau meeting dengan kliennya, dia bilang padaku jika menang tender maka aku akan ditransfer uang lagi. Asal aku melayaninya dengan puas.Ternyata dia pria yang lembut buktinya dia tidak asal memperlakukanku. Aku sampai terbuai dibuatnya aku jadi ingin menjadi istrinya saja. Konyol memang.Kutatap Om Darwin yang sedang tertidur pulas. Wajahnya rupawan sayang kelakuannya tidak serupawan itu. Aku jadi penasaran dengan istrinya. Mungkinkah istrinya secantik aku?Der! Der! Der!Baru saja hendak merebahkan diri pintu kamar sudah digedor-gedor.Deg! Apa mungkin itu istrinya. Jika iya, alangkah apesnya diriku, ini baru awal permainan.đ¸đ¸đ¸âKenapa bete gitu?â tanya Tante Eni.âIni, Te. Ada urusan penting aku kasih kabar ke Nindi malah dicueikin.â Tante Eni
âAda apa sih, Mbak ribut terus!â bentak Tante Eni.âItu, perempuan sundal tak tahu malu! Masa dia mau minta warisan ini dan itu sedang pembagian warisan saja belum,â jawab Tante Devi.Kini aku tahu permasalahannya. Ya ampun mereka merebutkan sesuatu yang bukan hak mereka.âTan, dengar, ya? Tidak akan ada pembagian warisan karena ayah tidak meninggalkan warisan apa pun kecuali hutang. Kalau kalian berebut mau dapat baik nanti aku bilang ke pengacara keluarga kita untuk membagi adil hutang ayah pada kalian berdua. Jadi, nanti kalian berdua yang bayarin hutang ayah,â tegasku.Sudah kuduga mereka akan terkejut dan juga kesal.âEnggak usah ngadi-ngadi deh, Al. Kakakku itu kaya dia bekerja siang malam masa enggak punya harta?â sanggah Tante Devi.âPunya sih, tapi habis untuk bayar hutang. Tante kalau enggak percaya silakan saja datang ke kantor ayah dan lihat kas bon ayah di sana. Puluhan juta! Belum lagi kredit mobil baru ayah yang dipakai Tante Anin,â jelasku.âJaâdi apa mobil itu bakalan
âIni, Pak!?â Bik Siti keluar dengan membawa ransel besar.âEh, babu kurang ajar ya, kamu!â pekik Om Yuda seraya menarik paksa ransel dari tangan Bik Siti.âPergi dari sini. Jatah bertamumu sudah habis dari jauh-jauh hari.â Usir Om Yuda.Sambil mengumpat dan mengancam om Yuda pergi dari rumah ini.âKamu pasti tadi lihat pemandangan tidak mengenakkan di rumahku ya, Ngga?â tanyaku pada Angga. Sekarang aku sedang bersama Angga di swalayan dekat rumah membeli perlengkapan sekolah untuk Cici.âIya, lihat. Itu sih, biasa dalam keluarga, Al. Setiap keluarga pasti ada masalah sendiri-sendiri. Santai aja,â jawab Angga terkekeh.Ah, andai Angga tahu kalau masalahnya tidak sesederhana itu.âIni, makan dulu. Biasanya mood cewek akan kembali membaik kalau makan coklat.â Angga menyodorkannya coklat batangan dan juga es krim coklat Mag**m padaku.âSegini banyak, Ngga? Kamu niat banget bikin aku gemuk!ââEnggak apa-apa gemuk. Cewek kalau gemuk itu cantik tahu!ââHiliiiih! Gombal banget! Yang ada itu ce
âAda apa, Al?â Angga menyenggol sikuku.âOh, ini Ngga ada WA dari istri ayahku,â jawabku jujur.âPenting?ââEnggak, biarlah nanti juga ketemu pas di rumah.ââEnggak penting kok langsung bengong gitu?ââOh, enggak. Donât worry. Everything is oke!ââSyukurlah. Yuk, berangkat itu Cici dan ibunya sudah siap!â Aku melihat ke arah dua ibu beranak yang nasibnya malang itu.Ibu Cici sudah tidak seperti tadi waktu pertama kali kami datang. Dia begitu sendu wajahnya menyiratkan kesedihan yang mendalam. Cici ah, anak itu mana tahu bahaya yang mengancam jiwanya dia tetap ceria seperti biasanya.âBu, sepertinya kita pulang ke rumahku dulu, aku ada keperluan mendadak. Enggak apa-apa, kan?ââTaâkut merepotkan ... di rumah Nak Alya, bukankah ada kaâkek itu?â Ibu Cici terlihat agak bingung.âSama sekali tidak! Nanti ada omku yang berprofesi sebagai polisi. Ibu jangan takut hitung-hitung kita kasih terapi kejut untuk opaku.ââCici nanti kita sebelum jalan-jalan mau mampir ke rumah Kakak terlebih dahul
âKakek, ini aku Cici. Apa Kakek tidak ingat padaku karena aku pakai baju bagus, ya?â ucap Cici lagi. âHeh, bocah sontoloyo! Aku tidak kenal kamu! Alya! Bawa gembel ini keluar!â teriak opa. âCici ini kalau tidak kenal dengan orang mana mungkin mau mengaku-ngaku kenal. Dia ini anak baik,â sahutku seraya mengajak Cici untuk kembali duduk. âIya, benar. Aku kenal dengan Kakek baik hati ini. Kakek ini yang selalu ajak main Aku di kebun pisang kalau Aku lagi mulung. Tapi, permainannya rahasia Aku tidak boleh bilang ke siapa pun,â papar Cici lagi. âDasar bocah gendeng!â umpat opa kemudian dia berlalu pergi ke dalam. Oma mengikuti opa disusul Tante Devi. âApa benar yang dibilang anak itu, Al?â Kini giliran nenek yang penasaran. âIya, Nek. Nanti juga bakalan ngaku, kok!â jawabku santai. Kini giliran nenek yang melongo. Pasti nenek bingung. âDuh, sampai lupa gara-gara duo gembel ini.â Tante Anin mengalihkan pembicaraan. âAl, itu ada duo gembel lagi yang mengaku istri ayahmu. Noh, lagi ma
~k~uđ¸đ¸đ¸[Aku pulang, Al!]Satu pesan mendarat dari Nindi. Aku malas balasnya terserah saja.âOpa sakit?â tanyaku heran saat Tante Devi sibuk meminta tolong pada kakek untuk membawa opa ke rumah sakit.âIya, Al. Badannya menggigil dan juga panas dingin,â jawab tante Devi.âKakek sakit apa, Tan? Apa karena tidak main permainan rahasia lagi jadi sakit?â tanya Cici polos. Tante Devi tidak suka dia mendorong bahu Cici hingga anak itu terpental jatuh ke lantai untung ibu Cici sigap jika tidak bisa terluka.âSantai, Tan! Jangan main fisik begitu Cici hanya anak kecil dia tidak tahu apa-apa. Asal Tante tahu ya, anak kecil itu masih suci, polos dan tidak pernah berbohong. Kecuali ... jika diancam.ââAnak itu ngeselin banget dari tadi, Al. Kamu juga malah belain gembel ini dari opamu sendiri!â bentak Tante Devi padaku.Aku malas menanggapi ucapan Tante Devi lagi.âEnggak usah dibawa ke rumah sakit, Kek. Nanti duit Kakek habis. Opa itu Cuma masuk angin saja dikerikin juga sembuh. Kali dia tel
âAstaghfirullah, Bapak!â Oma langsung menjatuhkan paper bag yang diberi oleh Nindi. Begitu pun Tante Devi, mereka berdua gegas menolong opa. âKenapa kalian berdua diam saja cepat cari pertolongan!â bentak oma. Dengan malas aku dan Nindi pergi dari kamar oma. Cici berlari menghampiri ibunya yang sedang ngobrol dengan Bik Siti. âToloooong!â teriakan Tante Devi membuat heboh seisi rumah. Mereka berbondong-bondong lari ke kamar oma. Kuikuti Nindi yang santai masuk kamar. âKamu kasih Opa obat apa, Nind? Jangan ceroboh, deh!â kataku kesal. âHanya obat yang sudah kadaluwarsa,â jawabnya santai. âMana bisa kamu beli obat kadaluwarsa dari apotek terkenal itu?â âItu hanya plastiknya saja. Obatnya aku beli di warung. Tadi mampir ke apotek beli obat untuk sugar Daddy-ku. Plastiknya kuambil kubawa pulang, deh!â jelas Nindi. âObat apa yang kamu kasih?â âObat maag, obat sakit kepala, dan penurun panas semua sudah kadaluwarsa tadi mamah kasih sekaligus tiga keracunan deh, itu opa.â âTapi ...