Beranda / Romansa / K E Y / 4. Babak Penyisihan?

Share

4. Babak Penyisihan?

Penulis: Nisa Jihad
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-09 02:01:15

"Lakukan sekali lagi!" 

"Itu belum benar, lakukan lagi!" 

Hei, aku sudah katakan setelah ini tubuhku  pasti akan pegal-pegal. Tapi pelatih masih saja memintaku untuk melakukannya berulang kali. 

Jika saja bukan karena seleksi, mungkin aku akan pulang lebih awal, setelah kejadian di kampus membuat kepalaku benar-benar pusing. Belum lagi aku sempat bertemu dengan Erika , mantan pacar yang cantik tapi sayang, jiwanya lemah. 

Kalian akan menganggap aku lelaki tak tahu diri, dan  aku tak peduli akan hal itu. Jika saja dia bisa mengambil keputusan yang tepat, mungkin hari ini yang duduk bersamaku bukan Akmal.   Tapi, kenyataannya, Akmal yang memang selalu bisa kuandalkan.  Akmal seperti orang suruhan Papa, kapanpun  dan di manapun dia selalu ada  meski sesekali aku ingin sendiri, tetap saja  Akmal akan ada di sana bersamaku. 

"Kal, muka Lo bening banget,  glow up parah!" ucap Akmal. Aku mengerutkan keningku, melihatnya menatapku seperti sedang menaruh hati. Aku menamparnya pelan, agar matanya tidak melotot ke arahku seolah ingin keluar saja. 

"Lo mau ngepain? Suka Lo sama gue?" 

"Dih! Nggaklah! Gue masih waras, masih suka sama lawan jenis juga, emangnya Lo?! Jomlo dipertahankan." 

Akmal memang paling bisa membuatku naik darah. Ucapannya terdengar mengejek, tapi berhubung aku baik hati, jadi aku akan membiarkannya bicara sesuka hati. Lagipula aku sudah sangat lelah, jadi untuk memarahi Akmal harus butuh tenaga yang ekstra agar memberinya pelajaran tidaklah sia-sia dan aku sangat puas pastinya.  

Sudah hampir dua jam kami berlatih, hanya untuk seleksi peserta yang akan mengikuti kejuaraan. Banyak hal yang masih aku takutkan dalam pertandingan. Tapi Bang Ravi selalu memberiku keyakinan dengan ceramahnya yang terkadang aku sendiri tidak paham. 

Sebelumnya Bang Ravi telah memberitahuku untuk datang ke gedung. Aku pikir hanya untuk menonton saja, tapi pelatih Farda justru memintaku untuk pemanasan. Aku memang rutin datang ke perguruan, meski hanya berlatih, bukan untuk bertanding. Karena cidera yang pernah aku alami cukup serius. Bila terjadi lagi, mungkin akan fatal akibatnya. Jadi aku memutuskan sebagai pemain cadangan. Alasanku sebenarnya adalah ingin kembali berkiprah, tapi aku sadar dengan kemampuanku yang cukup minim untuk saat ini. Selain daya tahan tubuhku yang cukup buruk,  aku juga harus merelahan sedikit waktuku untuk berkunjung ke rumah sakit untuk cek up. 

"Mal, kalau semisal nanti gue pulang ke rumah, kira-kira Papa gue ngamuk lagi nggak, ya?"  Terdengar konyol memang, tapi aku benar-benar takut untuk pulang dan berhadapan langsung dengan Papa, rasanya mentalku bisa menciut, padahal Papa tidak akan ringan tangan, segalak apapun, Papa hanya akan memarahi anak-anaknya. Tidak pernah ringan tangan. 

Karena aku tahu, Papa selalu berkata untuk tidak menyakiti  meski kesalahannya besar. Cukup diami, dan lakukan  apapun tanpa pedulikan orang yang tak suka. Sampai detik ini, Papa sendiri juga masih kesal dengan Om Radhin, rival terberat Papa ketika meraka masih muda. 

Padahal Papa dan Om Radin adalah saudara sepupu, bisa dibilang mereka adik dan kakak. Hanya saja, saat itu Papa pernah membuat Bubun kesal, lucu sekali kiisah cinta mereka. Dan aku tidak pernah mau berguru pada Papa meski Kakek Ibram memintanya. 

Papa itu minim bergurau, jad tidak ada romantis-romantisnya! Ada banyak wanita di kantornya, tapi hanya Tante Adista yang kukenal, selain sebagai sekertaris pribadi Papa, Tante Adista  juga merupakan sahabat baik Papa dan Bubun, jadi kalau ketemu sama Tante Adista, beliau yang lebih dulu datang dan mencubit meski dia tahu kalau aku sudah tidak kecil lagi. 

"La! Ya ampun, Untung nggak kena tendang, bisa repot urusannya kalau Om Akbar tau anak gantengnya bonyok lagi," celoteh Akmal. 

Sejak tadi aku hanya memikirkan kemungkinan terbesar bila aku pulang ke rumah, sampai tidak sadar saat ini aku sedang latihan bersama yang lain. 

"Baik, sekarang kalian bisa istirahat, saya akan  mulai menyeleksi siapa saja yang akan ikut pertandingan pekan ini. Kita akan melakukan sparing bersama perguruan Cakrawala. Nama-nama yang dipanggil harap  pindah posisi dan persiapkan diri untuk latihan besok." 

Hal yang sangat membosankan, seandainya Julian tidak menarikku dalam masalah, mungkin hari ini aku tidak akan berada di sini, dan tidak mungkin juga akan ikut seleksi yang pastinya akan ditentang oleh Papa. 

"Kalandra. Akmal, Ferdy, silakan kalian persiapkan diri  besok kita akan  melakukan penimbangan,  mengingat lawan di Cakrawala begitu bagus, dengan bobot yang ideal." 

Apa katanya? Penimbangan? Serius aku akan ikut seleksi? Setelah seleksi pasti akan ada penyisihan, siapa saja yang akan ikut kejuaraan tingkat Nasional yang diselenggarakan di GOR Jakarta beberapa bulan lagi. Astaga, ini sangat mendadak sekali. Kalau kabar ini terdengar sampai telinga Papa, bisa-bisa peliharaan ku di rumah dipenggal semua. Aku yakin ini ulah Bang Ravi, jadi dia yang harus bertanggung jawab buat semuanya. 

Aku pastikan Abangku harus dapat hukuman, lagipula ide konyolnya beberapa hari lalu benar-benar membuatku jadi kena amarah Bubun, padahal aku diam saja, meresahkan sekali jika diingat, Bang Ravi tidak ada lembut-lembutnya apalagi kalau di samakan seperti squisy 

"Pelatih, apa nggak bisa di ganti aja ? Saya masih belum bisa ikut serta walau itu sparing," kataku. Entah akan dipercaya atau tidak, tapi kenyataannya pemulihan untuk tulang itu cukup lama. Terlebih saat tahu ada beberapa kerusakan sendi yang tanpa aku sadari benar-benar membuatku semakin takut untuk ikut serta. 

Ada trauma yang coba kuhindari selama ini, bahkan ketakutan terbesarku adalah tidak siap melihat kecewa dan sedih di wajah Bubun. 

Sejak kecil aku tidak pernah melihat Bubun menangis karena kenakalanku. Sesekali mungkin pernah, tapi itu karena ulah Om Tio yang diam-diam sengaja membawaku pergi tanpa izin. Bubun begitu cemas dan akhirnya menelpon Papa karena khawatir.  Saat itu usiaku masih sangat muda untuk tahu segalanya. Terlebih, posisi Om Tio adalah adik kandung Bubun. Tetap saja Bubun akan memarahinya hingga Om Tio meminta ampun, bukan pada Bubun saja, Papa saat itu terlihat sangat  kesal, tapi untuk pertama kalinya aku melihat Papa menahan emosinya adalah ketika kami sedang menghadiri jamuan makan malam di sebuah hotel berkelas  yang telah di boking untuk para tamu penting saja. 

Di sana ada Om Radin bersama Tante Melody yang begitu anggun. Aku bisa merasakan aura yang sangat negatif ketika Papa melihat Om Radin, hanya saja itu untuk sesaat, setelahnya semua kembali normal. 

Dan kini,  aku harus disadarkan oleh kenyataan, kalau babak penyisihan itu akan segera terlaksana. Meski aku telah menolaknya. 

"Kamu harus mencobanya, Kal,  sudah dua tahun kamu vakum dari perguruan, dan sekarang kamu harus kembali aktif." 

Aku tidak tuli, tapi itu terdengar seperti paksaan, bahkan ada sebuah keanehan di setiap kata yang terlontar dari Pelatih Farda. Tapi apa?

Bab terkait

  • K E Y    5. Lompat Tali,Nih?

    5. Lompat Tali, Nih?Aku belum selesai untuk memaki Akmal dan Julian padahal. Bahkan, ketika aku akan buka suara, suara Bang Ravi jauh lebih dulu menyapa dan menghancurkan semua rencana manisku. Sungguh menyebalkan sekali rasanya. Dengan begitu santai dia melemparkan handuk kecil yang sudah basah ke arahku. Untung saja aku mahir menangkap benda dengan cepat, kalau tidak, mungkin wajah tampanku akan ternodai dengan keringat busuk yang menempel di kulitku yang cerah.Sini aku beritahu kalian tentang Bang Ravi, yang begitu luar biasa pesonanya tidak main-main. Kalau kalian pikir aku akan marah, itu sudah pasti! Aku akan marah padanya, tapi bukan di sini. Saat ini aku hanya perlu membuatnya jengkel, lagi pula salahnya sendiri yang megibarkan bendera perang padaku. Kalau aku bukan anak Papa, mungkin aku sudah dihajar olehnya saat ini. Tapi keberuntungan masih memihak padaku. Karena aku terlahir sebagai keturuan Papa, Abang mana mungkin berani menganiaya anak sem

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • K E Y    6. Gerak Bebas

    Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah makan malam, karena aku memutuskan untuk tidur lebih awal agar aku bisa bangun di pagi hari, karena ada matakuliah penting yang tidak boleh terlambat.Namun, seingatku semalam, aku mendengar Papa membentak Abang sampai Bubun tersentak, padahal Bubun ada di sana. Aku mendengar Papa mengatakan ketidak sukaannya atas keputusan Abang.Entah apa yang dibahas semalam, pagi ini, tatap dingin Papa benar-benar menakutkan. Belum lagi, ketika aku datang Papa justru memalingkan wajahnya, berlalu meninggalkan meja makan dengan alasan takut terlambat.Aku yakin kalau semalam Abang dan Papa berdebat lagi, setelah hampir dua bulan terakhir aku tidak mendengar mereka berdebat.Papa dan Abang memiliki kadar kegengsian jauh lebih tinggi dari aku dan Kak Adena. Entah bagaimana bisa, kadar itu menurut seratus persen pada Bang Ravi, karena setahuku, Bang Ravi kalau sudah meminta satu hal, pasti akan sulit

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • K E Y    Tuan Muda Kalandra

    loved you, I loved you, I loved youBut that was thenBut that was then"Maria bukan Meri, jangan salah ya, kamu yang mulai bukan aku Kala.""Lo yang bodoh, lo nyalahin semuanya ke Gue? Gila lo ya!""Hei, gurun pasir yang tandus juga tahu, kalau kamu emang bersalah, gak usah bela diri gitu.""Hah?! Cewek kayak LO ITU CUMA SAMPAH! BUAT APA DI PERTAHANIN?". . .Hai, selamat datang di dalam jamuan makan malam hari ini, sepenggal yang kalian baca di atas adalah rumah di mana nanti akan aku sampaikan sedikit. Tidak, aku orang yang baik hati kok. Bahkan kita belum kenalan. Bagaimana jika kita berkenalan terlebih dulu? Baiklah, mari berkenalan sebentar, kalau begitu.Kalandra? Ya. Orang memanggilku dengan nama itu. Nama yang begitu sempurna yang orang tuaku berikan ketika aku baru saja lahir ke muka bumi. Aku Kalandra Rezvan Akbar Putra terlalu panja

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • K E Y    1. Kemudahan

    Kalian tahu apa yang indah dari sebuah kunci? Bukan karena bentuknya, tapi ada sebuah rahasia yang sulit kalian temukan di dalamnya. Katanya, kalau kunci itu memiliki makna tersembunyi, kalian sudah tahu itu? Aku rasa kalian belum tahu. Tentu, karena di sini aku yang akan mengajaknya untuk menyelam ke rumahku. Rumah di mana tempat semua orang kembali, tempat semua orang berlindung, dan tempat semua orang melepas lelah di saat semua tak lagi ada.Katanya kita memiliki banyak jalan sebelum memilih jalan yang tepat untuk tempat yang tepat. Kamu akan melakukan apa yang kamu mau untuk memilih jalan itu. Sama seperti aku, ketika aku memilih seni bela diri Taekwondo sebagai rumah untukku bertahan, berlindung, dan kembali pada kenyataan untuk tidak berhenti sebelum meraih. Mencoba untuk tidak menyerah meski lawannya berat.Aku tidak akan sendirian untuk melakukan apa yang aku mau hanya karena aku seorang yang bertindak sesuka hati, katanya seperti

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • K E Y    2. Rencana

    Mungkin kalian akan mengatakan kalau aku adalah orang yang menyebalkan. Kalian tidak salah, aku memang menyebalkan, itu tuding yang selalu dilontarkan oleh Bang Ravi, laki-laki tertua kedua setelah Papa. Kalian tidak perlu mengatakan kalau aku hanya seorang anak bungsu yang suka menghamburkan uang. Aku hanya ingin menjelaskan pada kalian sedikit tentang bagaimana hidup sederhana meski aku terlahir dalam keluarga berada. Banyak hal yang aku lakukan untuk merencanakan semuanya. Aku ingin ini dan itu, tapi sekali lagi, ada sebuah batasan yang tidak seharusnya aku lakukan, termasuk beberapa larangan yang dulu pernah membuat keluargaku cemas, terlebih pada Bubun yang begitu murung saat melihatku berbaring di rumah sakit. Itu dulu... saat ini aku jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku memang sempat mengalami cidera cukup serius untuk memulihkannya juga butuh waktu yang lama. Cukup lama, sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • K E Y    3. Meditasi Dulu, Ya!

    Titik di mana aku harus berakhir dengan segala rasa sakit adalah saat aku pernah tergeletak dengan darah yang mengalir bebas keluar dari hidungku. Semua anggota keluargaku ada di sana, seharusnya untuk melihat bagaimana penampilanku, tapi itu sebaliknya. Saat itu aku dilarikan ke rumah sakit akibat benturan keras ada keretakan pada tulang bagian belakangku. Mungkin itu terlihat kecil, tapi percayalah, selama dua bulan lamanya aku duduk di kursi roda hanya untuk pemulihan.Tubuhku terasa begitu kaku, tapi aku tidak bisa menolak dan harus lebih banyak beristirahat. Sejak kejadian yang pernah menimpaku kala itu, Bubun dan Papa melarang keras agar aku tidak ikut dalam pertandingan apapun. Bukankah aku pernah katakan kalau kalian lupa, aku akan mengingatkannya sampai kalian ingat semuanya tentangku, tentang keras kepalaku yang terkadang sulit untuk dikendalikan.Aku tidak akan banyak membahas tentang apa itu seni Taekwon

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08

Bab terbaru

  • K E Y    6. Gerak Bebas

    Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah makan malam, karena aku memutuskan untuk tidur lebih awal agar aku bisa bangun di pagi hari, karena ada matakuliah penting yang tidak boleh terlambat.Namun, seingatku semalam, aku mendengar Papa membentak Abang sampai Bubun tersentak, padahal Bubun ada di sana. Aku mendengar Papa mengatakan ketidak sukaannya atas keputusan Abang.Entah apa yang dibahas semalam, pagi ini, tatap dingin Papa benar-benar menakutkan. Belum lagi, ketika aku datang Papa justru memalingkan wajahnya, berlalu meninggalkan meja makan dengan alasan takut terlambat.Aku yakin kalau semalam Abang dan Papa berdebat lagi, setelah hampir dua bulan terakhir aku tidak mendengar mereka berdebat.Papa dan Abang memiliki kadar kegengsian jauh lebih tinggi dari aku dan Kak Adena. Entah bagaimana bisa, kadar itu menurut seratus persen pada Bang Ravi, karena setahuku, Bang Ravi kalau sudah meminta satu hal, pasti akan sulit

  • K E Y    5. Lompat Tali,Nih?

    5. Lompat Tali, Nih?Aku belum selesai untuk memaki Akmal dan Julian padahal. Bahkan, ketika aku akan buka suara, suara Bang Ravi jauh lebih dulu menyapa dan menghancurkan semua rencana manisku. Sungguh menyebalkan sekali rasanya. Dengan begitu santai dia melemparkan handuk kecil yang sudah basah ke arahku. Untung saja aku mahir menangkap benda dengan cepat, kalau tidak, mungkin wajah tampanku akan ternodai dengan keringat busuk yang menempel di kulitku yang cerah.Sini aku beritahu kalian tentang Bang Ravi, yang begitu luar biasa pesonanya tidak main-main. Kalau kalian pikir aku akan marah, itu sudah pasti! Aku akan marah padanya, tapi bukan di sini. Saat ini aku hanya perlu membuatnya jengkel, lagi pula salahnya sendiri yang megibarkan bendera perang padaku. Kalau aku bukan anak Papa, mungkin aku sudah dihajar olehnya saat ini. Tapi keberuntungan masih memihak padaku. Karena aku terlahir sebagai keturuan Papa, Abang mana mungkin berani menganiaya anak sem

  • K E Y    4. Babak Penyisihan?

    "Lakukan sekali lagi!""Itu belum benar, lakukan lagi!"Hei, aku sudah katakan setelah ini tubuhku pasti akan pegal-pegal. Tapi pelatih masih saja memintaku untuk melakukannya berulang kali.Jika saja bukan karena seleksi, mungkin aku akan pulang lebih awal, setelah kejadian di kampus membuat kepalaku benar-benar pusing. Belum lagi aku sempat bertemu dengan Erika , mantan pacar yang cantik tapi sayang, jiwanya lemah.Kalian akan menganggap aku lelaki tak tahu diri, dan aku tak peduli akan hal itu. Jika saja dia bisa mengambil keputusan yang tepat, mungkin hari ini yang duduk bersamaku bukan Akmal. Tapi, kenyataannya, Akmal yang memang selalu bisa kuandalkan. Akmal seperti orang suruhan Papa, kapanpun dan di manapun dia selalu ada meski sesekali aku ingin sendiri, tetap saja Akmal akan ada di sana bersamaku.

  • K E Y    3. Meditasi Dulu, Ya!

    Titik di mana aku harus berakhir dengan segala rasa sakit adalah saat aku pernah tergeletak dengan darah yang mengalir bebas keluar dari hidungku. Semua anggota keluargaku ada di sana, seharusnya untuk melihat bagaimana penampilanku, tapi itu sebaliknya. Saat itu aku dilarikan ke rumah sakit akibat benturan keras ada keretakan pada tulang bagian belakangku. Mungkin itu terlihat kecil, tapi percayalah, selama dua bulan lamanya aku duduk di kursi roda hanya untuk pemulihan.Tubuhku terasa begitu kaku, tapi aku tidak bisa menolak dan harus lebih banyak beristirahat. Sejak kejadian yang pernah menimpaku kala itu, Bubun dan Papa melarang keras agar aku tidak ikut dalam pertandingan apapun. Bukankah aku pernah katakan kalau kalian lupa, aku akan mengingatkannya sampai kalian ingat semuanya tentangku, tentang keras kepalaku yang terkadang sulit untuk dikendalikan.Aku tidak akan banyak membahas tentang apa itu seni Taekwon

  • K E Y    2. Rencana

    Mungkin kalian akan mengatakan kalau aku adalah orang yang menyebalkan. Kalian tidak salah, aku memang menyebalkan, itu tuding yang selalu dilontarkan oleh Bang Ravi, laki-laki tertua kedua setelah Papa. Kalian tidak perlu mengatakan kalau aku hanya seorang anak bungsu yang suka menghamburkan uang. Aku hanya ingin menjelaskan pada kalian sedikit tentang bagaimana hidup sederhana meski aku terlahir dalam keluarga berada. Banyak hal yang aku lakukan untuk merencanakan semuanya. Aku ingin ini dan itu, tapi sekali lagi, ada sebuah batasan yang tidak seharusnya aku lakukan, termasuk beberapa larangan yang dulu pernah membuat keluargaku cemas, terlebih pada Bubun yang begitu murung saat melihatku berbaring di rumah sakit. Itu dulu... saat ini aku jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku memang sempat mengalami cidera cukup serius untuk memulihkannya juga butuh waktu yang lama. Cukup lama, sa

  • K E Y    1. Kemudahan

    Kalian tahu apa yang indah dari sebuah kunci? Bukan karena bentuknya, tapi ada sebuah rahasia yang sulit kalian temukan di dalamnya. Katanya, kalau kunci itu memiliki makna tersembunyi, kalian sudah tahu itu? Aku rasa kalian belum tahu. Tentu, karena di sini aku yang akan mengajaknya untuk menyelam ke rumahku. Rumah di mana tempat semua orang kembali, tempat semua orang berlindung, dan tempat semua orang melepas lelah di saat semua tak lagi ada.Katanya kita memiliki banyak jalan sebelum memilih jalan yang tepat untuk tempat yang tepat. Kamu akan melakukan apa yang kamu mau untuk memilih jalan itu. Sama seperti aku, ketika aku memilih seni bela diri Taekwondo sebagai rumah untukku bertahan, berlindung, dan kembali pada kenyataan untuk tidak berhenti sebelum meraih. Mencoba untuk tidak menyerah meski lawannya berat.Aku tidak akan sendirian untuk melakukan apa yang aku mau hanya karena aku seorang yang bertindak sesuka hati, katanya seperti

  • K E Y    Tuan Muda Kalandra

    loved you, I loved you, I loved youBut that was thenBut that was then"Maria bukan Meri, jangan salah ya, kamu yang mulai bukan aku Kala.""Lo yang bodoh, lo nyalahin semuanya ke Gue? Gila lo ya!""Hei, gurun pasir yang tandus juga tahu, kalau kamu emang bersalah, gak usah bela diri gitu.""Hah?! Cewek kayak LO ITU CUMA SAMPAH! BUAT APA DI PERTAHANIN?". . .Hai, selamat datang di dalam jamuan makan malam hari ini, sepenggal yang kalian baca di atas adalah rumah di mana nanti akan aku sampaikan sedikit. Tidak, aku orang yang baik hati kok. Bahkan kita belum kenalan. Bagaimana jika kita berkenalan terlebih dulu? Baiklah, mari berkenalan sebentar, kalau begitu.Kalandra? Ya. Orang memanggilku dengan nama itu. Nama yang begitu sempurna yang orang tuaku berikan ketika aku baru saja lahir ke muka bumi. Aku Kalandra Rezvan Akbar Putra terlalu panja

DMCA.com Protection Status