Beranda / Romansa / K E Y / 3. Meditasi Dulu, Ya!

Share

3. Meditasi Dulu, Ya!

Penulis: Nisa Jihad
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-08 18:13:38

Titik di mana aku harus berakhir dengan segala rasa sakit adalah saat  aku pernah tergeletak dengan darah yang mengalir bebas keluar  dari hidungku. Semua anggota keluargaku ada di sana, seharusnya untuk melihat  bagaimana penampilanku, tapi itu sebaliknya. Saat itu aku dilarikan ke rumah sakit akibat benturan keras ada keretakan pada tulang bagian belakangku. Mungkin itu terlihat kecil, tapi percayalah, selama dua bulan lamanya aku duduk di kursi roda hanya untuk pemulihan.  

Tubuhku terasa begitu kaku, tapi aku tidak bisa menolak dan harus lebih banyak beristirahat. Sejak kejadian yang pernah menimpaku kala itu, Bubun dan Papa melarang keras agar aku tidak ikut dalam pertandingan apapun. Bukankah aku pernah katakan kalau kalian lupa, aku akan mengingatkannya sampai kalian ingat  semuanya tentangku, tentang keras kepalaku yang terkadang sulit untuk dikendalikan. 

Aku tidak akan banyak membahas tentang apa itu seni Taekwondo, hanya saja kalian harus tahu sedikit tentang salah satu bela diri tersebut begitu terkenal di seluruh dunia, kalau aku tidak salah untuk mengingatnya, seni bela diri tersebut berasal dari negeri Gingseng, yaitu Korea Selatan.  Dalam  pertandingan Taekwondo, ada batasan dan aturan yang tidak diizinkan untuk  dilanggar pada saat pertandingan berlangsung. Kalian pasti sudah tahu, jadi aku tidak perlu mengatakannya terlalu jauh. Cideraku berasal dari mana. 

Selama masa pemulihan, semua kegiatanku benar-benar terputus. Dan aku baru kembali berkiprah, setelah hampir setengah tahun aku diminta untuk istirahat total. Dan hal tersebut sangatlah membosankan. Aku memang belum kembali untuk melanjutkan latihan lagi bersama teman-teman seperguruanku.  

Saat kejadian itu aku masih baru masuk semester awal. Aku sampai rela untuk tidak kuliah satu semester. Demi kesembuhan, Papa meminta keringanan pada pihak kampus agar aku bisa ambil cuti kuliah. Terlebih, saat itu belum terlalu banyak tugas. Tapi sekarang, jangankan bersantai sedikit, baru merebahkan tubuh di kasur saja pikiranku sudah melayang mengingat banyaknya laporan yang bum terselesaikan. 

Meski begitu, rasa bosanku akan tetap datang, jadi aku juga memutuskan untuk ikut futsal yang ada di kampusku. Walau di setiap pertandingan aku tidak ikut serta, aku hanya ingin meringankan beban pikiranku sedikit lebih tenang. Apalagi ketika tadi bertemu dengan Bang Ravi.

"La, Lo marah sama gue?" 

Tentu! Tentu aku marah pada Akmal. Bisa-bisanya dia memaksaku untuk mengikuti kemauan Bang Ravi. Memangnya aku anak kecil, mudah dibujuk begitu saja? Jangan takankan bagaimana wajahnya saat ini. Dia begitu khawatir, karena sejak pergi dari kantin, aku selalu menjauh darinya, walau melihatnya seperti seorang anak yang kehilangan orang tuanya. Melas! 

"Kalandra! Gue cuma ngomong doang lho, yang ngusul, kan, Abang Lo," katanya. 

Aku tidak peduli siapa yang mengatakannya, tapi aku sempat melihat mantanku saat di kantin tadi. Rasanya seperti mimpi, tapi aku tidak melihat ada bahagia yang terpancar di wajahnya. 

"La, Erika tuh, tadi dianggurin, sekarang masa mau dicuekin lagi," kata Akmal tiba-tiba. Dia seperti setan penasaran, menggangguku tanpa ampun. 

"Mantan!" 

Harusnya aku tidak perlu menjawab. Tapi aku tidak bisa menahan diri kalau Akmal sudah menyebut nama Erika di hadapanku. Ingin berteriak tapi ranahnya masih dalam lingkungan Kampus. Bagaimana bisa aku membuat kehebohan hanya karena Akmal yang menyebut nama mantan. 

Bagiku mantan hanya sebuah kata yang paling indah dari sebuah sampah. Kasar tapi nyatanya begitu. Erika membuat sebuah keputusan yang sangat mengecewakan. 

"Tapi Lo nggak boleh kasar gitu, La. Dia mantan terindah, kan?" 

"Nggak ada namanya mantan itu indah!" 

Sudah kesal, jadi aku tinggalkan saja  Akmal. Lagipula hari ini aku akan menemui dosen untuk pengajuan judul skripsi sebenarnya. Dan ada beberapa matakuliah yang memang sempat terlewat olehku, jadi aku harus melanjutkannya sebelum akhirnya aku mengikuti sidang nanti. 

Omong-omong tentang seni  dan olahraga, kalian perlu mengingat siapa lawanku saat dimedan tempur. Tapi rasanya tidak mungkin aku ceritakan semuanya, nanti saja aku akan kembali dan menceritakannya lagi pada kalian. 

"Lepasin! Ini sakit, kamu nggak kayak dulu, kamu kasar, kamu beda sama Andra!" 

"Jangan sebut namanya di depan wajahku! Kamu milikku sekarang, bisa bisanya kamu menyebut nama orang lain di saat bersamaku." 

Saat aku hendak melangkahkan kaki menuju kelas, aku mendengar pekik seseorang dari sudut lorong menuju kelasku. Aku benar-benar penasaran, siapa yang ada di sana. Bahkan semua orang tahu kalau di sudut sana hanya ada jalan buntu, tembok yang sedikit menjorok ke dalam, jadi akan sedikit sulit untuk melihatnya.  

"Lepasin!" 

"La, ayo! Lo mau ke mana sih? Di sana nggak ada jalan, Lo mau mgepain? Meditasi?" 

  

Aku menoleh saat Akmal menarik lenganku, langkahku terhenti seketika,  aku ingin mengatakan apa yang aku dengar barusan, tapi tanganku sudah ditarik paksa untuk masuk ke dalam kelas. 

"Lihat apa sih?" 

"Lo nggak dengar?" 

Akmal menggeleng, bahkan saat  kami sudah benar-benar  berada di dalam kelas pun,  pikiranku masih tertuju pada nyaring suara gadis yang benar-benar telah mengusik ketenanganku saat ini. 

"Rezvan! What are you doing, now?" 

Aku tidak tahu apa yang dikatakan oleh Akmal, tapi aku bisa mendengar tawa semua orang saat Mr. Karan menghampiriku, pria gagah dengan setelan kemeja yang senada kini berdiri di sisi kursiku. 

Aku mendongak saat Mr. Karan menyodorkan selembar kertas di atas mejaku. 

"Sorry sir, what is this? I really don't know," kataku. Aku sungguh payah untuk matakuliah dosenku yang satu ini. Padahal setiap sebulan sekali, Bang Ravi selalu mengajakku ke sebuah perpustakaan nasional yang ada di Jakarta. 

"Hasil ujian Minggu lalu! Rezvan, apakah kamu tidak berniat untuk memperbaiki nilaimu dalam matakuliah saya?" Aku menunduk, sejujurnya matakuliah Mr. Karan salah satu jenis matakuliah yang begitu membosankan menurutku. 

"C lagi? Ini sih  bisa kena sidang duluan sama Papa, terus gue harus gimana? Meditasi juga nggak ada hasilnya," batinku. Aku merenungkan segala kemungkinan  yang akan terjadi kalau Papa sampai melihat nilaiku yang buruk. Astaga, aku sangat kesal satu hari penuh masalahku sangat beruntun. Mula dari dekan, sampai sekarang dan tadi, seperti suara jin. Menyeramkan! 

Hari ini, sepertinya aku memang sedang mendapat kesialan yang luar biasa. Bukan hanya sekali, tapi melpah ruah karena setelah ini, mungkin aku akan mendapat ceramah dari Papa dan ocehan dari Bubun yang akan mengingatkanku banyak hal. 

Kalian akan bosan untuk mendengarkan mereka berbicara, begitu juga dengan aku, yang hampir setiap menit mendengarkan Bubun kalau sudah kesal, suaranya jauh lebih keras dari yang biasa aku dengar ketika Bubun memanggilku. 

Aku hanya bisa menghela napas untuk hari ini, setidaknya untuk menyelesaikan matakuliah yang sangat-sangat membosankan. Kalian bisa membayangkan sendiri, tidak perlu aku katakan secara penuh bagaimana kondisiku saat ini. Bahkan ketika aku melihat Akmal, diaa sudah menguap berkali-kali.  Memang tidak ada bedanya. 

Sepertinya aku harus meditasi lebih lama. 

Bab terkait

  • K E Y    4. Babak Penyisihan?

    "Lakukan sekali lagi!""Itu belum benar, lakukan lagi!"Hei, aku sudah katakan setelah ini tubuhku pasti akan pegal-pegal. Tapi pelatih masih saja memintaku untuk melakukannya berulang kali.Jika saja bukan karena seleksi, mungkin aku akan pulang lebih awal, setelah kejadian di kampus membuat kepalaku benar-benar pusing. Belum lagi aku sempat bertemu dengan Erika , mantan pacar yang cantik tapi sayang, jiwanya lemah.Kalian akan menganggap aku lelaki tak tahu diri, dan aku tak peduli akan hal itu. Jika saja dia bisa mengambil keputusan yang tepat, mungkin hari ini yang duduk bersamaku bukan Akmal. Tapi, kenyataannya, Akmal yang memang selalu bisa kuandalkan. Akmal seperti orang suruhan Papa, kapanpun dan di manapun dia selalu ada meski sesekali aku ingin sendiri, tetap saja Akmal akan ada di sana bersamaku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • K E Y    5. Lompat Tali,Nih?

    5. Lompat Tali, Nih?Aku belum selesai untuk memaki Akmal dan Julian padahal. Bahkan, ketika aku akan buka suara, suara Bang Ravi jauh lebih dulu menyapa dan menghancurkan semua rencana manisku. Sungguh menyebalkan sekali rasanya. Dengan begitu santai dia melemparkan handuk kecil yang sudah basah ke arahku. Untung saja aku mahir menangkap benda dengan cepat, kalau tidak, mungkin wajah tampanku akan ternodai dengan keringat busuk yang menempel di kulitku yang cerah.Sini aku beritahu kalian tentang Bang Ravi, yang begitu luar biasa pesonanya tidak main-main. Kalau kalian pikir aku akan marah, itu sudah pasti! Aku akan marah padanya, tapi bukan di sini. Saat ini aku hanya perlu membuatnya jengkel, lagi pula salahnya sendiri yang megibarkan bendera perang padaku. Kalau aku bukan anak Papa, mungkin aku sudah dihajar olehnya saat ini. Tapi keberuntungan masih memihak padaku. Karena aku terlahir sebagai keturuan Papa, Abang mana mungkin berani menganiaya anak sem

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • K E Y    6. Gerak Bebas

    Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah makan malam, karena aku memutuskan untuk tidur lebih awal agar aku bisa bangun di pagi hari, karena ada matakuliah penting yang tidak boleh terlambat.Namun, seingatku semalam, aku mendengar Papa membentak Abang sampai Bubun tersentak, padahal Bubun ada di sana. Aku mendengar Papa mengatakan ketidak sukaannya atas keputusan Abang.Entah apa yang dibahas semalam, pagi ini, tatap dingin Papa benar-benar menakutkan. Belum lagi, ketika aku datang Papa justru memalingkan wajahnya, berlalu meninggalkan meja makan dengan alasan takut terlambat.Aku yakin kalau semalam Abang dan Papa berdebat lagi, setelah hampir dua bulan terakhir aku tidak mendengar mereka berdebat.Papa dan Abang memiliki kadar kegengsian jauh lebih tinggi dari aku dan Kak Adena. Entah bagaimana bisa, kadar itu menurut seratus persen pada Bang Ravi, karena setahuku, Bang Ravi kalau sudah meminta satu hal, pasti akan sulit

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • K E Y    Tuan Muda Kalandra

    loved you, I loved you, I loved youBut that was thenBut that was then"Maria bukan Meri, jangan salah ya, kamu yang mulai bukan aku Kala.""Lo yang bodoh, lo nyalahin semuanya ke Gue? Gila lo ya!""Hei, gurun pasir yang tandus juga tahu, kalau kamu emang bersalah, gak usah bela diri gitu.""Hah?! Cewek kayak LO ITU CUMA SAMPAH! BUAT APA DI PERTAHANIN?". . .Hai, selamat datang di dalam jamuan makan malam hari ini, sepenggal yang kalian baca di atas adalah rumah di mana nanti akan aku sampaikan sedikit. Tidak, aku orang yang baik hati kok. Bahkan kita belum kenalan. Bagaimana jika kita berkenalan terlebih dulu? Baiklah, mari berkenalan sebentar, kalau begitu.Kalandra? Ya. Orang memanggilku dengan nama itu. Nama yang begitu sempurna yang orang tuaku berikan ketika aku baru saja lahir ke muka bumi. Aku Kalandra Rezvan Akbar Putra terlalu panja

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-24
  • K E Y    1. Kemudahan

    Kalian tahu apa yang indah dari sebuah kunci? Bukan karena bentuknya, tapi ada sebuah rahasia yang sulit kalian temukan di dalamnya. Katanya, kalau kunci itu memiliki makna tersembunyi, kalian sudah tahu itu? Aku rasa kalian belum tahu. Tentu, karena di sini aku yang akan mengajaknya untuk menyelam ke rumahku. Rumah di mana tempat semua orang kembali, tempat semua orang berlindung, dan tempat semua orang melepas lelah di saat semua tak lagi ada.Katanya kita memiliki banyak jalan sebelum memilih jalan yang tepat untuk tempat yang tepat. Kamu akan melakukan apa yang kamu mau untuk memilih jalan itu. Sama seperti aku, ketika aku memilih seni bela diri Taekwondo sebagai rumah untukku bertahan, berlindung, dan kembali pada kenyataan untuk tidak berhenti sebelum meraih. Mencoba untuk tidak menyerah meski lawannya berat.Aku tidak akan sendirian untuk melakukan apa yang aku mau hanya karena aku seorang yang bertindak sesuka hati, katanya seperti

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • K E Y    2. Rencana

    Mungkin kalian akan mengatakan kalau aku adalah orang yang menyebalkan. Kalian tidak salah, aku memang menyebalkan, itu tuding yang selalu dilontarkan oleh Bang Ravi, laki-laki tertua kedua setelah Papa. Kalian tidak perlu mengatakan kalau aku hanya seorang anak bungsu yang suka menghamburkan uang. Aku hanya ingin menjelaskan pada kalian sedikit tentang bagaimana hidup sederhana meski aku terlahir dalam keluarga berada. Banyak hal yang aku lakukan untuk merencanakan semuanya. Aku ingin ini dan itu, tapi sekali lagi, ada sebuah batasan yang tidak seharusnya aku lakukan, termasuk beberapa larangan yang dulu pernah membuat keluargaku cemas, terlebih pada Bubun yang begitu murung saat melihatku berbaring di rumah sakit. Itu dulu... saat ini aku jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku memang sempat mengalami cidera cukup serius untuk memulihkannya juga butuh waktu yang lama. Cukup lama, sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03

Bab terbaru

  • K E Y    6. Gerak Bebas

    Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah makan malam, karena aku memutuskan untuk tidur lebih awal agar aku bisa bangun di pagi hari, karena ada matakuliah penting yang tidak boleh terlambat.Namun, seingatku semalam, aku mendengar Papa membentak Abang sampai Bubun tersentak, padahal Bubun ada di sana. Aku mendengar Papa mengatakan ketidak sukaannya atas keputusan Abang.Entah apa yang dibahas semalam, pagi ini, tatap dingin Papa benar-benar menakutkan. Belum lagi, ketika aku datang Papa justru memalingkan wajahnya, berlalu meninggalkan meja makan dengan alasan takut terlambat.Aku yakin kalau semalam Abang dan Papa berdebat lagi, setelah hampir dua bulan terakhir aku tidak mendengar mereka berdebat.Papa dan Abang memiliki kadar kegengsian jauh lebih tinggi dari aku dan Kak Adena. Entah bagaimana bisa, kadar itu menurut seratus persen pada Bang Ravi, karena setahuku, Bang Ravi kalau sudah meminta satu hal, pasti akan sulit

  • K E Y    5. Lompat Tali,Nih?

    5. Lompat Tali, Nih?Aku belum selesai untuk memaki Akmal dan Julian padahal. Bahkan, ketika aku akan buka suara, suara Bang Ravi jauh lebih dulu menyapa dan menghancurkan semua rencana manisku. Sungguh menyebalkan sekali rasanya. Dengan begitu santai dia melemparkan handuk kecil yang sudah basah ke arahku. Untung saja aku mahir menangkap benda dengan cepat, kalau tidak, mungkin wajah tampanku akan ternodai dengan keringat busuk yang menempel di kulitku yang cerah.Sini aku beritahu kalian tentang Bang Ravi, yang begitu luar biasa pesonanya tidak main-main. Kalau kalian pikir aku akan marah, itu sudah pasti! Aku akan marah padanya, tapi bukan di sini. Saat ini aku hanya perlu membuatnya jengkel, lagi pula salahnya sendiri yang megibarkan bendera perang padaku. Kalau aku bukan anak Papa, mungkin aku sudah dihajar olehnya saat ini. Tapi keberuntungan masih memihak padaku. Karena aku terlahir sebagai keturuan Papa, Abang mana mungkin berani menganiaya anak sem

  • K E Y    4. Babak Penyisihan?

    "Lakukan sekali lagi!""Itu belum benar, lakukan lagi!"Hei, aku sudah katakan setelah ini tubuhku pasti akan pegal-pegal. Tapi pelatih masih saja memintaku untuk melakukannya berulang kali.Jika saja bukan karena seleksi, mungkin aku akan pulang lebih awal, setelah kejadian di kampus membuat kepalaku benar-benar pusing. Belum lagi aku sempat bertemu dengan Erika , mantan pacar yang cantik tapi sayang, jiwanya lemah.Kalian akan menganggap aku lelaki tak tahu diri, dan aku tak peduli akan hal itu. Jika saja dia bisa mengambil keputusan yang tepat, mungkin hari ini yang duduk bersamaku bukan Akmal. Tapi, kenyataannya, Akmal yang memang selalu bisa kuandalkan. Akmal seperti orang suruhan Papa, kapanpun dan di manapun dia selalu ada meski sesekali aku ingin sendiri, tetap saja Akmal akan ada di sana bersamaku.

  • K E Y    3. Meditasi Dulu, Ya!

    Titik di mana aku harus berakhir dengan segala rasa sakit adalah saat aku pernah tergeletak dengan darah yang mengalir bebas keluar dari hidungku. Semua anggota keluargaku ada di sana, seharusnya untuk melihat bagaimana penampilanku, tapi itu sebaliknya. Saat itu aku dilarikan ke rumah sakit akibat benturan keras ada keretakan pada tulang bagian belakangku. Mungkin itu terlihat kecil, tapi percayalah, selama dua bulan lamanya aku duduk di kursi roda hanya untuk pemulihan.Tubuhku terasa begitu kaku, tapi aku tidak bisa menolak dan harus lebih banyak beristirahat. Sejak kejadian yang pernah menimpaku kala itu, Bubun dan Papa melarang keras agar aku tidak ikut dalam pertandingan apapun. Bukankah aku pernah katakan kalau kalian lupa, aku akan mengingatkannya sampai kalian ingat semuanya tentangku, tentang keras kepalaku yang terkadang sulit untuk dikendalikan.Aku tidak akan banyak membahas tentang apa itu seni Taekwon

  • K E Y    2. Rencana

    Mungkin kalian akan mengatakan kalau aku adalah orang yang menyebalkan. Kalian tidak salah, aku memang menyebalkan, itu tuding yang selalu dilontarkan oleh Bang Ravi, laki-laki tertua kedua setelah Papa. Kalian tidak perlu mengatakan kalau aku hanya seorang anak bungsu yang suka menghamburkan uang. Aku hanya ingin menjelaskan pada kalian sedikit tentang bagaimana hidup sederhana meski aku terlahir dalam keluarga berada. Banyak hal yang aku lakukan untuk merencanakan semuanya. Aku ingin ini dan itu, tapi sekali lagi, ada sebuah batasan yang tidak seharusnya aku lakukan, termasuk beberapa larangan yang dulu pernah membuat keluargaku cemas, terlebih pada Bubun yang begitu murung saat melihatku berbaring di rumah sakit. Itu dulu... saat ini aku jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku memang sempat mengalami cidera cukup serius untuk memulihkannya juga butuh waktu yang lama. Cukup lama, sa

  • K E Y    1. Kemudahan

    Kalian tahu apa yang indah dari sebuah kunci? Bukan karena bentuknya, tapi ada sebuah rahasia yang sulit kalian temukan di dalamnya. Katanya, kalau kunci itu memiliki makna tersembunyi, kalian sudah tahu itu? Aku rasa kalian belum tahu. Tentu, karena di sini aku yang akan mengajaknya untuk menyelam ke rumahku. Rumah di mana tempat semua orang kembali, tempat semua orang berlindung, dan tempat semua orang melepas lelah di saat semua tak lagi ada.Katanya kita memiliki banyak jalan sebelum memilih jalan yang tepat untuk tempat yang tepat. Kamu akan melakukan apa yang kamu mau untuk memilih jalan itu. Sama seperti aku, ketika aku memilih seni bela diri Taekwondo sebagai rumah untukku bertahan, berlindung, dan kembali pada kenyataan untuk tidak berhenti sebelum meraih. Mencoba untuk tidak menyerah meski lawannya berat.Aku tidak akan sendirian untuk melakukan apa yang aku mau hanya karena aku seorang yang bertindak sesuka hati, katanya seperti

  • K E Y    Tuan Muda Kalandra

    loved you, I loved you, I loved youBut that was thenBut that was then"Maria bukan Meri, jangan salah ya, kamu yang mulai bukan aku Kala.""Lo yang bodoh, lo nyalahin semuanya ke Gue? Gila lo ya!""Hei, gurun pasir yang tandus juga tahu, kalau kamu emang bersalah, gak usah bela diri gitu.""Hah?! Cewek kayak LO ITU CUMA SAMPAH! BUAT APA DI PERTAHANIN?". . .Hai, selamat datang di dalam jamuan makan malam hari ini, sepenggal yang kalian baca di atas adalah rumah di mana nanti akan aku sampaikan sedikit. Tidak, aku orang yang baik hati kok. Bahkan kita belum kenalan. Bagaimana jika kita berkenalan terlebih dulu? Baiklah, mari berkenalan sebentar, kalau begitu.Kalandra? Ya. Orang memanggilku dengan nama itu. Nama yang begitu sempurna yang orang tuaku berikan ketika aku baru saja lahir ke muka bumi. Aku Kalandra Rezvan Akbar Putra terlalu panja

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status