Beranda / Romansa / Jodoh di Tangan Mama / BAB 4 - Mama Pilihkan Dia, Apa Dia Masih Kurang untuk Kamu?

Share

BAB 4 - Mama Pilihkan Dia, Apa Dia Masih Kurang untuk Kamu?

Penulis: Sara Maureen
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-02 14:23:09

“Jadi kamu makan malem sama Athalia?”

Pertanyaan itu menyambut Asa yang baru saja menjejakkan kakinya di ruang tengah rumahnya. Sang mama, Padma, menatapnya dengan antusias. Lebih antusias daripada saat Asa dulu mengatakan kalau ia diterima di PTN terbaik di Indonesia.

“Iya, Ma,” jawab Asa dengan senyum di wajahnya. “Apa aku akan disuruh makan lagi? Mama udah makan malem?”

Asa menghampiri sang mama dan mencium kedua pipinya seperti biasa. Di sisi kanan sang mama, ada Ilana dan Meisie, dua adik yang ikut menatapnya dengan tatapan yang identik dengan sang ibu.

Astaga, perempuan di keluarga Tanaka ini sepertinya sudah benar-benar gatal melihatnya yang selama ini selalu sendiri.

“Kita udah makan kok.” Kali ini yang menjawab adalah Ilana, anak tengah di keluarga tersebut.

“Mama hampir tumpengan waktu denger Abang makan sama cewek. Sayang aja Abang ngasih tahunya mepet sama jam makan malem. Kalau Abang ngasih tahunya dari siang, pasti Mama udah bikin tumpeng.”

Celotehan adik bungsunya membuat Asa tertawa. Lelaki itu duduk di single sofa dan siap untuk disidang keluarganya.

Asa tahu, begitu ia memberi tahu ke mana dia malam ini, pastilah ia tidak akan bisa langsung naik ke kamarnya.

Padma, Ilana, dan Meisie adalah orang yang paling antusias dalam rencana besar keluarga Tanaka di tahun itu yang bertajuk ‘Jodoh Asa di Tangan Mama’.

Sedangkan ayahnya tentu saja akan mengiakan apa pun yang ratu dan putrinya inginkan.

Lagipula bagi Badai Tanaka, ayahnya, cukup menghibur melihat Asa yang baru kali ini kewalahan dalam menuruti permintaan mamanya.

“Adek lebay ah,” ledek mamanya pada Meisie.

Meisie, si bungsu di keluarga tersebut langsung menggeleng. “Nggak, aku yakin Mama juga bakal tumpengan kalau Bang Asa ngasih tahu dari siang dia mau nginep sama ceweknya.”

Asa hanya bisa menggeleng pelan mendengar celotehan adik-adiknya.

Mamanya pun berdeham, berusaha mengembalikan fokus percakapan mereka ke topik semula. “Kok Abang akhirnya bisa makan sama Athalia?”

“Kebetulan aja, Ma,” jawab Asa singkat.

Mamanya langsung berdecak tak setuju. “Nggak ada yang namanya kebetulan, Bang.”

“Udahlah, Bang, jangan usaha ngadalin buaya,” celetuk Ilana yang langsung membuat perempuan paruh baya di sebelahnya mendelik.

“Jadi Mama buaya nih?”

“Maksudnyaaa Mama tuh udah ahli soal yang kayak gini.” Ilana memberi penjelasan dengan gemas, sedangkan Padma sendiri sedang berusaha menahan tawanya. “Bang Asa nggak bisa ngeles lagi gitu lho.”

Asa kembali terkekeh melihat perdebatan seru antara mamanya dan Ilana. Meisie yang duduk di sisi kiri mamanya pun ikut menonton.

“Tadi Abang kebetulan ketemu di mall depan kantor, terus ya… karena dia lagi sedih, jadi Abang hibur sedikit,” jawab Asa kelewat jujur. “Karena udah sore juga, akhirnya dia ngajak makan malam buat ngucapin terima kasih. Tapi ya udah, nggak lama kemudian pacarnya dateng dan aku pulang.”

“Hah? Mbak Cantik yang diceritain Mama udah punya pacar?” tanya Meisie pada mamanya.

“Lho, Mama juga baru tahu dia udah punya pacar.”

Asa meringis. Sepertinya ia baru saja memberi tahu hal yang seharusnya tidak diketahui keluarganya mengenai Athalia. Tetapi, daripada memberikan harapan kepada sang mama, lebih baik Asa berkata dengan jujur sejak sekarang.

“Ma, kan Abang udah bilang di telepon tadi siang, Abang nggak ada chemistry sama Athalia. Lagipula pertemuan kami beneran nggak disengaja kok.” Asa sengaja tak menyebutkan detail penyebab pertemuannya dengan Athalia.

Akhir-akhir ini mamanya mulai khawatir mengenai hilal jodohnya yang tak kunjung datang. Omongannya pun sudah menjurus ke arah ‘Kalau nanti Mama pergi terus Abang sendirian gimana?’ dan sebagainya.

“Abang yakin?” Mamanya masih belum bisa menerima fakta yang ia jabarkan. “Jujur, Mama nggak tahu Athalia udah punya pacar—tapi ya harusnya Mama sadar juga sih, perempuan sebaik dia mana mungkin masih sendiri.

“Tapi Mama udah pilihin dia dari banyaknya anak perempuan yang disodorin ke Mama, apa dia masih kurang untuk kamu?”

Pertanyaan mamanya membuat Asa terhenyak. Apa Athalia masih kurang untuknya?

Sejujurnya kalau ia menilai dengan berdasarkan dua pertemuan mereka, Asa berani mengatakan kalau tak ada yang kurang dengan Athalia.

She is smart, terlihat dari bagaimana dia membawa diri dan bicara. Supel, hangat, pandai membangun suasana, meskipun kerap kali terlihat melamun dan seperti orang yang dirundungi kesedihan tanpa henti.

Athalia adalah kombinasi yang sempurna tapi tetap terlihat manusiawi.

“Masalahnya bukan di dia, Ma. Cuma Abang aja yang belum mau dan belum berpikir untuk menjalin hubungan.” Asa pun bangkit dari duduknya. “Abang tahu Mama nggak akan nyerah jadiin jodoh buat Abang, tapi Abang masih tetap sama pendirian Abang. Yang terpenting Abang punya Papa, Mama, Ilana, sama Meisie.”

Mamanya tak mengatakan apa pun dan Asa tahu kalau perempuan yang masih cantik di usianya yang tak muda lagi itu memikirkan perasaannya, meskipun masih tidak ingin anak sulungnya jadi bujang lapuk.

Asa menghampiri mamanya kembali untuk mencium pipinya dan mengucapkan selamat malam. Tak ketinggalan kedua adiknya yang masih menggemaskan meskipun usianya sudah kepala dua untuk ia acak rambutnya sekilas.

Lelaki itu naik ke lantai dua di mana kamarnya berada dan mengempaskan dirinya ke ranjang.

Asa berbaring menatap langit-langit kamarnya, lalu mengeluarkan ponselnya untuk mencari kontak Athalia yang ia simpan karena perintah mamanya beberapa waktu lalu, sebelum pertemuan pertamanya dengan Athalia.

Angkasa Nirada Tanaka: Athalia, ini Asa. Terima kasih untuk makan malamnya. Oh ya, kuharap pacarmu nggak salah sangka dengan kehadiranku tadi di sana. Selamat malam.

Setelah mengirim pesan tersebut, Asa iseng membuka foto profil yang digunakan Athalia. Perempuan itu dipotret dari samping dengan pemandangan pantai yang pasirnya terlihat putih dan cantik, juga langit biru yang menenangkan.

Perempuan seperti Athalia pastilah sudah punya pasangan, Asa tak terlalu heran dengan hal itu. Yang ia bingungkan adalah kenapa ibu Athalia masih berupaya menjodohkannya dengan Asa padahal Athalia sudah punya pacar?

Bab terkait

  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 5 - Kali Ketiga Kita Bertemu

    Athalia memasuki gedung kantornya sambil mengusap tengkuk dengan gelisah. Ia tak bisa menghentikan kebiasaan ini—Athalia selalu mengusap tengkuknya tanpa alasan ketika merasa resah atau memikirkan hal yang tak ada ujungnya.“Athalia?”Teman-teman kantornya biasa memanggil Athalia dengan ‘Atha’. Alasannya sederhana, karena lebih singkat.Jadi, ketika ia mendengar seseorang yang memanggilnya dengan ‘Athalia’ di sekitar kantornya, perempuan itu tak langsung menyadari kalau panggilan itu ditujukan untuknya.Sampai kemudian seseorang menepuk bahunya dan membuat Athalia menghentikan langkahnya.Perpaduan aroma woody dengan patchouli, clary sage, dan amber yang Athalia cukup kenali karena ada aroma lainnya yang bercampur dan menjadikannya unik tersebut, mengingatkan Athalia pada seseorang.Athalia berbalik sambil berdoa kalau untuk sekali ini saja, indra penciumannya salah."Asa?” Athalia menatap Asa dengan terkejut.Tebakannya benar. Pemilik aroma yang mengingatkan Athalia pada salah satu p

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 6 - Kalau Nanti Abang Ketemu dengan Perempuan yang Tepat…

    “Kalau kasar, itu bukan cinta, Tha.”“Aku tahu apa yang aku lakukan, Sa.”Percakapan singkatnya dengan Athalia tempo hari kembali mengusik Asa. Lelaki itu berdecak pelan ketika mengingat kembali Athalia yang tak menjawab ketika ia bertanya, apakah kekasih Athalia berbuat kasar padanya atau tidak.Dari bagaimana Athalia yang diam saat itu, Asa yakin kalau kekasih perempuan itu memang menyakitinya.Asa bisa saja melengos pergi dan tak peduli, tapi bayang-bayang luka yang coba disembunyikan Athalia terus mengusiknya bahkan beberapa hari setelah pertemuan mereka di Heavenly & Co.“Abang kenapa? Nggak suka temenin Mama lunch hari ini ya?”Asa buru-buru mengerjapkan mata ketika menyadari kalau saat ini ia tak sendirian. Di hadapannya, ada sang mama yang tengah menatapnya dengan penuh selidik.Hari ini Padma memang memang mengajaknya makan siang bersama, kebetulan ayahnya tengah ada meeting dengan orang lain sehingga hanya mereka berdua yang bisa.Ta Wan Plaza Senayan di siang hari itu cukup

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 7 - Kamu Layak Dicintai dengan Tepat

    “Athalia nggak serendah itu,” bantah Asa dengan cepat.Asa bahkan tak percaya kalau lelaki yang mengaku sebagai kekasih perempuan yang tangannya tengah dicengkeram erat itu, bisa menuduh Athalia dengan sangat hina.Asa memang belum benar-benar mengenal Athalia, tapi lelaki itu tahu kalau Athalia tidak seburuk yang dituduhkan Marcell.“Marcell, kita pergi yuk, sekarang,” sergah Athalia seraya menarik tangan Marcell yang sudah ingin menggapai Asa. “Dia nggak ada hubungannya sama sekali sama aku. Cuma temen kok. Kan waktu itu aku udah jelasin.”“Halah!” Marcell menepis tangan Athalia dengan kasar. “Kamu tuh udah sering bohong sama aku, Tha! Mana mungkin aku bisa percaya kamu lagi dengan mudah?”Athalia menggigit bibirnya dan menatap Asa serta Marcell secara bergantian. Kali ini Marcell melepas cengkeramannya pada pergelangan tangan Athalia dan mendekat pada Asa.Asa sendiri tak terlihat gentar, ia menatap Marcell dengan datar dan hal itu semakin membuat Marcell kesal karena Asa seperti t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 8 - Semua Berawal dari Rasa Penasaran

    Athalia: Hari ini hari Minggu, kamu emang nggak pergi?Asa: Nggak. Biasanya nemenin mamaku ke lapangan tembak, tapi hari ini lagi nggak mood katanya.Athalia: Ke lapangan tembak buat… nembak? Pakai senjata api?Asa: Iya, semacam itu.Athalia: Wow, keren banget Tante Padma.Asa: Kamu mau coba menembak? Aku bisa ajak kamu kalau lagi nemenin mamaku.Asa: Atau kalau kamu malu sama mamaku, kita bisa ke sana sendiri.“Abang, lagi ngapain? Bisa anterin Mama arisan nggak?”Entah untuk alasan apa, tapi Asa langsung terlonjak kaget begitu mendengar pertanyaan mamanya. Asa. yang tadinya sedang dalam posisi tengkurap di ranjang segera mengubah posisinya hingga duduk dengan cepat.Di pintu kamar yang memang sejak tadi terbuka, Padma tertawa melihat tingkah anak sulungnya tersebut. “Abang kenapa? Kok kayak kaget banget?”Asa meringis.Masih dengan senyum geli di wajahnya, Padma kembali bertanya, “Abang lagi sibuk?”“Nggak.” Asa beranjak dari ranjang dan menghampiri mamanya. “Mama mau ke daerah mana

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 9 - Mengenal Athalia dari Orang Lain

    Mungkin salah juga aku masuk ke sini, harusnya aku tunggu Mama di coffee shop dekat sini, pikir Asa seraya menyesap tehnya.“Jadi Asa belum punya pacar?” tanya salah satu ibu-ibu yang sejak tadi terlihat tertarik dengan Asa.Sepertinya di kepala ibu itu, sudah keluar nama anak, keponakan, atau mungkin cucu yang bisa ia jodohkan dengan Asa.Di sisi lain, Padma, mama Asa, tertawa kecil untuk menanggapinya. “Kalau pacar sih belum ada,” jawab Padma. Tangannya menepuk pelan bahu anaknya. “Tapi saya sih curiga kalau Asa lagi deket sama seseorang. Iyakan, Bang?”Asa berusaha tenang meskipun sang ibu sebenarnya tengah menggodanya di depan ibu-ibu yang tertarik dengannya, karena ia masuk dalam bursa perjodohan.“Iya, Ma.” Asa akhirnya menjawab singkat. Lebih baik ia menjawab begitu daripada dilepas bebas di antara banyak ibu seperti saat ini.“Oh ya?” Dari nada suaranya, salah satu ibu-ibu itu terdengar kecewa. Namun, hal itu hanya berlangsung sebentar karena tiba-tiba ibu itu kembali berkata,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 10 - Melihatmu Tersenyum Membuatku Lega

    Athalia melepas jas lab-nya sembari berpikir menu apa yang ingin ia pesan.Perempuan itu terbiasa memilih menu yang inginkan sejak beberapa jam sebelum waktunya, jika ia tahu mau makan di mana. Hal itu ia lakukan untuk menghemat waktu.“Tha, makan siang di mana hari ini?” tanya Safira, salah satu rekannya sesama nose di Heavenly & Co. “Mau coba ramen yang baru buka di mall sebelah itu nggak?”“Yah, aku udah janjian sama orang, Sa.” Athalia meringis. “Next time ya.”“Sama siapa?” Safira lebih tertarik dengan siapa Athalia makan siang hari ini. Perempuan itu tersenyum menggoda Athalia. “Sama pacar ya?”“Bukan, temen kok.” Safira memang terhitung pegawai baru di lab Heavenly & Co, makanya ia belum tahu kalau Athalia sudah punya kekasih atau mengenal Marcell sebagai kekasihnya. “Duluan ya, Sa.”Safira mengiakan sembari berseru kalau semua bisa berawal dari teman terlebih dahulu dan hanya ditanggapi tawa oleh Athalia.Begitu tiba di lobi gedung, Athalia bergegas ke pelataran dan menemukan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 11 - Cinta Itu Tak Lagi Ada

    Marcell: Aku liat-liat kamu masih pergi sama cowok itu.Marcell: Jadi kamu lebih milih dia daripada aku? Setelah semua yang aku lakuin buat kamu selama ini?Marcell: Dasar brengsek. Balas chat-ku!Marcell: Besok aku pulang, ayo kita ketemu, jalang!Athalia tak sengaja menjatuhkan ponselnya begitu selesai membaca pesan dari Marcell dan ketakutan itu menyebar ke seluruh tubuhnya, ia pun langsung memilin jemarinya dengan cemas.Padahal sejak Marcell bertemu Asa untuk pertama kalinya, Athalia sudah menjelaskan siapa Asa dan bagaimana hubungannya dengan lelaki itu. Memang, sejak bertahun-tahun pacaran dengan Marcell, Athalia sudah terbiasa tak memiliki teman dekat apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21
  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 12 - Apa Kamu Mau Bersamaku Lebih Lama Lagi?

    “Aku mau putus dari Marcell.”Asa baru saja menyerahkan termos berisi teh hangat yang tadi sengaja ia buat di pantry kantor kepada Athalia, ketika mendengar suara Athalia yang terdengar kering dan rapuh itu.“Kamu yakin?” tanya Asa yang tak jadi menjalankan mobilnya.Hari ini Athalia pulang agak telat karena pekerjaannya mendadak bertambah di pukul tiga sore. Asa yang tidak keberatan akan hal itu, mencicil pekerjaannya dan bahkan menyempatkan diri membuatkan minuman untuk perempuan itu.Makanya saat di pelataran lobi tidak ada mobil yang mengantre di belakang mobilnya, Asa pun tidak langsung menjalankan mobil itu dan memilih untuk menoleh kepada Athalia.Perempuan itu sendiri tengah menunduk dan memilin jemarinya dengan gelisah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21

Bab terbaru

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Kita adalah Sepasang Kekasih

    “Mama tahu florist yang bagus dan bisa cepet jadi nggak? Florist langgananku tutup.”“Tahu, Mama ada beberapa florist langganan.” Padma meraih ponselnya dan dugaan Asa, mamanya itu sedang mengirim beberapa kontak florist untuknya.Denting singkat di ponselnya membuktikan dugaan Asa. Asa meraih ponselnya dan tersenyum lebar melihat sederet kontak yang dikirimkan Padma.“Thank you, Ma!” Asa tersenyum lebar dan ia bisa merasakan tatapan ingin tahu dari kedua orangtuanya.Siang ini Asa makan siang bertiga dengan orangtuanya. Padma datang ke kantor dan mengajaknya untuk ikut makan siang bersama. Asa pun mengiakan tanpa pikir panjang. Ia selalu suka berada di sekitar keluarganya sekalipun saat ia sudah menikah seperti sekarang.

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Selamanya, Dia adalah Tuan Putri Kesayangan Asa

    “Sekarang aku ngerti perasaannya Mbak Aline.”“Mbak Aline?”Asa mengangguk, ia menaruh ponselnya ke saku jas dengan asal, lalu menghampiri Athalia yang masih duduk di depan meja rias. Istrinya hari ini sangat terlihat cantik, padahal mereka hanya akan menghadiri pernikahan dari anak rekan bisnisnya.Kalau sudah begini, Asa harus mengubur dalam-dalam ketidakrelaannya untuk mengajak Athalia ke pesta tersebut. Asa tidak boleh egois dengan berpikir bahwa orang lain tidak boleh melihat istrinya yang secantik ini.“Dulu kan Mbak Aline kayaknya nggak begitu suka sama aku, waktu kita baru deket dan pacaran,” ungkap Asa yang kini sudah berdiri di belakang Athalia.Dengan perlahan dan lembut, Asa mengambil alih kalung yang sedang Athalia berusaha

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Harga untuk Sebuah Kebahagiaan

    “Ika Handaru tertangkap dalam OTT KPK pada Jumat malam, di kediaman salah satu pejabat terkait kasus suap untuk tender proyek pemerintahan di kawasan….”“Wow.”Asa berdecak pelan saat benar-benar mendengar apa yang dikatakan oleh pembawa acara di siaran berita pagi. Terlihat sosok Ika Handaru berjalan dengan tangan diborgol di depan dan ada dua orang berseragam yang mengapitnya.Setelah Marcell dipenjara dan vonis hakim diserukan lantang, Ika memang masih mencoba mengintimidasi Asa dan Athalia. Tapi semua itu selesai saat Asa kembali melaporkan perbuatannya ke polisi.Tidak cukup dengan itu, Asa juga mengancam supaya Ika ti

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Akhirnya Mereka Berdamai dengan Masa Lalu

    “Kamu nggak mau istirahat sebentar, Bang?”Asa menggeleng tanpa menatap mamanya, yang baru saja bertanya. Lelaki itu tetap bertahan duduk di samping ranjang Banyu—sang kakek yang tengah tertidur setelah beberapa jam lalu mengeluh dadanya terasa nyeri.“Kamu belum makan dan tidur lho, Bang.”“Iya sih, Ma, tapi aku mau nemenin Eyang dulu di sini….”“Sampai kapan?”Sampai kapan?Asa tidak benar-benar tahu jawabannya, jadi ia hanya menggeleng sekenanya. Apakah sampai tengah malam nanti bisa dibilang cukup? Atau lebih baik sampai besok pagi?

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Waktu yang Telah Lama Ia Nantikan

    “Kayaknya setiap kita ketemu, Naya makin cantik deh, Tha,” puji Aline. Ia menyenggol pelan bahu Athalia yang duduk di sebelahnya dengan iseng.Athalia tersenyum malu. Padahal yang dipuji adalah anaknya, tapi rasanya ia tetap tidak bisa meyembunyikan senyum malu sekaligus bangganya.“Makasih, Tante Aline.” Athalia menirukan suara anak kecil, seolah yang baru saja membalas pujian dari Aline adalah anaknya, Naya.Aline yang duduk di samping Athalia pun tertawa karenanya. “Tapi beneran lho, Naya makin cantik deh. Hati-hati nih, pas gede yang deketin pasti banyak banget.”Athalia meringis. “Bapaknya bakal jadi super duper protektif kayaknya.”

  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 100 - Akhir dari Kisah Mereka

    Rasa tidak percaya diri mulai menguasai Athalia, tapi ia memutuskan untuk tetap memulas wajahnya dengan makeup. Semenjak beberapa bulan ini, Athalia jadi agak malas merawat kulit wajahnya.Berjibaku menjadi ibu baru membuat Athalia masih jungkir balik untuk mengatur waktunya dan tentu saja, memakai serangkaian skincare menjadi hal terakhir yang melintas di benaknya.Makanya saat kemarin Asa mengajaknya keluar untuk dinner berdua saja dalam rangka hari jadi pernikahan mereka yang kedua, Athalia sempat ragu.Sepertinya Asa menyadari apa yang menjadi keraguan Athalia. Asa meyakinkannya kalau Athalia baik-baik saja, ia masih cantik—dan bahkan lebih cantik dari sebelumnya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan hanya untuk pergi keluar malam ini.“Inget, Tha, jangan minderan.&rdq

  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 99 - Kehidupan yang Tidak Pernah Dibayangkan oleh Asa

    Sudahkah Asa mengatakan pada orang-orang di luar sana, kalau ia sangat suka menggenggam tangan istrinya, Athalia?Hmm, Asa lupa. Tapi seingat Asa, kedua adiknya pernah iseng bertanya mengenai kebiasaan Asa yang satu itu. Kadang-kadang pun Athalia masih suka keheranan, kenapa Asa suka sekali menggenggam tangannya hingga mereka menjadi seperti dua orang yang nyaris tidak terpisahkan.Seperti saat ini.“Tangan kamu nggak lembap emangnya?”Asa mengernyit. “Lembap kenapa?”“Soalnya dari tadi kita gandengan terus.”Kekehan kecil meluncur dari bibir Asa yang segera menggeleng, sebagai jawaban untuk pertanyaan Athalia. “Nggak. Kamu emangnya ngerasa begitu?”&ld

  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 98 - Satu Sore yang Menenangkan

    “Si Kakak udah mulai kelihatan ya.”“Iya.” Athalia setuju dengan pernyataan suaminya barusan. “Berarti aku kelihatan lebih gemukan dong ya? Perutku kelihatan lebih besar lima kali lipat dari sebelumnya.”“Hmmm.” Asa berhenti melangkah dan menjauh sedikit dari Athalia. Matanya menyipit, menatap sang istri dari puncak kepala hingga ujung kaki.Gestur pura-pura serius itu memancing tawa Athalia. Athalia menggoyangkan genggaman tangan mereka yang masih menyatu.“Ya nggak perlu ngelihatin aku segitunya juga dong, Sayang,” rajuk Athalia.Ganti Asa yang tertawa dan ia pun kembali memangkas jarak di antara mereka. Keduanya kembali berjalan menelusuri mall yang sore ini mereka da

  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 97 - Bersiap Menyambut Hari Baru

    "Kayaknya Mbak Atha belum tidur deh, Bang. Abang langsung temenin Mbak Atha aja gih sana."Baru saja Asa tiba di ruang tengah rumahnya, ia disambut kedua adiknya yang menatapnya dengan khawatir.“Athalia udah di kamar?” Asa melonggarkan dasinya. Sepulangnya dari kantor, Asa lanjut ke kantor polisi dan menemui pengacaranya untuk berkonsultasi mengenai laporannya dan Athalia terhadap Marcell.“Udah,” jawab Meisie. “Tapi… tadi tuh mamanya si brengsek itu telepon Mbak Atha. Mbak Atha udah balik marahin dia sih, tapi nggak lama setelah itu Mbak Atha minta waktu sendiri di kamarnya dan kita nggak tega buat gangguin dia.”Meisie adalah sosok yang jarang memaki atau menyebut seseorang sebagai bajingan atau brengsek. Tapi saat sekarang adiknya itu dengan mudah menyebut Marcel

DMCA.com Protection Status