Beranda / Pernikahan / Jodoh Wasiat Kakek / 1. Menolak Perjodohan

Share

Jodoh Wasiat Kakek
Jodoh Wasiat Kakek
Penulis: Edyt Rifa'i

1. Menolak Perjodohan

Penulis: Edyt Rifa'i
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-23 20:56:40

"Maaf! Anye gak mau dijodohin sama Mas Anjas, Anye sudah punya kekasih yang lebih sayang sama Anye daripada Mas Anjas!"

'... yang belakangan super sibuk dan lebih cinta pekerjaan daripada sesama manusia,' lanjut Anyelir dalam hati.

Wajah Anjas memerah, dia sadar baru saja ditolak mentah-mentah oleh adik sepupu sematawayangnya dengan alasan yang tak ia sangka-sangka.

'Anye punya kekasih? Bagaimana aku bisa sampai kecolongan lagi?' rutuknya dalam hati.

Anye memang banyak yang naksir. Cewek cantik, royal dan ramah itu memang selalu populer di mana pun ia berada.

Tidak seperti cewek tajir yang umumnya songong, Anye justru berkepribadian hangat dan disukai oleh siapa saja yang mengenali sosoknya yang periang dan penyayang.

"Gak ada laki-laki yang lebih Opa percayai selain Masmu, Nye! Anjas itu selalu ada untuk kamu sejak kalian masih kecil.

Semua yang ada di mansion ini menjadi saksi betapa sayangnya dia sama kamu dan Opa yakin demikian pula sebaliknya ... benar begitu 'kan, Nye?" tembak Lukman—kakek Anye dan Anjas.

Anye melengos. 'Dulu ....'

Dulu memang Anjas dunianya.

Tapi semenjak Anjas mulai menyemplungkan diri di hiruk pikuk perusahaan Opanya, lelaki muda itu memang terdeteksi sangat sibuk melebihi kesibukannya ketika masih berstatus mahasiswa.

Padahal saat masih kuliah saja Anjas telah banyak berubah menurut Anyelir.

Saat itu memang mereka masih sering menghabiskan waktu bersama, tapi sikap Anjas sangat berbeda dari sebelumnya.

Kalau dulu Anjas akan sangat ringan tangan menggandeng sang adik ketika jalan bersama, maka kini dia terkesan lebih menjaga jarak.

Boro-boro menggandeng, menyentuhnya saja pemuda itu sudah tidak mau lagi dengan alasan, "Kita bukan mahram, Nye!"

Ya jelas bukan mahram, sepupu memang tidak haram untuk dinikahi. Karena itulah mereka sah-sah saja jika dijodohkan seperti saat ini.

Namun, siapa sangka Anyelir yang dulu bagaikan addicted pada Anjasmara malah mati-matian menolak perjodohan dirinya dengan sang sepupu kesayangan.

"Jangan dipaksa, Opa. Mungkin bagi Anye saya bukan yang terbaik untuknya. Its okay!

Toh, sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir baik. Doakan saja kekasih Anye adalah laki-laki baik yang akan membahagiakannya.

Ada baiknya sih, mereka segera dinikahkan. Gak baik berlama-lama dalam status yang belum halal begitu.

Kalau sudah halal 'kan, bebas. Malah kebersamaan mereka akan jadi pahala." Anjas menahan getir dalam setiap kata yang ia ucapkan sendiri.

Dusta!

Pemuda yang tampak baik-baik saja itu sesungguhnya remuk redam di dalam hatinya.

Merelakan bunga yang ia jaga bertahun-tahun dipetik oleh orang lain? Sungguh naif sekali, sejujurnya Anjas tidak rela! Dia akan mencari tahu siapa laki-laki yang telah merebut perhatian tuan putri kesayangannya itu dan membuat perhitungan.

Sementara sepasang mata Anyelir tampaknya gagal menahan emosi yang kian meledak-ledak di dalam dadanya.

Masnya merelakan ia begitu saja untuk dimiliki oleh laki-laki lain? Ntah kenapa sudut hatinya bagai tersayat sembilu.

'Nah, benarkan!' cibirnya dari dalam hati. 'Fix! Mas Anjas tidak pernah menginginkanku lebih dari sekadar adik sepupu.

Mungkin sudah ada wanita lain di kantornya sana yang telah menawan hatinya,' tuduh sang jelita sembari berjuang menahan tekanan air mata yang mendesak ingin tumpah demi mendengar penuturan Anjas yang justru menyuruhnya lekas menikah dengan sang kekasih.

'Tak ada nama Anyelir Parameswari di hati Anjasmara Prasetya!' Begitulah yang diyakini gadis yang ingin cepat-cepat pergi meninggalkan ruang pertemuan tersebut.

Gadis cantik itu ingin segera menghempaskan dirinya di peraduan dan menangis sepuas-puasnya.

Sudah lama rasa sesak ini menderanya. Ia benci kenyataan Anjas telah banyak berubah dan tentu saja tak sudi jika harus dijodoh-jodohkan dengan pemuda yang jelas-jelas tak menaruh hati padanya. Belakangan, bahkan terlalu sibuk untuk sekadar menyapanya.

Padahal Anyelir selalu merindu sosok kakak sepupunya itu.

Tiada malam Anye lewati tanpa menanti kehadiran Anjas seperti dulu. Pemuda itu terbiasa mampir di kamar Anyelir bahkan sebelum memasuki kamarnya sendiri. Anjas akan membawakan oleh-oleh atau sekadar menanyakan kabarnya seharian, lanjut mengecup dahi sang jelita sebagai ciuman penghantar tidur.

Lima tahun terakhir ini terasa jelas oleh Anyelir kalau Anjasmara terang-terangan membangun tembok di antara mereka.

Diawali dengan keputusan Anjas meninggalkan rumah dan lebih memilih berada di asrama mahasiswa sejak tahun pertama perkuliahan, kemudian berlanjut menetap di apartemennya ketika tamat kuliah.

"Opa lupa ya? Semenjak Mas Anjas tinggal di asrama, entah kapan terakhir kalinya kami bicara berdua saja.

Setiap kali aku telpon, jawabnya selalu saja, Maaf, Nye! Mas sedang sibuk!

Mas sedang ada kegiatanlah, Mas mau beresin tugas secepatnyalah, Mas ada janji sama dosenlah, rapat ini itulah ... Benar-benar gak ada waktu buat aku.

Aku sadar sih, emang aku gak sepenting itu. Aku hanya adik kecil yang manja dan ngerepotin.

Jadi biarkan aku mencari bahagiaku sendiri dengan orang yang nyata perhatian dan sayang sama aku.

Dan orang itu jelas bukan Mas Anjas!" Anye sudah tak tahan lagi, dia merasa diabaikan oleh satu-satunya kakak yang ia miliki meski hanya berstatus sebagai kakak sepupu.

Ah ya, sepupu angkat pula. Bukankah Paramita Mentari—bundanya Anjas— hanyalah anak angkat Lukman Bagaskara, pemilik kerajaan bisnis pangan yang namanya tercatat dalam sepuluh besar pengusaha sukses tanah air?

Anyelir tak sengaja mengetahui ini ketika mendengar pertengkaran papi dan maminya sesaat sebelum keduanya memutuskan untuk berpisah.

Mami Anye selalu cemburu pada Bunda Anjas yang selalu ada di sisi Papinya, dan gilanya lagi sang papi juga dengan entengnya menunjukkan act of service-nya pada adik angkatnya itu.

Namun, anehnya setelah keduanya sama-sama berpisah dengan pasangan masing-masing pun, Lukman Bagaskara tetap menolak ketika putranya mengutarakan keinginannya untuk menikahi Paramita. Lukman kini malah sibuk menjodohkan Anyelir dengan Anjasmara.

'Apa mungkin ... bisa jadi saja, kan, kalo ternyata Bunda bukan sekadar anak angkat Opa. Tapi justru anak Opa dengan wanita lain, dengan atau tanpa sepengetahuan Oma Rosa?' Anyelir membatin curiga.

"Gak begitu, Anye!" bantah Anjas yang seketika membuyarkan pemikiran Anye tentang status papinya dan ibu dari laki-laki yang tengah menatapnya itu.

"Mas mau menyangkal kalau Mas sudah mengabaikan aku selama lima tahun terakhir ini?" Dengan mata berkaca-kaca Anye menatap tajam ke arah Anjas yang justru meneduhkan tatapannya.

"Mas memang sibuk, tapi Mas selalu up date informasi tentang kamu, kok.

Mas memang berusaha menghindari kamu, karena Mas sadar kalau sudah berada di dekatmu ... Mas sulit mengendalikan diri!"

Hening seketika.

Baik Anye mau pun Opanya seolah menanti kejelasan pernyataan Anjas yang ambigu. Mereka mengernyitkan dahi kencang.

"Mmm ... Mas selalu ingin menyentuhmu ...." Gumaman Anjas yang lirih terdengar menyapa rungu Anyelir, meremangkan bulu kuduknya, dan memicu degup jantung gadis itu berderap lebih kencang dari sebelumnya.

TBC

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yuni Fediani
keren kk, lanjut
goodnovel comment avatar
BalqizAzzahra
ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Edyt Rifa'i
ya salaaam
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jodoh Wasiat Kakek   2. Sudah Dilamar

    "... Mas selalu ingin menyentuhmu." "Mas ...?" Anye, speechless. "Ehm eghm ...!" Lukman Bagaskara berdeham, menyadari dirinya bagai nyamuk di antara kedua cucu kesayangannya. "Mungkin sebaiknya kalian bicara dari hati ke hati dulu berdua saja ....""No Opa!" Anjas mencegah kakeknya pergi. "Anjas gak mau berduaan saja sama Anye! Iman ini sangatlah tipis, itu juga alasan kenapa aku memilih untuk tinggal di luar mansion, aku sadar betul dengan kelemahanku ini." Anjas menatap Anye yang tampak salah tingkah. Begitu juga dengan dirinya sendiri."Opa akan tetap memberi ruang pada kalian untuk bicara berdua, pintu itu akan Opa biarkan terbuka. Masa iya kamu berani macem-macemin Anye dalam keadaan pintu terbuka begitu?" Lelaki tua itu memamerkan smirk-nya sembari meninggalkan perpustakaan yang ia jadikan ruang pertemuan dengan kedua cucunya itu.Sepeninggal Lukman, Anjas memfokuskan perhatian pada entitas yang selama ini telah berkali-kali memenangkan hatinya."Nye, beneran kamu sekarang sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Jodoh Wasiat Kakek   3. Kekecewaan Opa

    Lukman Bagaskara tak dapat menutupi kekecewaannya saat Anyelir kekeuh mengatakan ia tak dapat memenuhi permintaan opanya karena gadis itu telah menerima lamaran kekasihnya. "Memangnya siapa itu Denis Sukma, bisa-bisanya papimu merestui begitu saja lamaran konyol itu.Kamu itu salah satu ahli waris Lukman Bagaskara, bagaimana bisa dilamar dengan cara seenaknya seperti itu.Si Denis Denis itu bahkan tidak menemui Opa dulu untuk minta izin melamarmu. Tidak!Opa tidak akan memberi restu!" Lukman Bagaskara mengeraskan wajahnya.Ia tidak terima!"Dia putra Haris Sukma--asistenku, PaMereka sudah cukup lama menjalin hubungan, jadi wajar saja kalau pada akhirnya memutuskan untuk menikah.Denis lelaki yang baik, Anyelir pun sudah cukup umur untuk berumah tangga, apa alasanku menolaknya.Alih-alih ribut memaksa Anyelir mau menikah dengan Anjas, mengapa tidak aku saja yang Papa nikahkan dengan Mita--bundanya Anjas?Toh, kami saling mencintai dan sebelum aku khilaf melakukan sesuatu yang sangat

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Jodoh Wasiat Kakek   4. Situasi yang Dihindari

    "Keluarga pasien atas nama Melati Putriyanne!"Bu Salma diikuti Rosana, Widuri, Johan dan Lukman berderap menuju asal suara yang memanggil."Bagaimana dengan Melati dan anaknya, Bu Bidan?" Lukman to the point bertanya pada petugas yang memanggil mereka."Bayinya aman, namun Bu Melati masih dalam kondisi kritis saat ini, dia ingin bicara empat mata dengan yang bernama Rosana. Apa orangnya ada?"Wajah Lukman pias seketika, dia begitu takut akan terjadi hal - hal yang buruk pada Melati."Saya Rosana!""Segeralah masuk, BuAnda sudah ditunggu oleh Bu Melati." Petugas medis itu lanjut membawa Rosana menuju bed tempat Melati terbaring tak berdaya."Mel! Ya Tuhan! Sudah, jangan.bicara apa-apa lagi, istirahat saja dulu," titah Rosana kala melihat wajah pucat Melati pasca melahirkan.Melati hanya bisa menangis, tak sepatah kata pun yang sanggup ia ucapkan selain kata maaf yang dilafazkan terbata. Kondisinya terus menurun hingga kembali kehilangan kesadaran."Dia bicara apa?" tanya Lukman p

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Jodoh Wasiat Kakek   5. Bukan Gadis Penggoda

    "Kamu sadar tidak sih, betapa menggodanya dirimu?"Anyelir tergugu, ia tidak bermaksud menggoda siapa-siapa.Bahkan kepada Denis pun awalnya ia hanya menawarkan pertemanan. Tak ada sedikit pun keinginan menarik perhatian pria itu untuk ia jadikan kekasih.Namun Denis memang sebaik itu. Pria itu paket komplit yang pesonanya sangat sulit dinafikan oleh para wanita termasuk dirinya yang nyata membutuhkan 'seseorang'."Aku gak pernah bermaksud menggoda siapa pun, MasKamu tahu sejak dulu beginilah aku. Aku bahkan nyaris gak pernah pake parfum dan lebih suka memakai minyak telon. Kalau soal pakaian ya memang dari dulu aku seperti ini terkecuali jika keluar, aku selalu berpakaian sopan kok meski belum berhijab seperti gadis yang selalu membersamai kamu itu.Aku memang suka tidur dengan gaun begini, aku mencontoh bunda Mita yang di mataku anggun mengenakan dress sehari-hari. Bunda Mita yang pertama kali menghadiahiku gaun tidur yang nyaman dikenakan ini, selanjutnya aku memang jadi ketagi

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-23
  • Jodoh Wasiat Kakek   6. Memergoki Arya dan Mita

    Anjas urung memasuki kamarnya. Ia memilih untuk menajamkan telinganya.Suara-suara ambigu itu kian terdengar jelas dan parahnya ia merasa familiar dengan suara-suara yang saling bersahutan itu."Udah ah, Mas ... Pegel tau!' Itu suara Paramita, Anjas tentu tak salah mengenali suara bundanya. "Lima menit lagi, Mit ... yang tadi rasanya nyaman sekali, jangan salahkan kalo aku jadi ketagihan," tawar pria yang menjadi lawan bicara sang bunda. Suara pria itu pun sangat Anjas kenali. Siapa lagi kalau bukan Arya Bagaskara, paman angkatnya.Anjas merasa tak perlu menunda untuk menegur keduanya. Sudah bukan rahasia lagi kalau bundanya menjalin hubungan dengan sang kakak angkat. Seluruh penghuni rumah bahkan karyawan kantor sudah mengendus cukup lama meski tak ada yang berani angkat bicara. Tentu saja alasannya karena tak ingin punya masalah dengan sang CEO dan berpikir masih sangat sayang dengan mata pencaharian mereka.Sungguh mereka belum siap untuk didepak karena meributkan hubungan sang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Jodoh Wasiat Kakek   7. Mengintrogasi Dito

    Semalaman mata Anjas terjaga. Meski telah menegakkan sholat witir dilanjutkan melafazkan dzikir tetap saja berbagai kejadian sepanjang awal malam hingga adzan subuh berseliweran di kepalanya. Tentang Anyelir yang dijodohkan Opa dengannya, namun ternyata telah dilamar oleh kekasihnya. Tentang Bundanya dan Om Arya yang ternyata telah menikah siri setahun yang lalu.'Terang saja semakin mesra kala bersama.'Dia butuh waktu dan ketenangan batin untuk mencerna semua itu.Anjas memilih untuk tidak langsung kembali ke kamarnya sepulang dari mengerjakan sholat subuh di masjid terdekat yang biasa ia tempuh dengan hanya berjalan kaki.Pemuda yang sudah cukup lama tak mengunjungi mansion Opanya itu kemudian menyambangi spot-spot favorit ketika dirinya masih tinggal di bangunan megah itu."Lha, Mas Anjas ada di sini tho! Lama gak ketemu manglingi banget!" seru Dito, salah satu pekerja yang awalnya ikut sang ayah bekerja di Mansion Lukman, kemudian lanjut bekerja menggantikan ayahnya yang pulang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Jodoh Wasiat Kakek   8. Sarapan Pecel dan Belajar Renang

    Anye menyelinap masuk ke kamar Anjas setelah terlebih dahulu mengetuk pintu.Memang sudah kebiasaannya sejak dulu, akan langsung masuk setelah mengetuk pintu tanpa menunggu dipersilakan masuk terlebih dahulu oleh si pemilik kamar."Ups, maaf Mas!" Anye spontan menutup kedua matanya lalu memutar tubuh membelakangi. "Kebiasaan lama belum hilang juga rupanya," omel Anjas seraya menyambar bathrobenya.Pemuda itu tadi hanya mengenakan boxernya saja."Maaf, Mas ... aku tadinya mau mengajak Mas sarapan pagi bareng, tapi rupanya Mas Denis harus segera pulang setelah menerima telpon dari papanya.Mas belum sarapan kan?" "Aku tadi minta Dito membuatkan jus alpukat saja, mau nimbrung khawatir mengganggu kebersamaan kalian, jadinya ya ... ""Maafin aku ya, Mas. Beneran gak nyangka Mas Denis akan datang tadi setelah aku bilang gak bisa ikut jogging karena kesiangan bangun.""Its okay, jadi udah pada kelar sarapannya?" Anyelir menggelengkan kepalanya. "Aku gak selera makan nasi goreng seafoodny

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-29
  • Jodoh Wasiat Kakek   9. Apartemen Anjas 1

    Anye mengencangkan pelukannya seolah tak ingin berpisah lagi dengan sosok yang kini tengah membalas pelukannya. "Nye, sudah ... kita naik, Mas mau siap-siap pulang ke apartemen. ""Tapi nanti bakalan sering main ke sini lagi kan ya, Mas." Anye masih belum mau mengurai pelukannya. Ntah karena masih sangat rindu ataukah takut tenggelam. Allahua'lam."Mas gak janji, Nye ...Apalagi kalau kamu sudah resmi menerima lamaran Denis, haram bagi Mas menikung sesama saudara seiman. Mas tentunya akan semakin menjaga jarak dan menghormati keputusan kamu.Saran Mas, istikharahlah agar Allah menuntun kamu menentukan pilihan terbaik.""Iya, Mas.Oh ya, Mas ... Jadi aku boleh ikut kamu ke apartemen kan siang ini? Janji aku gak akan ganggu kamu menyiapkan bahan seminar, aku juga gak akan ngotot ngajak makan di warungnya Cak Somad, kita delivery order aja atau aku yang akan masak di sana biar Mas bisa fokus menyelesaikan pekerjaan.Boleh ya, Mas. Seharian ini aku akan jadi teman yang manis di apartem

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-02

Bab terbaru

  • Jodoh Wasiat Kakek   86. Identitas Anjas

    Rosana tak kuasa menahan luapan emosi yang telah ia tahan selama dua pekan terakhir ini. Mendapati kenyataan sang suami pernah menduakannya telah benar-benar menguji kewarasan wanita yang sebagian rambutnya telah memutih itu.Kenyataan yang membuatnya merasakan kesakitan yang teramat sangat tentu saja dikarenakan ia mengenal dengan sangat baik sosok wanita yang pernah menjadi orang ketiga di dalam rumah tangganya. Jangan dikira karena wanita itu telah tiada, lantas dapat dengan mudah menghapus segala rasa yang hadir pasca tersibaknya tabir kelam pers3l1ngkuh4n sang suami yang pernah teramat ia cintai. Tidak segampang itu dan Lukman Bagaskara menyadari pula hal tersebut. "Haruskah aku bersimpuh di kakimu, Rosana?" Lukman mengiba. Rosana membuang tatapannya ke luar jendela. Hatinya masih sangat panas, luka tak berdarah itu masih terasa begitu perih, Ia bahkan tak tahu lagi bagaimana cara meneduhkan luka bathin yang kerap kembali menganga setiap kali ia mengingat sosok Melati dan juga

  • Jodoh Wasiat Kakek   85. Peran Cadangan

    Anjas tak menyangka akan menuai penolakan dari sang ayah mertua.Padahal sebelum memutuskan akan membawa Anye ikut tinggal bersamanya di rumah dinas petani, Anjas telah mempertimbangkan matang-matang segala sesuatunya dari segala sisi.Dari sisi keamanan dan kenyamanan jelas rumah dinasnya lebih unggul, karena selain berada di tengah hamparan kebun sayur yang indah, pengamanan jelas sangat diutamakan mengingat mereka berada di tengah-tengah komoditi utama yang tentu saja sangat ketat dilindungi oleh sistem yang dirancang sedemikian rupa oleh Anjas dibantu semua staff yang ada di instalasi perkebunan hidroponik miliknya. Jangan ragukan kenyamanan yang telah Anjas persiapkan. Meski terlihat sederhana dari luar, sesungguhnya Anjas telah meng-upgrade banyak hal di rumah dinasnya menyesuaikan dengan kebutuhan pemulihan Anye. Semua itu ia persiapkan selama Anye berada dalam keadaan koma selama empat belas hari terakhir. "Papi apa pernah berkunjung ke rumah dinasku yang berada di pinggir k

  • Jodoh Wasiat Kakek   84. Izin Pulang

    Mata yang tadinya berkaca-kaca kini telah basah oleh air mata yang menggenang berselimut haru."T t tapi ... a a aku ... k k ka ki a a a ku ... kaki aku ...." Anye menggelengkan kepalanya sembari sebelah tangan menyentuh permukaan bibir menahan isakan yang pecah diwarnai kekalutan dan rasa hancur."Its okay, its no a big deal ... di mataku kamu sempurna, Sayangku ... ada atau tidak adanya pergelangan kakimu tidak mengubah sedikitpun rasa yang aku miliki padamu, bahkan menambah rasa sayang dan kekagumanku padamu karena telah memberanikan diri mengambil langkah demi mewujudkan hubungan kita yang semestinya, walau berakhir begini ... aku mohon, bersabarlah. Semua insyaa Allah akan baik-baik saja ke depannya. Trust me, kita hadapi semua sama-sama ya, Sayang." Anjas meraih telapak tangan Anye, dan menciumnya dengan lembut penuh kasih."Aku tidak mau lama-lama berada di sini, Mas," rengek Anye. Anjas tersenyum lembut sembari kembali menciumi tangan Anye yang masih berada di dalam genggam

  • Jodoh Wasiat Kakek   83. Anye Siuman

    Anjas tak bosan-bosannya berada di dekat sang istri terkasih. Berdoa tanpa jeda mengharap sang kekasih membuka mata dan kembali seperti sedia kala. Meski kini pergelangan kaki sebelah kiri Anye telah diamputasi, Anjas tak pernah mempermasalahkan itu. Kaki artificial untuk Anye bahkan telah dipesan oleh Arya Bagaskara untuk sang putri sematawayang kesayangan. Anjas tak mempermasalahkan ketidakhadiran Lukman Bagaskara, yang penting saat ini Anye telah berhasil ia halalkan, dinikahi secara sah dengan menggenggam tangan ayah kandung sang kekasih kala ijab kabul dilafadzkan. Anjas begitu bersyukur kini telah menjadi sosok suami bagi wanita yang paling ia inginkan dalam hidupnya. Wanita yang ia jaga sejak terlahir ke dunia, dibersamai dengan penuh kasih sayang hingga putik cinta bermekaran di hati keduanya. Anjas rutin membacakan ayat-ayat suci Al Qur'an saat berada di sisi Anye. Sesekali ia akan membisikkan kata-kata cinta dan pengharapan ke telinga sang dayita. "Baby, buka matanya

  • Jodoh Wasiat Kakek   82. Menikah di RS

    Anjas dan Arya saling menatap sarat kepedihan."Apakah memang tidak dapat dipertahankan saja? Aku khawatir Anyelir shock saat ia siuman nanti." Arya mencoba untuk bernegosiasi."Terlalu beresiko, Pak. Kami hanya ingin mengusahakan yang terbaik untuk keselamatan putri anda." Seorang dokter mencoba memberikan penjelasan pada Arya terkait sebelah kaki Anye yang memang tak dapat diselamatkan. "Segera nikahkan kami, Om, agar aku dapat turut merawat Anyelir," pinta Anjas. "Bagaimana kalau bertunangan saja dulu, Jas?" tawar Arya. Cepat Anjas menggeleng dengan tegas."Sebagai tunangan Anye aku belum halal untuk menyentuhnya, sementara ia sedang sakit, ia pasti membutuhkanku sebagai kakinya, tangannya, matanya dan segala yang ada pada dirinya.Tolong, OmKumohon mengertilah, Anye akan lebih cepat pulih dibawah perawatanku. Aku akan selalu ada untuknya.Aku akan membawanya tinggal bersamaku. Siang malam akan kami lewati bersama, aku yakin ia akan lebih bahagia kala mendapatiku saat membuka

  • Jodoh Wasiat Kakek   81. Restu Arya

    Anye segera dilarikan ke IGD rumah sakit terdekat. Anjas selalu setia mendampingi calon istrinya dan tak lupa menghubungi Arya untuk mengabarkan kondisi Anye. Arya tiba secepatnya ke tempat yang diberitahukan oleh Anjas. Kini keduanya sama-sama bergeming menanti kelanjutan kabar nasib orang yang mereka cintai."Pasien akan kita pindahkan ke ruang ICU, siapa di sini yang akan bertanggungjawab terkait administrasi dan lainnya?""Saya!""Saya!""Anye itu putri Om, Jas ... biar Om yang menanggung semua, lagi pula pengendara g1l4 yang melanggar putri Om sudah diringkus, Om tidak akan dengan mudah melepaskannya. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Anye putri Om satu-satunya, jantung hati Om!" Arya menegaskan posisinya pada sang calon menantu. Anjas mengangguk patuh."Kau berhutang penjelasan pada Om, apa yang kalian lakukan di apartemen itu? Kenapa Anye bisa mengalami kecelakaan yang membuat dia tak sadarkan diri di ICU saat ini?"Anjas menjelaskan dengan detail awal mula ke

  • Jodoh Wasiat Kakek   80. Menemui Denis

    Andre kesal bukan main mendengar pertanyaan asal bunyi dari mulut sohibnya mempertanyakan kenapa ia masih berada di kantor pada malam hari."Kamvreeddt, ini kan karena elu yang tetiba resign, jobdesc gue jadi di luar nurul begini, seabreg-abreg kek cucian kotor yang belom sempat gue antar ke laundry," omel Andre.Keduanya langsung cabut menuju apartemen Denis yang terletak tidak begitu jauh dari Bagaskara Group Building."Yakin masih hapal passcodenya, Nye?" tanya Anjas."Iya, Mas ... semoga belum diganti deh, kalau sudah berubah ya ntar Nye telpon minta bukain ajalah." Anye kembali melakukan touch up sebelum turun dari mobil. "Jangan terlalu cantik, Nye. Mas cemburu!" titah Anjas yang wajahnya sudah ditekuk tanda tak rela.Keduanya lalu memasuki lobi dan menuju lift.Anye menekan angka lima dan berdiri tegang di sisi Anjas yang menyadari betapa gugupnya sang calon istri.​"Doakan semuanya lancar ya, Mas ... jujur aku merasa agak kurang nyaman, tapi ya mau bagaimana lagi. Aku in

  • Jodoh Wasiat Kakek   79. Belanja Hijab Syar'i

    "Mas, bantu pilihin juga ya, ntar aku salah pilih, yang ada bukannya hijab syar'i malah semakin meluber-luber seksinya berkedok hijab syar'i." Anjas mengangguk mengiyakan, ia memang bertekad memberikan panduan dalam memilih fashion yang sesuai dengan ketentuan yang semestinya. "Mas, kalau yang ini gimana? Bahannya adem, potongannya juga longgar, aplikasi renda dan brokatnya aku suka, manis minimalis, hijabnya juga panjang menutupi bokong." Anye menunjukkan satu stel gamis set berwarna lilac yang anggun seharga du4 jut4 tu7uh r4tus r18u rup14h. Anjas mengangguk setuju. "Kalau ini suka nggak?" Anjas menunjuk gamis berwarna navy. Anya mengerjap senang karena gamis yang ditunjukkan Anjas senada dengan outfit yang dikenakan calon suaminya itu."Suka banget, Mas. Bahannya juga adem, aku langsung pake aja kali ya, boleh kan?" Anye berputar-putar sembari melekatkan set gamis navy seharga l1m4 jut4 rup14h itu ke tubuhnya. "Good idea, beli lagi Nye ... ambil lagi setidaknya tujuh stel, ja

  • Jodoh Wasiat Kakek   78. Niat Berhijab

    Herman sangat takjub kala matanya memindai sosok Anjas yang berdiri tegak di sisi Anyelir."Dia begitu mirip Adinagara di masa mudanya dulu. Lihatlah foto-foto itu. Lihat foto Adinagara saat ia berusia dua puluh lima tahun." Anjas dan Anyelir tak kalah takjub kala melihat foto-foto Adinagara muda yang tertata rapi di antara foto keluarga.Amira yang ikut bergabung spontan melafadzkan tasbih dan menahan diri sekuat tenaga agar tidak menangis haru di depan dua anak muda yang sedang tekun memperhatikan foto yang terpajang satu demi satu."Anyelir, jadi ini kah anak muda bernama Anjas yang kamu ceritakan kepada Oma dan Opa?" Amira mengonfirmasi. Anye mengangguk mantap sembari membawa Anjas mendekati wanita tua yang masih terlihat cantik di usianya yang telah memasuki kepala enam."Oma, saya Anjasmara calon suaminya Anyelir. Kami kemari karena hendak berpamitan. Saya akan membawa Anye untuk mengurusi beberapa urusan. Insyaa Allah kami akan datang kembali untuk mengunjungi Ibu Marisa--mami

DMCA.com Protection Status