Share

Jodoh Wasiat Kakek
Jodoh Wasiat Kakek
Author: Edyt Rifa'i

1. Menolak Perjodohan

"Maaf! Anye gak mau dijodohin sama Mas Anjas, Anye sudah punya kekasih yang lebih sayang sama Anye daripada Mas Anjas!"

'... yang belakangan super sibuk dan lebih cinta pekerjaan daripada sesama manusia,' lanjut Anyelir dalam hati.

Wajah Anjas memerah, dia sadar baru saja ditolak mentah-mentah oleh adik sepupu sematawayangnya dengan alasan yang tak ia sangka-sangka.

'Anye punya kekasih? Bagaimana aku bisa sampai kecolongan lagi?' rutuknya dalam hati.

Anye memang banyak yang naksir. Cewek cantik, royal dan ramah itu memang selalu populer di mana pun ia berada.

Tidak seperti cewek tajir yang umumnya songong, Anye justru berkepribadian hangat dan disukai oleh siapa saja yang mengenali sosoknya yang periang dan penyayang.

"Gak ada laki-laki yang lebih Opa percayai selain Masmu, Nye! Anjas itu selalu ada untuk kamu sejak kalian masih kecil.

Semua yang ada di mansion ini menjadi saksi betapa sayangnya dia sama kamu dan Opa yakin demikian pula sebaliknya ... benar begitu 'kan, Nye?" tembak Lukman—kakek Anye dan Anjas.

Anye melengos. 'Dulu ....'

Dulu memang Anjas dunianya.

Tapi semenjak Anjas mulai menyemplungkan diri di hiruk pikuk perusahaan Opanya, lelaki muda itu memang terdeteksi sangat sibuk melebihi kesibukannya ketika masih berstatus mahasiswa.

Padahal saat masih kuliah saja Anjas telah banyak berubah menurut Anyelir.

Saat itu memang mereka masih sering menghabiskan waktu bersama, tapi sikap Anjas sangat berbeda dari sebelumnya.

Kalau dulu Anjas akan sangat ringan tangan menggandeng sang adik ketika jalan bersama, maka kini dia terkesan lebih menjaga jarak.

Boro-boro menggandeng, menyentuhnya saja pemuda itu sudah tidak mau lagi dengan alasan, "Kita bukan mahram, Nye!"

Ya jelas bukan mahram, sepupu memang tidak haram untuk dinikahi. Karena itulah mereka sah-sah saja jika dijodohkan seperti saat ini.

Namun, siapa sangka Anyelir yang dulu bagaikan addicted pada Anjasmara malah mati-matian menolak perjodohan dirinya dengan sang sepupu kesayangan.

"Jangan dipaksa, Opa. Mungkin bagi Anye saya bukan yang terbaik untuknya. Its okay!

Toh, sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir baik. Doakan saja kekasih Anye adalah laki-laki baik yang akan membahagiakannya.

Ada baiknya sih, mereka segera dinikahkan. Gak baik berlama-lama dalam status yang belum halal begitu.

Kalau sudah halal 'kan, bebas. Malah kebersamaan mereka akan jadi pahala." Anjas menahan getir dalam setiap kata yang ia ucapkan sendiri.

Dusta!

Pemuda yang tampak baik-baik saja itu sesungguhnya remuk redam di dalam hatinya.

Merelakan bunga yang ia jaga bertahun-tahun dipetik oleh orang lain? Sungguh naif sekali, sejujurnya Anjas tidak rela! Dia akan mencari tahu siapa laki-laki yang telah merebut perhatian tuan putri kesayangannya itu dan membuat perhitungan.

Sementara sepasang mata Anyelir tampaknya gagal menahan emosi yang kian meledak-ledak di dalam dadanya.

Masnya merelakan ia begitu saja untuk dimiliki oleh laki-laki lain? Ntah kenapa sudut hatinya bagai tersayat sembilu.

'Nah, benarkan!' cibirnya dari dalam hati. 'Fix! Mas Anjas tidak pernah menginginkanku lebih dari sekadar adik sepupu.

Mungkin sudah ada wanita lain di kantornya sana yang telah menawan hatinya,' tuduh sang jelita sembari berjuang menahan tekanan air mata yang mendesak ingin tumpah demi mendengar penuturan Anjas yang justru menyuruhnya lekas menikah dengan sang kekasih.

'Tak ada nama Anyelir Parameswari di hati Anjasmara Prasetya!' Begitulah yang diyakini gadis yang ingin cepat-cepat pergi meninggalkan ruang pertemuan tersebut.

Gadis cantik itu ingin segera menghempaskan dirinya di peraduan dan menangis sepuas-puasnya.

Sudah lama rasa sesak ini menderanya. Ia benci kenyataan Anjas telah banyak berubah dan tentu saja tak sudi jika harus dijodoh-jodohkan dengan pemuda yang jelas-jelas tak menaruh hati padanya. Belakangan, bahkan terlalu sibuk untuk sekadar menyapanya.

Padahal Anyelir selalu merindu sosok kakak sepupunya itu.

Tiada malam Anye lewati tanpa menanti kehadiran Anjas seperti dulu. Pemuda itu terbiasa mampir di kamar Anyelir bahkan sebelum memasuki kamarnya sendiri. Anjas akan membawakan oleh-oleh atau sekadar menanyakan kabarnya seharian, lanjut mengecup dahi sang jelita sebagai ciuman penghantar tidur.

Lima tahun terakhir ini terasa jelas oleh Anyelir kalau Anjasmara terang-terangan membangun tembok di antara mereka.

Diawali dengan keputusan Anjas meninggalkan rumah dan lebih memilih berada di asrama mahasiswa sejak tahun pertama perkuliahan, kemudian berlanjut menetap di apartemennya ketika tamat kuliah.

"Opa lupa ya? Semenjak Mas Anjas tinggal di asrama, entah kapan terakhir kalinya kami bicara berdua saja.

Setiap kali aku telpon, jawabnya selalu saja, Maaf, Nye! Mas sedang sibuk!

Mas sedang ada kegiatanlah, Mas mau beresin tugas secepatnyalah, Mas ada janji sama dosenlah, rapat ini itulah ... Benar-benar gak ada waktu buat aku.

Aku sadar sih, emang aku gak sepenting itu. Aku hanya adik kecil yang manja dan ngerepotin.

Jadi biarkan aku mencari bahagiaku sendiri dengan orang yang nyata perhatian dan sayang sama aku.

Dan orang itu jelas bukan Mas Anjas!" Anye sudah tak tahan lagi, dia merasa diabaikan oleh satu-satunya kakak yang ia miliki meski hanya berstatus sebagai kakak sepupu.

Ah ya, sepupu angkat pula. Bukankah Paramita Mentari—bundanya Anjas— hanyalah anak angkat Lukman Bagaskara, pemilik kerajaan bisnis pangan yang namanya tercatat dalam sepuluh besar pengusaha sukses tanah air?

Anyelir tak sengaja mengetahui ini ketika mendengar pertengkaran papi dan maminya sesaat sebelum keduanya memutuskan untuk berpisah.

Mami Anye selalu cemburu pada Bunda Anjas yang selalu ada di sisi Papinya, dan gilanya lagi sang papi juga dengan entengnya menunjukkan act of service-nya pada adik angkatnya itu.

Namun, anehnya setelah keduanya sama-sama berpisah dengan pasangan masing-masing pun, Lukman Bagaskara tetap menolak ketika putranya mengutarakan keinginannya untuk menikahi Paramita. Lukman kini malah sibuk menjodohkan Anyelir dengan Anjasmara.

'Apa mungkin ... bisa jadi saja, kan, kalo ternyata Bunda bukan sekadar anak angkat Opa. Tapi justru anak Opa dengan wanita lain, dengan atau tanpa sepengetahuan Oma Rosa?' Anyelir membatin curiga.

"Gak begitu, Anye!" bantah Anjas yang seketika membuyarkan pemikiran Anye tentang status papinya dan ibu dari laki-laki yang tengah menatapnya itu.

"Mas mau menyangkal kalau Mas sudah mengabaikan aku selama lima tahun terakhir ini?" Dengan mata berkaca-kaca Anye menatap tajam ke arah Anjas yang justru meneduhkan tatapannya.

"Mas memang sibuk, tapi Mas selalu up date informasi tentang kamu, kok.

Mas memang berusaha menghindari kamu, karena Mas sadar kalau sudah berada di dekatmu ... Mas sulit mengendalikan diri!"

Hening seketika.

Baik Anye mau pun Opanya seolah menanti kejelasan pernyataan Anjas yang ambigu. Mereka mengernyitkan dahi kencang.

"Mmm ... Mas selalu ingin menyentuhmu ...." Gumaman Anjas yang lirih terdengar menyapa rungu Anyelir, meremangkan bulu kuduknya, dan memicu degup jantung gadis itu berderap lebih kencang dari sebelumnya.

TBC

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Yuni Fediani
keren kk, lanjut
goodnovel comment avatar
BalqizAzzahra
ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Edyt Rifa'i
ya salaaam
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status