Tiba di kediaman orang tua Albi, Khania bergegas masuk. Saat tiba di dalam rumah itu, orang-orang memandang Khania dengan tatapan yang berbeda-beda.
Ibu Astika yang melihat Khania segera bergegas menghampiri Khania dan melayangkan tamparan bertubi-tubi pada Khania. Khania yang mendapatkan serangan dan hinaan dari mertuanya itu hanya diam tanpa perlawanan. Dia sudah bertekad akan tetap berada di sana apa pun yang terjadi."Pergi kamu dari sini! Dasar wanita sialan!" teriak ibu Astika sambil terus memukul Khania dan menyeret Khania keluar dari rumahnya.Namun, Khania dengan sekuat tenaga mempertahankan posisinya agar ibu Astika tidak bisa menyeretnya keluar. Dia mencoba bertahan walaupun harus kesakitan.Semua orang yang menyaksikan perkelahian ibu Astika dan Khania mencoba melerai mereka dan meminta kepada ibu Astika agar Khania diizinkan untuk tetap di sana, karena bagaimanapun Khania itu istri Albi.Khania yang mendapatkan izin dari ayah mertuanya segera duduk di samping jenazah Albi dan langsung saja dia membuka Al-Qur'an dan membacanya dengan sangat khusyuk untuk mengiringi kepergian Albi.Saat Albi sudah dibopong dan akan dimasukan ke liang lahad, Khania menjatuhkan tubuhnya ke bawah dan terduduk di tanah, hatinya sakit dan sesak. Khania menangis pilu. Kini sudah tidak ada lagi Albi yang selalu ada di samping Khania. Kini sudah tidak ada lagi sosok pelindung bagi Khania. Dia sudah pergi terkubur di bawah sana.***Khania yang sudah tidak kuat lagi melihat Albi yang sedang dimakamkan memutuskan untuk menenangkan diri di taman dekat makam Albi. Dia tidak ingin menambah kesedihan dan sakit hatinya dengan mendengar hinaan dari ibu mertuanya.Saat Khania lengah, tiba-tiba seorang lelaki muncul. Lelaki itu tiba-tiba mengulurkan kemeja pada Khania yang sedang menangis."Ini... kamu pakai kemeja ini, biar gak kelihatan seperti ODGJ," ucap lelaki itu.Khania mengerutkan alisnya saat dia melihat pria asing dengan penampilan aneh berdiri di depannya sambil menyodorkan sebuah kemeja ke arahnya."Anda tidak waras?!" sahut Khania yang tidak terima dianggap ODGJ. Khania tidak langsung menerima kemeja yang orang asing itu sodorkan. Karena menurut Khania lelaki yang di hadapannya ini aneh bin ajaib. Dia mengenakan setelan jas namun tidak memakai kemeja."Enak saja! Saya itu waras 100%. Kamu tuh yang kelihatan seperti ODGJ. Lihat saja penampilan kamu! baju kamu compang camping, rambut acak-acakan, dan lagi kamu ke sini tanpa alas kaki. Apa coba sebutan yang cocok buat penampilan kamu ini kalo bukan ODGJ?!""Ya, Anda sendiri kenapa berpenampilan seperti itu? Pakai jas tapi tidak pakai kemeja?" Khania menunjuk dada lelaki itu yang terekspos.Lelaki itu melihat arah yang ditunjuk oleh Khania. "Saya sengaja melepas kemeja saya, karena saya mau memberikan kemeja ini untuk kamu." Lelaki itu kemudian menyodorkan kembali kemejanya pada Khania."Tidak perlu, saya tidak butuh kemaja Anda dan saya tidak bisa menerima pemberian dari orang asing," ucap Khania dengan tegas."Yakin kamu tidak mau menerima kemeja ini! Serius?" balas lelaki itu lagi pada Khania, lelaki itu menaik turunkan alisnya. "Kamu lebih memilih untuk tetap terlihat seperti ODGJ?!""Iya! Saya tidak butuh kemeja itu! Jadi, simpan saja kembali kemeja itu untuk Anda pakai, biar Anda tidak seperti orang yang tidak waras!" ucap Khania dengan tegas, lalu bangkit dari duduknya dan bermaksud pergi meninggalkan lelaki yang menurutnya tidak waras."Itu ... BH kamu kelihatan jelas, karena bagian depan baju kamu robek." Lelaki itu menujuk ke dada Khania.Khania yang mendengar itu sontak menundukan kepalanya dan melihat arah yang ditunjuk lelaki itu, Khania terkejut dan langsung menyilangkan tangan di depan dadanya."Dasar otak mesum! Kenapa tidak bilang dari tadi?!" ucap Khania yang panik melihat bagian depannya yang terekspos jelas. Dia malu sekali saat menyadari jika baju bagian dadanya itu terlihat jelas."Saya sudah menawari kemeja ini dari tadi! Atau jangan-jangan, kamu memang sengaja ya?! Kamu ingin menggoda laki-laki di luar sana? Begitu?"BUKK!!Ucapan itu sukses membuat Khania naik darah dan melayangkan tendangan ke lelaki itu."Sakit! Dasar perempuan gila!""Jangan pernah muncul di hadapan saya lagi. Hari ini sudah berat untuk saya. Aku tak ingin berurusan dengan orang tak waras sepertimu." ucap Khania dengan napas yang berat, lalu melangkah pergi.Lelaki itu membiarkan Khania pergi. Ia masih tak menyangka bahwa Khania akan semarah itu padanya. Namun, ia mengingat kembali bahwa ia tetap harus mendekatkan diri pada Khania.Sambil memikirkan cara selanjutnya, lelaki itu membatin, "Itu perempuan yang dititipkan padaku? Yang benar saja."Pagi harinya Khania yang tidak bisa tidur semalaman pun memutuskan untuk pergi ke pamakaman, tempat di mana semalam sang suami dimakamkan. Dia ingin menumpahkan rasa rindunya kepada sang suami lewat ziarah dan do'a.Tiba di sebuah pemakaman Khania langsung saja keluar dari taxi setelah taxi itu berhenti. Dia berjalan menuju ke arah di mana makam suaminya berada. Tiba di depan makam Khania lalu duduk berjongkok di sebelah makam itu dan menangis, dia menumpahkan semua rasa yang ada di hatinya dengan menangis.Namun saat Khania akan berdo'a. Khania terkejut kala ia mendengar suara seseorang dengan lantang di sebelahnya."Ayo kita menikah," ucap seseorang itu tepat di sebelah Khania, Khania yang terkejut mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang sedang berbicara padanya."APA?!" teriak Khania pada lelaki yang menurut Khania tidak asing itu, dia seperti pernah melihat orang itu, tapi di mana? Khania lupa."Ayo kita menikah, Khania!" Lelaki itu mengulang kembali perkataannya kepada Kha
"Kyaaa! Kenapa anda menarik saya dan cium-cium bibir saya?!" Khania berteriak kepada Efgan ketika dia sudah bangkit dari atas tubuh Efgan. Khania yang terkejut memukul-mukul tubuh Efgan yang sudah berdiri. BUKK ... BUKK!! "Aww! Sakit Khania!!" Efgan meringis kesakitan karena pukulan Khania cukup keras juga pada tubuhnya, Efgan menahan tangan Khania yang akan memukulnya lagi dan menggenggamnya dengan erat. "Saya tidak mencium kamu dengan sengaja, tadi itu saya nolongin kamu yang hampir tertabrak motor.""Alaah Alasan! Bilang aja mau cari kesempatan dalam kesempitan. Iya kan?!" tuding Khania pada Efgan. Khania kesal dan tidak terima Efgan sudah menciumnya walaupun tidak disengaja."Kamu itu ya, bukannya terima kasih kerana udah ditolongin. Malah nuduh saya yang enggak-nggak," balas Efgan yang tak habis pikir dengan Khania yang seolah menuduhnya mencium bibir Khania duluan."Lah, saya gak nuduh tuh, Emang kenyataannya! Awas ya, saya akan laporin anda karena tadi itu termasuk peleceh
Khania yang sudah lemas dan tidak sanggup untuk bertahan lagi samar-samar melihat seseorang menghampirinya, seseorang itu menggenggam dan membawa tubuh Khania, setelahnya Khania kehilangan kesadarannya.**Efgan yang melihat Khania menabrak pembatas jembatan dan terjatuh ke sungai segera keluar dari dalam mobilnya dan pergi berlari ke pinggir sungai, sampai di pinggir sungai, Efgan segera berenang untuk menolongnya. Setelah beberapa saat Efgan berenang menyusuri sungai, akhirnya Efgan menemukan Khania yang tidak jauh dari dirinya. Efgan yang melihat Khania sudah lemas dan tak berdaya segera berenang menghampiri Khania dan membawanya ke atas permukaan.Efgan segera membawa tubuh Khania ke daratan, lalu dia mengecek nadinya. Dengan segera Efgan melakukan pertolongan pertama dengan melakukan CPR dan juga memberikan bantuan napas untuk Khania. "Khania saya mohon sadarlah."Efgan masih terus berusaha menyadarkan Khania. "Khania tolong sadarlah. Jangan sampai saya merasakan penyesalan lagi,
"Khania tunggu! Sebenarnya ... ada yang ingin mencelakai kamu, dan menginginkan nyawa kamu," ucap Efgan setelah dia berpikir keras, alasan apa yang bisa membuat Khania mempercayainya tanpa harus membencinya."Maksud anda apa?" tanya Khania dengan mengernyitkan alisnya, dia tidak paham dengan apa yang lelaki di hadapannya ini bicarakan."Ada yang mengincar nyawa kamu Khania, dia ingin menghabisi kamu! Coba kamu ingat-ingat berapa kali kamu hampir celaka dan untungnya saya ada di waktu yang tepat," balas Efgan.Dia menatap manik mata Khania dengan tatapan penuh harap, ya dia berharap Khania akan percaya padanya dan meminta perlindungannya."Apa ini bukan akal-akalan anda saja, biar saya menerima anda?! Bisa saja kan anda sengaja mencelakai saya, dan berpura-pura menolong saya agar saya membalas budi kepada anda?!"Pertanyaan dari Khania membuat Efgan bingung harus menjelaskan dengan bagaimana lagi agar Khania bisa percaya kepadanya."Khania saya tidak setega dan seberani itu untuk mencel
Keesokan harinya.Khania yang baru saja selesai bekerja dan keluar dari restoran celingukan ke kanan dan ke kiri, dia seperti sedang mencari seseorang."Kamu cari siapa Khania?" tanya salah satu teman Khania yang kebetulan satu sif dengannya dan akan pulang."Aah! Enggak, aku lagi cari ojek," elak Khania yang sebenarnya dia sedang mencari mobil Efgan yang biasanya selalu ada terparkir di depan restoran. "Hmm ... Eh iya, tumben cowok ganteng yang biasa suka nangkring mobilnya di parkiran kok gak ada ya?!" tanya teman Khania yang membuat Khania terkejut sekaligus heran."Yang mana?" tanya Khania, ia sengaja bertanya karena takut salah kalau yang sedang dibicarakan oleh temannya itu Efgan lelaki yang selama ini sering mengganggu dan menguntitnya atau bukan."Itu lho! Yang sering banget gangguin kamu," sahut teman Khania lagi yang sontak membuat Khania membulatkan matanya."Kamu tau dia sering ganggu aku?" tanya Khania yang terkejut."Ya tau lah! Bahkan ya, anak-anak yang lain bilangnya d
Khania terkejut dan membelalakan matanya, saat ia melihat pisau yang tadi mengarah kepadanya tertancap di tanah, tepat di bawah kakinya. Khania lalu melihat orang yang tadi memegang pisau itu sudah terkapar tak berdaya di tanah."Khania ayo, buruan naik!" ujar Iren di atas motornya setelah ia menabrakkan motor itu pada lelaki yang tadi hampir menusuk Khania.Khania yang masih terkejut hanya diam saja, sampai tepukan di bahunya menyadarkan ia dari rasa terkejutnya. Khania melihat ke arah Iren dan menoleh ke arah samping. Seketika ia terkejut saat melihat Efgan, lelaki yang selama ini mengganggunya tengah bertarung melawan orang-orang yang tadi sudah menghadangnya."Tapi ... itu." Khania menunjuk ke arah Efgan yang tengah berkelahi dengan orang-orang yang tadi menghadang Khania."Ayo buruan sebelum dia bangun." Iren menujuk ke arah pria yang tadi menyerang Khania dengan pisau.Iren yang tidak ingin membuang waktu dengan cepat menarik tangan Khania agar Khania segera naik ke atas motor
Efgan mengerjapkan matanya dan terkejut saat dia melihat Khania yang tertidur dengan posisi terduduk dan kepala manelungkup di pinggir kasur.Efgan tersenyum kecil saat dia melihat tangannya digenggam oleh Khania. "Eugh!!" Khania yang merasakan pergerakan dari atas kasur terbangun dan terkejut saat melihat Efgan yang kini sedang menatapnya. "Anda sudah bangun Pak?! Saya akan panggilkan Dokter!" Khania yang akan melangkah di tahan tangannya oleh Efgan."Tidak usah! Saya baik-baik saja." Efgan lalu melihat jam di dinding. "Kamu lanjutin aja tidurnya, ini masih jam dua pagi." Khania lalu melihat jam di dinding, dan benar ini masih jam dua pagi. Khania lalu beralih menatap Efgan dan mendekatinya."Bapak butuh sesuatu?" tanya Khania dengan lembut."Iya!" jawab Efgan dengan tersenyum jahil pada Khania."Anda jangan macam-macam ya?!" ucap Khania saat dia melihat senyuman yang mencurigakan terulas di bibir Efgan.Khania memundurkan langkahnya. Dia sedikit curiga saat melihat senyuman Efgan
Efgan yang terkejut mendengar ucapan Khania mengerutkah alisnya. "Tawaran apa?!"tanyanya pada Khania.Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Khania bicarakan. Karena seingatnya dia tidak pernah menawarkan sesuatu kepada Khania."Itu ... Emm ... gak jadi deh! Kalau Bapak tidak ingat tidak apa-apa" sahut KhaniaKhania menelan kembali ucapannya saat dia melihat Efgan yang tidak ingat dengan tawarannya dulu. Dia merutuku dirinya sendiri yang nyaris mempermalukan dirinya sendiri. Lalu dia berniat pergi menuju sofa untuk beristirahat. Namun tertahan saat Efgan memegang tangannya."Lho! Tawaran apa sih?! Serius saya nanya! Jangan bikin saya penasaran dengan ucapan kamu yang menggantung itu."Efgan yang kini memegang tangan Khania segera bangun dari baringnya dan menatap Khania yang kini berdiri di sampingnya. Dia menjadi penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan Khania.Khania lalu melepaskan tanganya yang di pegang oleh Efgan."Gak jadi Pak! Udah Bapak istirahat aja. Ini masih pagi