Keesokan harinya.Khania yang baru saja selesai bekerja dan keluar dari restoran celingukan ke kanan dan ke kiri, dia seperti sedang mencari seseorang."Kamu cari siapa Khania?" tanya salah satu teman Khania yang kebetulan satu sif dengannya dan akan pulang."Aah! Enggak, aku lagi cari ojek," elak Khania yang sebenarnya dia sedang mencari mobil Efgan yang biasanya selalu ada terparkir di depan restoran. "Hmm ... Eh iya, tumben cowok ganteng yang biasa suka nangkring mobilnya di parkiran kok gak ada ya?!" tanya teman Khania yang membuat Khania terkejut sekaligus heran."Yang mana?" tanya Khania, ia sengaja bertanya karena takut salah kalau yang sedang dibicarakan oleh temannya itu Efgan lelaki yang selama ini sering mengganggu dan menguntitnya atau bukan."Itu lho! Yang sering banget gangguin kamu," sahut teman Khania lagi yang sontak membuat Khania membulatkan matanya."Kamu tau dia sering ganggu aku?" tanya Khania yang terkejut."Ya tau lah! Bahkan ya, anak-anak yang lain bilangnya d
Khania terkejut dan membelalakan matanya, saat ia melihat pisau yang tadi mengarah kepadanya tertancap di tanah, tepat di bawah kakinya. Khania lalu melihat orang yang tadi memegang pisau itu sudah terkapar tak berdaya di tanah."Khania ayo, buruan naik!" ujar Iren di atas motornya setelah ia menabrakkan motor itu pada lelaki yang tadi hampir menusuk Khania.Khania yang masih terkejut hanya diam saja, sampai tepukan di bahunya menyadarkan ia dari rasa terkejutnya. Khania melihat ke arah Iren dan menoleh ke arah samping. Seketika ia terkejut saat melihat Efgan, lelaki yang selama ini mengganggunya tengah bertarung melawan orang-orang yang tadi sudah menghadangnya."Tapi ... itu." Khania menunjuk ke arah Efgan yang tengah berkelahi dengan orang-orang yang tadi menghadang Khania."Ayo buruan sebelum dia bangun." Iren menujuk ke arah pria yang tadi menyerang Khania dengan pisau.Iren yang tidak ingin membuang waktu dengan cepat menarik tangan Khania agar Khania segera naik ke atas motor
Efgan mengerjapkan matanya dan terkejut saat dia melihat Khania yang tertidur dengan posisi terduduk dan kepala manelungkup di pinggir kasur.Efgan tersenyum kecil saat dia melihat tangannya digenggam oleh Khania. "Eugh!!" Khania yang merasakan pergerakan dari atas kasur terbangun dan terkejut saat melihat Efgan yang kini sedang menatapnya. "Anda sudah bangun Pak?! Saya akan panggilkan Dokter!" Khania yang akan melangkah di tahan tangannya oleh Efgan."Tidak usah! Saya baik-baik saja." Efgan lalu melihat jam di dinding. "Kamu lanjutin aja tidurnya, ini masih jam dua pagi." Khania lalu melihat jam di dinding, dan benar ini masih jam dua pagi. Khania lalu beralih menatap Efgan dan mendekatinya."Bapak butuh sesuatu?" tanya Khania dengan lembut."Iya!" jawab Efgan dengan tersenyum jahil pada Khania."Anda jangan macam-macam ya?!" ucap Khania saat dia melihat senyuman yang mencurigakan terulas di bibir Efgan.Khania memundurkan langkahnya. Dia sedikit curiga saat melihat senyuman Efgan
Efgan yang terkejut mendengar ucapan Khania mengerutkah alisnya. "Tawaran apa?!"tanyanya pada Khania.Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Khania bicarakan. Karena seingatnya dia tidak pernah menawarkan sesuatu kepada Khania."Itu ... Emm ... gak jadi deh! Kalau Bapak tidak ingat tidak apa-apa" sahut KhaniaKhania menelan kembali ucapannya saat dia melihat Efgan yang tidak ingat dengan tawarannya dulu. Dia merutuku dirinya sendiri yang nyaris mempermalukan dirinya sendiri. Lalu dia berniat pergi menuju sofa untuk beristirahat. Namun tertahan saat Efgan memegang tangannya."Lho! Tawaran apa sih?! Serius saya nanya! Jangan bikin saya penasaran dengan ucapan kamu yang menggantung itu."Efgan yang kini memegang tangan Khania segera bangun dari baringnya dan menatap Khania yang kini berdiri di sampingnya. Dia menjadi penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan Khania.Khania lalu melepaskan tanganya yang di pegang oleh Efgan."Gak jadi Pak! Udah Bapak istirahat aja. Ini masih pagi
Khania yang berada di kamar mandi terus menggerutu. Dia tidak tau, mau ditaruh di mana muka dia saat nanti dia berhadapan dengan Efgan.Khania lama berdiam diri di kamar mandi karena dia malu untuk berhadapan dengan Efgan. Sampai sebuah ketukan terdengar di pintu kamar mandi yang berhasil membuat Khania terjengkit kaget."Khania kamu lagi apa di dalam?! kamu gak apa-apa kan?! Khania!" tanya Efgan di luar pintu kamar mandi.Khania tidak menjawabnya karena dia benar-benar malu oleh ucapan Efgan tadi. Khania tidak menghiraukan ketukan dan teriakan Efgan."Khania jawab! Kamu baik-baik aja kan di dalam?! Kamu sudah satu jam lebih loh di dalam sana. Saya hitung sampai tiga. Kalau kamu tidak membukanya juga saya akan dobrak pintu ini!" ucap Efgan yang terdengar khawatir di luar sana. "Satu ... dua ... ti-." Belum sampai hitungan ketiga Khania sudah membuka pintunya dengan wajah yang tertunduk.Efgan yang melihat Khania membuka pintu dan berdiri di hadapanya segera saja menarik tangannya dan
Khania yang heran kenapa dia dibawa ke tempat ini menoleh ke samping. "Pak ... kita mau ngapain ke sini?" tanya Khania."Bukannya kamu sendiri yang bilang apa tawaran saya masih berlaku atau tidak?! Ya, sekarang jawabannya ada di depan kamu," sahut Efgan. Dia lalu menarik tangan Khania.Khania yang masih belum mengerti untuk apa dia di bawa ke sini menahan tangannya yang ditarik Efgan. "Tunggu Pak! Maksud Anda itu apa ya?!""Ya sekarang kita masuk, dan kita nikah di dalam!" balas Efgan tanpa beban. Dia tersenyum manis ke arah Khania yang kini menatap Efgan tidak percaya. Khania yang mendengar itu melebarkan matanya dan menatap Efgan. "Pak ... Anda masih waras kan?!"Khania tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat kelakuan Efgan yang selalu spontan itu."Hmm!! Kan kamu sendiri yang tanya sama saya! Apa tawaran saya itu masih berlaku atau tidak. Ya ini jawabannya, masih dan kita akan nikah sekarang juga."Tidak ingin membuang waktu Efgan dengan segera menarik kembali tangan Khania. Namun
Khania terkejut bukan main saat mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Efgan. Dia menatap Efgan dengan penuh tanya di atas kepalanya. "Maksud Bapak apa ya berbicara seperti itu?!"Kamu kan tadi bilang kalau sekarang kamu masih menjalani masa iddah. Jadi saya akan menungu kamu selesai masa iddah! Tapi dengan syarat kamu harus mau menandatangani surat perjanjian," jawab Efgan.Khania yang tidak mengerti menatap Efgan dengan wajah yang kebingungan. Dia tidak paham kenapa dia harus menandatangani surat perjanjian? Untuk apa?!"Kenapa saya harus menandatangani surat perjanjian?! Saya kan tidak punya hutang sama Bapak!" tanya Khania.Lagi-lagi Efgan tidak menjawab dan hanya fokus menatap ke depan. Dan itu sukses membuat darah Khania mendidih dan naik sampai ke ubun-ubun saat melihat Efgan yang bersikap seperti ini."Pak ... jawab dong! Saya nanya lho!" seru Khania Efgan menatap Khania dengan wajah yang menyebalkan. Khania yang melihat itu mencebikan bibirnya.Khania dan Efgan saling diam
Khania terkejut saat melihat sekilas isi dokumen itu. Dia menoleh ke arah Efgan dengan mengernyitkan alisnya. "Pak! Bapak serius soal perjanjian itu?!" tanya Khania yang tidak percaya jika ucapan Efgan itu tidak main-main."Hmm! Jadi sekarang kamu tanda tangan." Efgan lalu memberikan sebuah pena pada Khania"Wait!! Saya baca dulu isinya." Khania lalu membuka lembar demi lembar kertas itu dan terkejut dengan isi di dalamnya.Khania diam memandang Efgan saat dia sudah selesai membaca surat perjanjian itu, ia lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis."Maaf Pak! Saya tidak mau tanda tangan." Khania menyodorkan kembali kertas yang tadi dia baca kepada Efgan.Efgan yang mendengar itu sontak terkejut dan mendelik ke arah Khania. Ia tidak menyangka jika Khania akan menolak surat perjanjian itu. Padahal Efgan sudah memberikan keuntungan besar untuk Khania di dalam surat perjanjian itu."Kenapa?!" tanya Efgan dengan tatapannya yang tajam. Ia tidak terima jika Khania menolaknya."Karena s