"Aku kenapa Nek?" tanya Khania penasaran."Apa mungkin kamu kesambet Nia? Jangan-jangan kamu itu kemasukan jin buto ijo?" ucap nenek ngawur.Khania yang mendengar itu sontak terbelalak.Pak supir yang mendengar ucapan nenek mengulum bibirnya. Ia ingin tertawa. Namun, tak berani."Ma-maksud Nenek apa? Kenapa Nenek bisa berpikiran seperti itu?" tanya Khania yang terkejut."Ya habisnya tingkah kamu itu gak biasa. Kamu biasanya gak pernah makan banyak. Tapi, hari ini Nenek lihat kamu makan banyak," ucap nenek.Khania nampak berpikir, ia mencerna ucapan nenek."Iya juga ya Nek! Aku juga merasa aneh Nek dengan diri aku belakangan ini," ucap Khania."Ya udah. Besok kita ke pak ustad buat Ruqyah kamu," usul nenek.Khania pun mengangguk-anggukan kepalanya."Iya Nek, boleh," sahut Khania.Setelah percakapan itu, tak ada lagi yang berbicara mau itu nenek ataupun Khania. Mereka sama-sama terdiam dengan pikirannya masing-masing.Sampai akhirnya mob
"Iya Nek, aku positif hamil," jawab Khania dengan lesu."Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah Engkau telah memberikan kepercayaan lagi pada cucu dan cucu menantuku," ucap nenek dengan senang. "Efgan pasti akan sangat bahagia dengan kabar gembira ini, dan Kai pasti akan sangat senang dia kalau tau akan segera punya adik," Khania tampak tak senang."Kamu kenapa kok wajahnya seperti tidak senang gitu?" tanya nenek yang menyadari dengan raut wajah Khania yang ditekuk."Nia takut Nek," ucap Khania jujur."Apa yang kamu takutkan sayang?" tanya nenek dengan lembut."Nia takut, apa yang terjadi pada kehamilan Nia dulu nanti terulang lagi," "Sssttt, kamu gak boleh bilang begitu. Keadaan dulu dan sekarang itu berbeda. Kamu gak usah takut dan khawatir. Karena kita semua pasti akan menjaga kami dan anak yang asa di dalam kandungan kamu ini. Kamu sekarang jangan berpikiran yang buruk-buruk. Buang jauh-jauh pikiran itu dan kamu harus happy dengan kehadiran cicit Nenek ini," ucap nenek sambil menge
"Saya terima nikah dan kawinnya, Khania Dwi Elviana binti Rustandi dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" ucap Albi dengan lantang."Bagaimana, para saksi? Sah?" tanya penghulu."SAH!!" ucap semua orang yang menyaksikan pernikahan mereka."Alhamdulillah hirobbil 'alamin." Semua orang mengucapkan syukur atas kelancaran pernikahan sepasang sejoli yang saling mencintai itu.Selepas acara Ijab kabul, kedua mempelai dipersilakan untuk duduk di kursi pelaminan. Namun, baru saja Khania dan Albi mendaratkan bokongnya di kursi, mereka sudah dikejutkan dengan keributan di luar. "MAMI!" teriak Albi ketika melihat sang ibu sedang mengobrak-abrik dekorasi depan."Akhirnya kamu muncul juga, dasar anak durhaka! Siapa yang mengijinkan kalian menikah, HAH?! Mami tidak sudi kamu menikah dengan wanita miskin itu!" tunjuk Ibu Astika kepada Khania. Memang benar, pernikahan mereka dilaksanakan tanpa restu dari orang tua Albi, terutama Ibunya Albi. Ia sangat tidak setuju dengan hubungan mereka hanya kar
Khania berlari menyusuri lorong rumah sakit. Ia begitu terburu-buru dan hatinya sangat tidak tenang. Beberapa kali ia bertabrakan dengan orang-orang yang sedang berlalu lalang di lorong itu, tapi ia sama sekali tidak peduli.Di ujung lorong, Khania melihat ibu Astika yang sedang menangis histeris. Menyadari kedatangan Khania, matanya langsung mengeluarkan tatapan membunuh.Khania tertegun saat melihat orang yang selama ini sangat membencinya menatap dia dengan tatapan itu. Namun, Khania berusaha untuk berani. Tanpa menghiraukan tatapan itu, Khania berjalan menghampiri orangtua Albi. Namun ...PLAKKKKK!!Ibunya Albi menampar keras pipi Khania, sampai menyebabkan Khania terhuyung dan nyaris jatuh."Dasar wanita sialan! Ini semua gara-gara kamu! Gara-gara kamu, anak saya jadi meninggal! Kembalikan anak saya! Kembalikan dia!!" teriaknya lalu menarik Khania dan memukul-mukul tubuh Khania dengan brutal.Pak Erwin, ayah dari Albi yang melihat Khania kesakitan mencoba menahan istrinya agar dia
Tiba di kediaman orang tua Albi, Khania bergegas masuk. Saat tiba di dalam rumah itu, orang-orang memandang Khania dengan tatapan yang berbeda-beda.Ibu Astika yang melihat Khania segera bergegas menghampiri Khania dan melayangkan tamparan bertubi-tubi pada Khania. Khania yang mendapatkan serangan dan hinaan dari mertuanya itu hanya diam tanpa perlawanan. Dia sudah bertekad akan tetap berada di sana apa pun yang terjadi."Pergi kamu dari sini! Dasar wanita sialan!" teriak ibu Astika sambil terus memukul Khania dan menyeret Khania keluar dari rumahnya. Namun, Khania dengan sekuat tenaga mempertahankan posisinya agar ibu Astika tidak bisa menyeretnya keluar. Dia mencoba bertahan walaupun harus kesakitan.Semua orang yang menyaksikan perkelahian ibu Astika dan Khania mencoba melerai mereka dan meminta kepada ibu Astika agar Khania diizinkan untuk tetap di sana, karena bagaimanapun Khania itu istri Albi.Khania yang mendapatkan izin dari ayah mertuanya segera duduk di samping jenazah Albi
Pagi harinya Khania yang tidak bisa tidur semalaman pun memutuskan untuk pergi ke pamakaman, tempat di mana semalam sang suami dimakamkan. Dia ingin menumpahkan rasa rindunya kepada sang suami lewat ziarah dan do'a.Tiba di sebuah pemakaman Khania langsung saja keluar dari taxi setelah taxi itu berhenti. Dia berjalan menuju ke arah di mana makam suaminya berada. Tiba di depan makam Khania lalu duduk berjongkok di sebelah makam itu dan menangis, dia menumpahkan semua rasa yang ada di hatinya dengan menangis.Namun saat Khania akan berdo'a. Khania terkejut kala ia mendengar suara seseorang dengan lantang di sebelahnya."Ayo kita menikah," ucap seseorang itu tepat di sebelah Khania, Khania yang terkejut mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang sedang berbicara padanya."APA?!" teriak Khania pada lelaki yang menurut Khania tidak asing itu, dia seperti pernah melihat orang itu, tapi di mana? Khania lupa."Ayo kita menikah, Khania!" Lelaki itu mengulang kembali perkataannya kepada Kha
"Kyaaa! Kenapa anda menarik saya dan cium-cium bibir saya?!" Khania berteriak kepada Efgan ketika dia sudah bangkit dari atas tubuh Efgan. Khania yang terkejut memukul-mukul tubuh Efgan yang sudah berdiri. BUKK ... BUKK!! "Aww! Sakit Khania!!" Efgan meringis kesakitan karena pukulan Khania cukup keras juga pada tubuhnya, Efgan menahan tangan Khania yang akan memukulnya lagi dan menggenggamnya dengan erat. "Saya tidak mencium kamu dengan sengaja, tadi itu saya nolongin kamu yang hampir tertabrak motor.""Alaah Alasan! Bilang aja mau cari kesempatan dalam kesempitan. Iya kan?!" tuding Khania pada Efgan. Khania kesal dan tidak terima Efgan sudah menciumnya walaupun tidak disengaja."Kamu itu ya, bukannya terima kasih kerana udah ditolongin. Malah nuduh saya yang enggak-nggak," balas Efgan yang tak habis pikir dengan Khania yang seolah menuduhnya mencium bibir Khania duluan."Lah, saya gak nuduh tuh, Emang kenyataannya! Awas ya, saya akan laporin anda karena tadi itu termasuk peleceh
Khania yang sudah lemas dan tidak sanggup untuk bertahan lagi samar-samar melihat seseorang menghampirinya, seseorang itu menggenggam dan membawa tubuh Khania, setelahnya Khania kehilangan kesadarannya.**Efgan yang melihat Khania menabrak pembatas jembatan dan terjatuh ke sungai segera keluar dari dalam mobilnya dan pergi berlari ke pinggir sungai, sampai di pinggir sungai, Efgan segera berenang untuk menolongnya. Setelah beberapa saat Efgan berenang menyusuri sungai, akhirnya Efgan menemukan Khania yang tidak jauh dari dirinya. Efgan yang melihat Khania sudah lemas dan tak berdaya segera berenang menghampiri Khania dan membawanya ke atas permukaan.Efgan segera membawa tubuh Khania ke daratan, lalu dia mengecek nadinya. Dengan segera Efgan melakukan pertolongan pertama dengan melakukan CPR dan juga memberikan bantuan napas untuk Khania. "Khania saya mohon sadarlah."Efgan masih terus berusaha menyadarkan Khania. "Khania tolong sadarlah. Jangan sampai saya merasakan penyesalan lagi,
"Iya Nek, aku positif hamil," jawab Khania dengan lesu."Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah Engkau telah memberikan kepercayaan lagi pada cucu dan cucu menantuku," ucap nenek dengan senang. "Efgan pasti akan sangat bahagia dengan kabar gembira ini, dan Kai pasti akan sangat senang dia kalau tau akan segera punya adik," Khania tampak tak senang."Kamu kenapa kok wajahnya seperti tidak senang gitu?" tanya nenek yang menyadari dengan raut wajah Khania yang ditekuk."Nia takut Nek," ucap Khania jujur."Apa yang kamu takutkan sayang?" tanya nenek dengan lembut."Nia takut, apa yang terjadi pada kehamilan Nia dulu nanti terulang lagi," "Sssttt, kamu gak boleh bilang begitu. Keadaan dulu dan sekarang itu berbeda. Kamu gak usah takut dan khawatir. Karena kita semua pasti akan menjaga kami dan anak yang asa di dalam kandungan kamu ini. Kamu sekarang jangan berpikiran yang buruk-buruk. Buang jauh-jauh pikiran itu dan kamu harus happy dengan kehadiran cicit Nenek ini," ucap nenek sambil menge
"Aku kenapa Nek?" tanya Khania penasaran."Apa mungkin kamu kesambet Nia? Jangan-jangan kamu itu kemasukan jin buto ijo?" ucap nenek ngawur.Khania yang mendengar itu sontak terbelalak.Pak supir yang mendengar ucapan nenek mengulum bibirnya. Ia ingin tertawa. Namun, tak berani."Ma-maksud Nenek apa? Kenapa Nenek bisa berpikiran seperti itu?" tanya Khania yang terkejut."Ya habisnya tingkah kamu itu gak biasa. Kamu biasanya gak pernah makan banyak. Tapi, hari ini Nenek lihat kamu makan banyak," ucap nenek.Khania nampak berpikir, ia mencerna ucapan nenek."Iya juga ya Nek! Aku juga merasa aneh Nek dengan diri aku belakangan ini," ucap Khania."Ya udah. Besok kita ke pak ustad buat Ruqyah kamu," usul nenek.Khania pun mengangguk-anggukan kepalanya."Iya Nek, boleh," sahut Khania.Setelah percakapan itu, tak ada lagi yang berbicara mau itu nenek ataupun Khania. Mereka sama-sama terdiam dengan pikirannya masing-masing.Sampai akhirnya mob
Malam harinya.Khania yang seharian ini bad mood hanya diam seharian di dalam kamar. Semua orang yang khawatir dengan Khania. Mereka semua berusaha membujuk Khania agar keluar kamar dan makan. "Sayang, buka dulu ya pintunya. Kamu makan dulu," bujuk Efgan.Namun, tak ada jawaban dari dalam kamar."Nia sayang. Buka dulu ya pintunya. Ini nenek sayang," ucap nenek sambil mengetuk pintu.Lama mereka menunggu sampai terdengar suara kunci yang dibuka dari dalam. Dan sesaat kemudian Khania pun muncul dari dalam kamar dengan pakaian yang sudah rapi."Kamu mau ke mana?" tanya nenek dan Efgan hampir bersamaan.Khania hanya diam saja tak menjawab. Ia menatap Efgan dengan tatapan yang nyalang. Lalu ia pun menoleh ke arah nenek dan tersenyum."Nia mau keluar sebentar ya Nek, mau cari bakso. Entah kenapa dari tadi Nia terus aja kepikiran bakso yang kuahnya itu pedes banget." Khania sengaja menekankan kata pedas agar suaminya mendengar.Efgan hendak menyela ucapan Khania. Namun, nenek lebih dulu men
"Kenapa Nek?" tanya Khania yang heran saat melihat nenek menatapnya dengan dalam dan intens.Nenek segera menggelengkan kepalanya dan tersenyum."Enggak, jadi kamu gak ada masalah ya sama Efgan?" tanya nenek lagi."Enggak Nek, aku gak ada masalah sama mas Efgan," "Syukurlah kalau gitu," ucap nenek."Oh iya Nek, tadi aku sempat denger mobilnya mas Efgan. Apa dia tadi keluar?" tanya Khania."Iya, tadi katanya mau cari angin sebentar keluar," sahut nenek.Khania menganggukan kepalanya."Ya udah, Nenek keluar dulu ya sayang," pamit nenek sambil berdiri."Iya Nek," jawab Khania.Setelah nenek pergi. Khania segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Hallo Mas," ucap Khania saat panggilan itu sudah terhubung."Ada apa sayang?" tanya Efgan yang terdengar khawatir."Enggak ada apa-apa, cuma kangen aja sama kamu," ucap Khania yang ssontak menbuat Efgan terkejut sampai-sampai ia mengerem mobilnya mendadak. Beruntung tak ada kenda
Waktu terus berlalu, sampai tidah terasa sudah dua tahun berlalu.Khania kini tengah sibuk menyipakan pernikahan Monic dan Glen, karena banyak hal yang membuat pernikahan Monic dan Glen harus diundur sampai sekarang."Mas, kamu itu kenapa malah asyik sendiri di sini sih? Kamu gak bantuin orang-orang apa?" omel Khania saat melihat Efgan yang tengah duduk di teras depan."Aku tadi udah bantuin lho sayang. Ini lagi istirahat bentar, lagian juga kenapa aku harus ikutan sibuk gini sih?" keluh Efgan.Khania yang mendengar keluhan Efgan bukannya iba malah memelototinya."Iya, iya. Ini aku mau bantu lagi." Efgan dengan malas bangkit dari duduknya dan kembali membantu orang-orang untuk mempersiapkan pernikahan Monic yang tinggal beberapa hari lagi.Khania tersenyum saat melihat Efgan kembali bekerja. Ia pun masuk ke dalam untuk bertemu sang anak yang memang sengaja ia titipkan pada Gabriel."Gab, Kai gak rewel kan?" tanya Khania saat ia sudah tiba di dekat Gabriel
Seorang suster datang ke ruangan Khania untuk memeriksa keadaan Khania. Dan setelah Khania diperiksa suster itu pun kembali."Nek. Apa Kai baik-baik saja?" ucap Khania tiba-tiba. "Kai baik-baik aja sayang. Dia tadi Nenek titipkan sama Monic jadi kamu gak udah khawatir ya," sahut nenek sambil membelai rambut Khania."Mas, gimana keadaan Gabriel?" tanya Khania."Dia baik-baik aja, dia juga udah lewati masa kritisnya. Jadi kamu gak usah khawatir lagi ya sayang. Gabriel baik-baik aja sekarang," jawab Efgan singkat.Khania menanggukan kepalanya.Nenek tak terkejut karena sudah diberi tahu tentang Gabriel yang menyelamatkan Khania dan juga Kai. Nenek malah sangat bersyukur dan berterima kasih pada Gabriel karena sudah menolong cucu menantu dan cicitnya.Dua minggu kemudian.Khania yang tengah memberi ASI pada Kai di kamar terkejut saat tiba-tiba seseorang menutup matanya dari belakang. Ia pun tersenyum karena sudah tau jika itu ulah suaminya."Mas
"Mas, kamu itu apaan sih? Lepas gak! Aku mau temui dokter dulu," pinta Khania.Efgan tidak melepaskan tangan Khania dan malah semakin kencang mengencangkan tangan Khania."Mas!" Khania yang merasa geram pada sang suami pun memelototkan matanya. "Lepas!""Kamu gak boleh pergi dari sini!" perintah Efgan.Khania yang terheran pun hanya bisa menatap Efgan dengan tatapan bingungnya."Mas! Lepas ya, aku mohon!" pinta Khania dengan memelas. "Mas, itu dokternya udah nunggu aku. Aku gak mau kalau sampai terjadi sesuatu sama Gabriel, jadi tolong lepas ya.""Biarkan saja, aku gak mau kamu memedulikan penjahat itu! Lebih baik kita pulang dan biarkan dia mati sekalian," ucap Efgan sambil menyeret Khania.Khania yang mendengar ucapan Efgan seketika naik oitam. Ia sungguh tak terima jika Efgan menyumpahi Gabriel mati, dengan sekali hentakan Khania melepaskan cengkraman tangan Efgan.Efgan spontan menoleh ke arah Khania."Kamu jangan pernah bicara seperti itu ya
"Eh, ada apa kok ribut-ribut." Khania yang baru saja keluar dari ruangan tindakan pun keheranan saat melihat ada keributan di depan pintu. Ia pun mendengar seseorang menangis. Khania mendekat dan bertanya pada wanita asing yang sudah menolongnya itu. Karena kebetulan wanita itu berdiri dekat pintu masuk."Mbak, itu ada apa?" tanya Khania pada wanita itu. Ia bertanya karena tak bisa melihat siapa yang sedang menangis histeris itu.Wanita itu menoleh dan terkekeh, ia lalu berbisik. "Suami kamu lagi nangis," Khania mengerutkan keningnya."Nangis? Nangis kenapa? Nangisin apa?" tanya Khania lagi."Dia ngira jenazah yang baru saja keluar itu kamu, tanpa cross-check dulu," jawab wanita itu sambil tertawa geli.Khania yang penasaran pun mendekat dan benar saja. Ia melihat Efgan tengah duduk bersimpuh di depan jenazah yang entah siapa. Khania melihat Efgan yang menagis tersedu-sedu sambil menciumi tangan jenazah itu.Khania bukannya marah melihat itu, i
"Mas Efgan ke mana ya? Kok gak diangkat-angkat telepon dari aku?" Khania bergumam sambil terus mencoba menelepon suaminya. Ia lalu melirik ke arah orang yang tadi sudah menolongnya membawa Gabriel ke rumah sakit. "Sebentar ya Mbak, suami saya gak angkat teleponnya," ucapnya pada orang yang sudah menolongnya itu.Wanita cantik itu menganggukan kepalanya."Santai aja Mbak, pakai aja ponselnya." Wanita itu tersenyum hangat pada Khania.Khania tersenyum kikuk dan memilih menyerah untuk menelepon Efgan. Tapi, saat ia akan mengembalikan ponsel itu. Tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nomor Efgan yang memanggil.Khania mengurungkan nitannya untuk mengembalikan ponsel itu dan gegas mengangkat panggilan sang suami."Hallo Mas, kamu kenapa gak angkat-angkat telepon aku sih? Aku tau kamu lagi marah! Tapi, setidaknya cari kek istrinya yang gak ada di rumah. Ini mah malah anteng-anteng bae, kamu itu udah gak sayang lagi sama aku ya? Kamu gak tau kalau aku itu habis